Bab 18 ~ Kembali Jahat

'Ya Tuhan, apa aku jadi sakit beneran?' batinnya ketika merasa wajahnya yang memanas.

.

.

.

Beberapa hari kemudian, di hari Senin.

Semuanya telah kembali normal, para mahasiswa juga telah kembali berkuliah seperti biasa. Begitu juga Edric yang sudah mulai mengajar kembali, walau lukanya belum sembuh betul dan masih diperban.

"Gimana keadaan, mu?" tanya Nico sembari menepuk pundak sang sahabat.

"Seperti yang kau lihat."

"Aku penasaran, apa gunung es sudah mulai mencair?" ledek Nico sembari memperhatikan perban di lengan Edric.

Edric hanya diam, tidak membantah dan tidak juga setuju. "Aku tidak pernah melihatmu menaruh perhatian sebesar itu pada seseorang sebelumnya," ledeknya lagi yang lagi-lagi tak mendapat respon atau balasan.

"Huh, memang susah ngomong sama gunung es. Ini aku bawakan sesuatu, aku yakin ini akan berguna dalam proses pencairan gunung nanti," ujarnya kemudian sembari meletakkan sebuah buku kemudian pergi tanpa menoleh lagi.

Sementara Edric tampak tidak tertarik. Ia membiarkan buku itu tetap ditempatnya, lalu kembali fokus pada laptop didepannya.

Tok... tok... tok...

"Masuk!"

"Permisi, Pak."

"Hmm, ada apa?"

"Tentu saja mengganti perban Bapak."

"Tidak perlu, nanti saya bisa ganti sendiri."

"Biasa juga saya yang gantiin," gumam Alice dan tanpa persetujuan sang empu, ia meraih lengan pria itu dan memulai ritualnya. Luka Edric memang sudah agak kering, semua berkat Alice yang selalu membantu merawatnya sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Tangannya tanpa kaku mengganti perban, wajahnya terlihat serius menambah kadar pesonanya.

Di sisi lain Aldric sedang dalam perjalanan ke ruangan sang kakak, sejak pulang ia belum menjenguk Edric. Kebetulan sekarang sedang jam istirahat dan tidak ada mamanya yang akan melarang ia bertemu sang kakak.

Dengan langkah lebar ia melangkah, ia juga merasa harus berterima kasih pada Edric karena telah menyelamatkan tunangannya.

Sampai di depan pintu ruangan sang kakak, ia ingin mengetuk. Namun ternyata pintu itu terbuka sedikit dan mengurungkan niat Aldric untuk mengetuk, ia ingin mengintip terlebih dahulu.

"Argh, pelan-pelan. Meski sudah biasa tapi ini masih sakit." Terdengar suara Edric yang terucap dengan ambigunya.

Mengira sang kakak sedang melakukan yang tidak-tidak, ia ingin pergi terlebih dahulu namun sebuah suara menghentikan langkahnya dan membuat emosinya seketika mendidih.

"Ini sudah pelan-pelan, Pak. Tahan ya! Sebentar lagi selesai kok," bujuk Alice dengan lembut.

Aldric tersenyum pedih, tunangannya dan kakaknya sendiri memiliki hubungan di belakangnya. Tangannya terkepal erat, kemudian menerobos masuk ke sana.

"KALIAN ... ." Lidah Aldric seketika keluh tak dapat berucap, baru saja ingin marah-marah tapi ternyata Alice hanya membantu mengganti perban Edric.

Kini keduanya menatap Aldric penuh tanya, "Hmm, a-aku hanya ingin menjenguk keadaan Pak Edric," ujarnya kemudian dengan wajah yang dibuat senormal mungkin.

Walau mereka tidak melakukan apapun, tapi Aldric masih merasa panas di hati. Terlebih ketika melihat Alice dan Edric yang sangat dekat.

"Sudah selesai, saya pamit dulu," ujar Alice dan keluar dari ruangan.

Aldric pun mendekat pada sang kakak, ia tatap perban dengan ikatan kupu-kupu karya Alice. Kemudian beralih menatap pada Edric yang tampak tersenyum melihat ikatan itu.

"Kakak tidak lupa kan? Alice Lawrence adalah tunanganku," ujar Aldric dengan datar, kalimat itu ia ucapkan agar kakaknya sadar.

"Kau juga tidak lupa kan, adikku tersayang? Dulu kau tidak pernah menganggapnya ada," balas Edric dengan sinis.

"Sekali milikku, aku tidak akan membiarkan orang lain mengambilnya meski sudah ku buang sekalipun."

"Ck, ck, ck. Inilah yang wanita itu ajarkan padamu, dan bodohnya aku selalu mengalah dulu. Tapi sekarang tidak lagi, aku tertarik pada gadis itu dan mari kita bersaing." Edric menaikkan sebelah alisnya, menantang pada sang adik yang kini wajahnya sudah merah menahan amarah.

"Tidak akan kubiarkan kau merebutnya dariku."

"Aku juga akan berusaha merebutnya darimu. Lagian apa kau ingin menjilat ludahmu sendiri?" Sebuah provokasi yang membuat Aldric sangat marah, ia bahkan pergi dengan membanting pintu. Sementara Edric hanya tersenyum, namun senyum itu pudar ketika Aldric keluar dari ruangan.

.

.

.

"Dimana Alice?" tanya Aldric dengan marah pada Lucy.

"A-alice sedang ke toilet, Tuan," jawab Lucy terbata-bata, ia ketakutan ketika melihat wajah Aldric yang sangat menyeramkan.

