SPPTP#14

Mobil Dito sudah sampai di depan gang jalan masuk ke rumah Rena. Rena meminta Dito untuk mengantarkannya sampai sana saja tidak usah sampai kepada rumahnya.

"Rumah kamu yang mana sih?" tanya Dito.

"Itu yang dindingnya bata." tunjuk Rena pada sebuah rumah yang dindingnya belum di kasih semen.

"Ya udah saya keluar dulu ya, makasih udah mau nganterin saya." lanjut Rena dan membuka pintu mobil.

"Ehh, boleh gak aku minta nomor kamu?" tahan Dito.

"Maaf bukannya gak mau ngasih, tapi saya gak punya handphone." balas Rena dan beneran keluar dari mobil Dito.

Rena menatap Dito sebentar dari luar mobil dan setelahnya dia berbalik jalan menuju rumahnya.

"Hah, gak salah jaman segini masih gak punya handphone?" tak percaya Dito.

Dito pun menjalankan mobilnya menuju rumah kakaknya. Di tengah perjalanan di masih saja kepikiran dengan Rena. Gadis sederhana yang baru saja dia temui itu bisa langsung mencuri hatinya. Padahal di luar negri sana banyak cewek cantik yang mendekati Dito tapi tak ada satu pun yang berhasil menarik perhatian Dito.

Dito pun bertekad untuk mendapatkan Rena. Dito yakin kalau sebenarnya tadi Rena juga terpesona sama dia, masak iya seorang Dito di tolak, kan ya tidak mungkin. pikir Dito dengan percaya dirinya.

Sampai di rumah kakaknya Dito langsung saja masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"KAKAK." teriak Dito saat memasuki rumah kakaknya.

"Gak usah teriak teriak Dito, kakakmu ada di atas." balas kakak ipar Dito yang tak lain adalah dokter Fia.

"Iisss kak Fia mah gitu, orang Dito gak teriak teriak kok. Telinga kakak aja yang keseringan di bersihkan makanya suara Dito kedengarannya keras." protes Dito.

"Iya dah terserah kamu, pusing kakak." dokter Fia pergi naik menuju lantai atas meninggalkan Dito yang masih diam di lantai bawah.

"Bi Dito buatin minum yang seger seger ya, bawa ke ruangan kakak." ucap Dito pada pembantu yang kebetulan lewat di depan Dito.

"Baik den." balas pembantu itu.

Dito pun pergi mengikuti kakak iparnya untuk menuju kamar kakaknya yang berada di lantai dua.

"Halo kakak ku sayang." ucap Dito saat memasuki ruangan kerja kakaknya.

"Adikmu tuh yang, kerjaannya teriak teriak mulu." adu Doni kakak kandung Dito pada istrinya yaitu dokter Fia.

"Lah kok aku, itu kan adik kamu mas." balas dokter Fia.

"Aku gak punya adik seperti itu yang, adikku dulu itu pendiam gak kayak dia." tunjuk Doni pada Dito yang sekarang sudah duduk di sofa.

"Kalian tenang saja, Dito juga gak punya kakak seperti kalian kok." balas Dito cuek.

Dito menyilangkan kaki kanannya berada di atas kaki kirinya, sambil mulutnya makanan kripik yang ada di meja.

"Dih, ya udah sono pulang. Ngapain masih di sini." usir Doni.

"Dih ngusir, tadi aja telfon telfon suruh cepet cepet ke sini."

"Yang adikmu itu loh suruh pulang, ganggu orang aja." suruh Doni pada dokter Fia agar mengusir Dito.

"Udah udah kalian ini kalau ketemu ribut terus, entar kalau udah jauh pada kangen." lerai dokter Fia yang mulai jengah dengan kelakuan kakak beradik itu.

"Dito kangen sama kak Doni, iih najis." dengan muka songong sambil menunjuk Doni.

"Sama aku juga ogah." balas Doni.

"Aagrr... pusing aku." dokter Fia mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Kenapa yang?" tanya Doni heran.

"Pakai tanya lagi, udah aku minta kalian kumpul di sini karena mau minta bantuan sama kalian."

Ya, memang yang meminta Dito cepat cepat ke rumah kakaknya sebenarnya adalah dokter Fia, bukan Doni.

"Bantuan apa kak?" tanya Dito yang mulai serius.

Mereka berdua yang tak lain Doni dan Dito kalau lawan bicaranya sudah dalam mode serius pun mereka bisa dengan cepat menguasai keadaan. Hal itulah yang membuat mereka bisa menjadi sekarang ini.

"Jadi aku kan ada pasien, dia itu terkena gagal ginjal dan harus sering melakukan cuci darah sampai nanti ada pendonor yang dengan rela mendonorkan ginjalnya untuk pasien ku." jelas dokter Fia di jeda sebentar untuk mengambil nafas.

