Richard menggambil kembali tubuh pak Yusuf, dia memeriksa denyut nadinya.
"Huh, ternyata beneran mati." kesal Richard.
Richard pun langsung melepaskan tali rantai yang ada di kaki pak Yusuf.
"Selamat tinggal."
Byur.
Richard melemparkan mayat pak Yusuf ke dalam kandang buaya yang berair.
"Tenang sayang sayangku yang lain, kalian nanti pasti juga akan mendapatkan gantian, sekarang kalian makan daging ayam dulu ya." ucap Richard pada hewan peliharaannya yang lainnya.
Hewan hewan yang ada di sana pada menggaung dan menggonggong karena tidak mendapatkan jatah makanan yang lezat.
Selesai itu Richard memerintahkan anak buahnya untuk membuka pintu dan dia pun segera pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Setelah selesai dia memutuskan untuk pulang, tapi saat dalam perjalanan menuju apartemen, dia mengingat sesuatu.
"Mamp*s, saya tadikan ada janji mau ketemu sama Diandra." ingat Richard.
Richard langsung menepikan mobilnya dan mencari keberadaan handphone yang entah dia letakkan di mana tadi.
"Si*lan, ini semua gara gara Yusuf. Untung saja udah mati, kalau belum mau aku bunuh." umpat Richard.
Apakah Richard lupa, kalau dia sendirilah tadi yang sudah membunuh pak Yusuf. Apakah semua itu masih kurang buat Richard?
Richard melihat di layar handphonenya ada banyak panggilan telepon tak terjawab dari kontak yang dia kasih nama bidadari berhati kapas.
Dengan cepat Richard melajukan mobilnya menuju taman tempat di mana dia janjian ingin ketemu sama Diandra tadi. Sampai di sana dia melihat keadaan taman yang sudah sepi tak ada lagi orang yang berlalu lalang di sana.
Bagiamana tidak sepi, orang sekarang sudah jam 1 dini hari. Mungkin saja masih ada yang pacaran di sana, tapi itu bukan manusia, melainkan mahkluk dari dunia lain.
"Aagrr...." Richard menendang kursi taman yang terbuat dari besi dengan kerasnya.
"Aduh." adu Richard kesakitan karena kakinya beradu dengan besi kursi.
"Si*lan, kenapa saya apes banget sih." maki Richard pada dirinya sendiri.
"Makanya mas, jangan main bunuh orang aja. Gitu doang aja udah sakit, apa lagi orang yang mas nya bunuh." ucap seorang wanita yang ada di belakang Richard.
Richard pun membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang sudah berani beraninya berkata seperti itu kepadanya.
"Hihihihihi...." mbak Kunti pun tertawa melihat wajah ketakutan Richard.
Mbak Kunti pun pergi terbang menuju sebuah pohon yang besar. Sedangkan Richard yang masih terbengong di sana pun tersadarkan oleh celana jens nya yang terasa basah.
"Kok, kok bau orang kencing." gagap Richard, tubuh Richard masih bergetar karena berhadapan langsung dengan mbak Kunti yang wajahnya sangatlah menyeramkan.
Richard melihat ke arah celananya, dan ternyata dirinya lah yang kencing di celana.
Hahahaha... Richard ngompol.
"Hihihihihi... mas nya ngompol." tawa mbak Kunti lagi yang wujudnya sudah tidak kelihatan.
"HUWAAA... KUNTILANAK...." teriak Richard berlari terbirit-birit menjauhi taman.
...**...
Ethan yang berada dalam apartemen pun kebingungan, karena tuannya tak kunjung juga memperlihatkan batang hidungnya.
"Nih tuan Richard kemana sih, apakah dia main *** *** sama si cewe." negatif tingking Ethan pada Richard.
"Kalau sampai iya, fix nanti harus ngadain acara syukuran. Jarang jarangkan tuan Richard mau tidur sama cewek." lanjut Ethan.
Saat Ethan tengah sibuk dengan pikirannya, terdengar pintu apartemen terbuka baru setelah itu terdengar seseorang yang sepertinya tengah berlari menuju ke arahnya.
"Hah hah hah." nafas Richard tersegal segal di hadapan Ethan yang tengah menutup hidungnya.
"Tuan kenapa?" tanya Ethan tapi dengan suara sengau seperti banci di lampu merah.