"Trus?" tanya Dito menyela ucapan dokter Fia, dia masih belum paham akan maksud kakak iparnya itu.

"Diam dulu Dito, dengerin kakak ipar kamu sampai selesai." tegur Doni yang tak suka cara Dito.

"Iya kak, maaf." balas Dito yang merasa kemarahan kakaknya.

"Terus aku mau minta bantuan kalian berdua, siapa di sini yang mau menanggung biaya pengobatan dia sampai nanti sembuh. Karena dia tidak ada biaya untuk melanjutkan pengobatannya." lanjut dokter Fia.

Kedua lelaki itu diam dengan pemikiran masing-masing. Dan dokter Fia pun ikutan diam menunggu jawaban dari kedua lelaki itu.

"Aku sih boleh boleh aja, lagian juga aku kerja gak ada yang habisin uang aku." jawab Dito sombong.

"Dih, sombong banget. Ya udah sono kamu aja yang tanggung semua biaya rumah sakitnya. Lagian juga uang segitu gak ada apa apanya buat kamu." balas Doni.

"Oke, nanti kakak ipar langsung bilang sama aku aja berapa banyak tagihannya nanti biar langsung aku transfer."

"Kamu beneran?" tak percaya dokter Fia.

"Iya kakak iparku yang cerewet." jawab Dito greget.

"Makasih ya, mungkin dia bakalan seneng banget kalau tahu ada yang mau tanggung biaya rumah sakitnya."

"Emang dia gak ada keluarganya kak, atau dia salah satu dari orang yang kurang mampu?" tanya Dito penasaran.

"Dia sebenarnya punya seorang kakak, cuma kakaknya dulu pamit pergi mencari pekerjaan di ibu kota, katanya sih mau buat biaya pengobatan adiknya. Ehh malah sampai sekarang gak ada kabar." jelas dokter Fia.

"Terus sekarang dia tinggal sama siapa?" tanya Dito lagi.

"Dia tinggal sama ibu tirinya yang sudah kakaknya sewa untuk merawat adiknya."

"Oooh gitu, kenapa gak kakak hubungi aja sekarang kalau ada yang mau tanggung biaya rumah sakitnya. Pasti dia bakalan senang." usul Dito.

"Pengennya sih gitu, tapi dia gak punya handphone. Mungkin nanti kalau waktu jadwal dia cuci darah kakak bakal kasih tahu dia."

"Hah, seriusan dia gak punya handphone?" kaget Dito tak percaya.

"Iya dia gak punya handphone, katanya sih gak ada uang buat dia beli handphone."

"Kok sama kayak Rena ya, gak punya handphone. Ahh, tapi itu gak mungkin Rena, Rena kan gak sakit sakitan kayak pasien kak Fia." batin Dito.

"Kamu kenapa, kok ngelamun gitu?" tanya dokter Fia.

"Ahh, enggak kok. Itu tadi cuma kepikiran saja sama pasien kakak." kilah Dito.

"Nah udah beres kan, sekarang ayo kita keluar nanti kita cari makan di luar." ajak Doni.

"Gak ahh kalian aja, Dito gak mau jadi obat nyamuk." tolak Dito.

"Ya udah."

...***...