"Saya... hah, di kejar kun-tilanak." jawab Richard masih dengan nafas yang tersengal-sengal.
"BUAHAHAHA...." tawa Ethan menggelegar, bahkan dia melupakan bau yang tidak sedap tadi.
"ETHAN." tegas Richard sambil melotot membuat tawa Ethan terhenti.
"I-iya tuan." gugup Ethan.
Hidung Ethan kembang kempis lagi, bau yang sangat tidak sedap hinggap lagi di indra penciumannya. Ethan mendengus mencari asal bau itu. Hingga pandangannya jatuh ke celana jeans Richard yang berwarna biru keputihan yang kelihatan basah.
"BUAHAHAHAHA...." tawa Ethan pecah lagi.
"ETHAN." teriak Richard lagi, tapi tak di hiraukan oleh Ethan.
"Aduh, perut saya sakit tuan. Hahaha...." adu Ethan sambil memegangi perutnya.
Ethan sudah tak bisa lagi menahan tawanya, biarlah nanti Richard marah. Yang penting tawanya bisa keluar. Bahkan saking kerasnya Ethan tertawa, air mata Ethan sampai keluar dari sudut matanya.
"Tu,tuan ngompol. Hahahaha...." tawa Ethan.
Richard yang malu pun langsung berlari ke dalam kamarnya.
"Hahaha... tuan Richard ngompol." tawa Ethan meskipun sudah tidak ada orangnya.
"Masak kerjaannya bunuh orang, tapi ketemu kuntilanak aja sampai ngompol." ucap Ethan sambil mengelap air mata yang ada di sudut matanya.
"Kalau aja ada handphone tadi, pasti sudah aku abadikan tadi. Kan jarang jarang tuan Richard menunjukkan aib nya."
"Ahh, seharusnya tadi aku foto biar bisa di jadikan ancaman kalau tuan mau perintah aku kerjain hal hal di luar nalar." sesal Ethan, kenapa dia tidak kepikiran tadi.
Setelah puas tertawa, Ethan pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Biar besok saja dia menertawakan tuan Richard lagi. pikir Ethan.
...**...
Pagi hari, Rena sudah segar karena dia tadi mandi di bantu oleh suster. Hari ini juga Rena sudah boleh pulang, dan dokter Fia bilang Rena harus tetap rutin menjalankan cuci darah agar kejadian seperti kemaren tidak terulang lagi.
Selama di rumah sakit, ibu Tika sama sekali tidak menjenguk Rena. Ingin rasanya Rena meminjam handphone milik dokter Fia dan memberikan kabar kepada kakaknya kalau keadaan dia sedang tidak baik baik saja. Tapi Rena takut kalau nanti Diandra malah akan kepikiran. Alhasil Rena memutuskan untuk menghadapi masalah ini sendiri, dan semoga saja dia kuat menghadapi semua ini.
"Pagi Rena sayang." sapa dokter Fia menghampiri Rena yang sudah cantik dan wajahnya tidak pucat lagi.
"Pagi juga dok, dokter Fia kok sudah ada di sini, bukannya jadwal dokter hari ini siang ya?" tanya Rena heran.
"Iya dong, aku kan mau lihat keadaan kamu lagi. Ehh taunya kamu malah sudah sehat." balas dokter Fia.
"Dokter baik banget, makasih sudah perhatian sama Rena." balas Rena yang terharu dengan sikap dokter Fia kepadanya.
"Kamu sudah aku anggap seperti anak sendiri, jadi kamu jangan sungkan sungkan ya kalau minta bantuan sama aku."
"Iya dok, terimakasih." balas Rena tersenyum.
"Ya udah yuk kita keluar, nanti kita ke kantin dulu aku ajak kamu sarapan dulu." ajak dokter Fia.
"Gak usah dok, biar Rena nanti sarapan di rumah saja." tolak Rena secara halus.
"Udah ayo." paksa dokter Fia yang membuat Rena tak lagi bisa menolak.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
merry jen
kty Diandra Tika cm org yg dia sewa buat rwt Rena tp ko mlh ibu trii ....jhtt lh ibu triiy uang yg Diandra kirim buat berobt Rena mlh dpkai buat driy sndri ...sdgkn Rena y hrs nahan sakit blm dsrh bersin rmh...moga Diandra cpt tau kelkuann ibu triy
2022-08-11
0