Episodes
1 SPPTP#1
2 SPPTP#2
3 SPPTP#3
4 SPPTP#4
5 SPPTP#5
6 SPPTP#6
7 SPPTP#7
8 SPPTP#8
9 SPPTP#9
10 SPPTP#10
11 SPPTP#11
12 SPPTP#12
13 SPPTP#13
14 SPPTP#14
15 SPPTP#15
16 SPPTP#16
17 SPPTP#17
18 SPPTP#18
19 SPPTP#19
20 SPPTP#20
21 SPPTP#21
22 SPPTP#22
23 SPPTP#23
24 SPPTP#24
25 SPPTP#25
26 SPPTP#26
27 SPPTP#27
28 SPPTP#28
29 SPPTP#29
30 SPPTP#30
31 SPPTP#31
32 SPPTO#32
33 SPPTP#33
34 SPPTP#34
35 SPPTP#35
36 SPPTP#36
37 SPPTP#37
38 SPPTP#38
39 SPPTP#39
40 SPPTP#40
41 SPPTP#41
42 SPPTP#42
43 SPPTP#43
44 SPPTP#44
45 SPPTP#45
46 SPPTP#46
47 SPPTP#47
48 SPPTP#48
49 SPPTP#50
50 SPPTO#51
51 SPPTP#52
52 SPPTP#53
53 SPPTP#54
54 SPPTP#55
55 SPPTP#56
56 SPPTP#57
57 SPPTP#58
58 SPPTP#59
59 SPPTP#60
60 SPPTP#61
61 SPPTP#62
62 SPPTP#63
63 SPPTP#64
64 SPPTP#65
65 SPPTP#66
66 SPPTP#67
67 SPPTP#68
68 SPPTP#69
69 SPPTP#70
70 SPPTP#71
71 SPPTP#72
72 SPPTP#73
73 SPPTP#74
74 SPPTP#75
75 SPPTP#76
76 SPPTP#77
77 SPPTP#78
78 SPPTP#79
79 SPPTP#80
80 SPPTP#81
81 SPPTO#82
82 SPPTP#83
83 SPPTP#84
84 SPPTP#85
85 SPPTP#86
86 SPPTP#87
87 SPPTP#88
88 SPPTP#89
89 SPPTP#90
90 SPPTP#91
91 SPPTP#92
92 SPPTP#93
93 SPPTP#94
94 SPPTP#95
95 SPPTP#96
96 SPPTP#97
97 SPPTP#98
98 SPPTP#99
99 SPPTP#100
100 SPPTP#101
101 SPPTP#102
102 SPPTP#103
103 SPPTP#104
104 SPPTP#105
105 SPPTP#106
106 SPPTP#107
107 SPPTP#108
108 SPPTP#109
109 SPPTP#109
110 SPPTP#110
111 SPPTP#111
112 SPPTP#112
113 SPPTP#113
114 SPPTP#114
115 SPPTP#115
116 SPPTP#116
117 SPPTP#117
118 SPPTP#118
119 pengumuman giveaway
120 SPPTP#119(TAMAT)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
SPPTP#1
2
SPPTP#2
3
SPPTP#3
4
SPPTP#4
5
SPPTP#5
6
SPPTP#6
7
SPPTP#7
8
SPPTP#8
9
SPPTP#9
10
SPPTP#10
11
SPPTP#11
12
SPPTP#12
13
SPPTP#13
14
SPPTP#14
15
SPPTP#15
16
SPPTP#16
17
SPPTP#17
18
SPPTP#18
19
SPPTP#19
20
SPPTP#20
21
SPPTP#21
22
SPPTP#22
23
SPPTP#23
24
SPPTP#24
25
SPPTP#25
26
SPPTP#26
27
SPPTP#27
28
SPPTP#28
29
SPPTP#29
30
SPPTP#30
31
SPPTP#31
32
SPPTO#32
33
SPPTP#33
34
SPPTP#34
35
SPPTP#35
36
SPPTP#36
37
SPPTP#37
38
SPPTP#38
39
SPPTP#39
40
SPPTP#40
41
SPPTP#41
42
SPPTP#42
43
SPPTP#43
44
SPPTP#44
45
SPPTP#45
46
SPPTP#46
47
SPPTP#47
48
SPPTP#48
49
SPPTP#50
50
SPPTO#51
51
SPPTP#52
52
SPPTP#53
53
SPPTP#54
54
SPPTP#55
55
SPPTP#56
56
SPPTP#57
57
SPPTP#58
58
SPPTP#59
59
SPPTP#60
60
SPPTP#61
61
SPPTP#62
62
SPPTP#63
63
SPPTP#64
64
SPPTP#65
65
SPPTP#66
66
SPPTP#67
67
SPPTP#68
68
SPPTP#69
69
SPPTP#70
70
SPPTP#71
71
SPPTP#72
72
SPPTP#73
73
SPPTP#74
74
SPPTP#75
75
SPPTP#76
76
SPPTP#77
77
SPPTP#78
78
SPPTP#79
79
SPPTP#80
80
SPPTP#81
81
SPPTO#82
82
SPPTP#83
83
SPPTP#84
84
SPPTP#85
85
SPPTP#86
86
SPPTP#87
87
SPPTP#88
88
SPPTP#89
89
SPPTP#90
90
SPPTP#91
91
SPPTP#92
92
SPPTP#93
93
SPPTP#94
94
SPPTP#95
95
SPPTP#96
96
SPPTP#97
97
SPPTP#98
98
SPPTP#99
99
SPPTP#100
100
SPPTP#101
101
SPPTP#102
102
SPPTP#103
103
SPPTP#104
104
SPPTP#105
105
SPPTP#106
106
SPPTP#107
107
SPPTP#108
108
SPPTP#109
109
SPPTP#109
110
SPPTP#110
111
SPPTP#111
112
SPPTP#112
113
SPPTP#113
114
SPPTP#114
115
SPPTP#115
116
SPPTP#116
117
SPPTP#117
118
SPPTP#118
119
pengumuman giveaway
120
SPPTP#119(TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!