"Sudah berapa kali aku bilang jangan memanggilnya dengan nama, apa kau tidak punya telinga? Kalau perlu kau panggil dia nyonya muda Nelson, paham!" bentak Aldric hingga menyita perhatian mahasiswa sekelas.

Mereka pun saling berbisik-bisik, namun Aldric tidak peduli. Amarah sudah menguasai dirinya.

"Apa yang Anda lakukan, Tuan Aldric Nelson?" Alice yang baru kembali dari toilet bersama Kiara merasa terkejut ketika melihat Lucy dibentak seperti itu.

Bukannya menjawab Aldric malah meraih tangan Alice, menggenggamnya erat dan menariknya untuk pergi dari sana.

"Hey, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" pekik Alice tidak terima, tangannya terasa sangat sakit. Terlebih ia harus mengikuti langkah Aldric yang lebar dan cepat.

Namun Aldric tidak mendengar, ia terus menarik tangan gadisnya dan membawanya ke lantai teratas kampus yang jarang di kunjungi orang. Atap kampus ini memang diperuntukkan bila mana ada acara kampus, terutama acara private anggota yayasan dan lainnya.

Ia kunci pintu atap, kemudian menghimpit tubuh kecil Alice di dinding hingga gadis itu nyaris hilang ditutupi tubuh besar miliknya.

"Kau!" pekik Alice marah.

"Apa yang kau inginkan?"

"Aku? ... Aku menginginkanmu!" Setelah berkata seperti itu, Aldric menundukkan kepalanya dan ingin mencium paksa Alice. Namun ciuman itu mendarat di pipi karena Alice yang memalingkan wajahnya.

Merasa dikuasai sinyal bahaya, Alice menginjak kaki Aldric kemudian menekuk lututnya dan memukul titik paling berharga milik pria itu.

"Arghh, Alice. Kau!" jerit Aldric tertahan, Alice telah berhasil keluar dari kungkungannya.

Gadis itu tersenyum sinis, "Sebagai tuan muda dari keluarga terhormat, aku harap kau tidak akan menjilat ludahmu sendiri Aldric Nelson!"

Setelahnya ia pergi dari sana, meninggalkan Aldric yang masih mencoba meredam amarahnya.

Dua kali.

Dua kali ia mendengar kalimat menjilat ludah sendiri hari ini. Sebuah kalimat yang sangat melukai harga dirinya.

"Haha... HAHAHAHAHA." Aldric tertawa dengan nyaring namun sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi sangat dingin. Bahkan lebih dari Edric.

"Kita lihat, sampai mana kau bisa menghindar dariku Alice Lawrence," gumamnya dengan seringai yang sangat menyeramkan.

Di sisi lain Alice yang berada di dalam lift sedang berusaha menetralkan rasa takutnya. Kejadian tadi benar-benar di luar dugaan, sangat menyeramkan.

Terlebih ketika ia mengingat adegan dimana Aldric bahkan tidak segan untuk mengikat Olivia di kamar mereka, hanya karena Oliv ketahuan jalan bersama teman-temannya yang salah satunya adalah pria.

Di dalam cerita yang asli, Aldric adalah devil yang mengikat Olivia dengan segala belenggu cintanya. Bahkan ia menikahi gadis itu walau masih memiliki perjanjian pertunangan dengan Alice Lawrence.

Memikirkan itu semua membuat Alice bergidik, ia tidak mau dibelenggu seperti itu. Sepertinya ia harus mencari cara agar Aldric membencinya kembali. Tapi bagaimana caranya?

Ia berpikir hingga lift terbuka, matanya melebar dan bibirnya tersenyum penuh arti ketika melihat Olivia dan Haven yang sedang bercanda ria. Sejak kembali dari camping, keduanya memang semakin dekat. Terutama Haven yang sepertinya tertarik pada gadis itu.

Melihat keduanya yang berpisah, Alice segera mengikuti langkah Olivia. "Oliv," panggil Alice dengan tersenyum.

"Ya."

Alice pun menyamai langkah Oliv dan berjalan bersamanya, "Kulihat kamu makin dekat sama Haven ya?"

"Eh, ma-mana ada," elak Oliv dengan senyum malu-malu.

"Haven adalah sahabatku sedari kecil, keluarga kami juga saling bersahabat. Jadi tentunya kamu tahu Haven juga memiliki keluarga yang terpandang, aku hanya ingin ... ."

Oliv menghentikan langkahnya kemudian menatap Alice yang juga menatapnya penuh makna.

"Saya mengerti maksud Anda Nona Alice Lawrence, perbedaan kami memang sangat jauh. Terima kasih telah menyadarkan saya akan posisi saya yang sebenarnya," jawab Oliv sembari tersenyum pedih, ia sadar diri bahwa ia hanyalah mahasiswa yang menyandang beasiswa di kampus bergengsi ini.

Sedangkan gadis yang berdiri di hadapannya ini adalah putri pemilik kampus yang bisa menendangnya kapan saja. Jadi ia akan menuruti permintaan Alice untuk bertahan di kampus ini.

Setelahnya ia pergi dengan langkah yang cepat, meninggalkan Alice yang merasa tidak enak hati. Meski ia terbiasa berlaku jahat dalam sebuah peran, tapi bersandiwara di dunia nyata membuatnya merasa sangat jahat.

'Tenang, Ayla. Berpura-pura jahat akan membuat Aldric kembali membencimu dan bisa membuat orang yang membuat Alice menderita akan menunjukkan batang hidungnya.'

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tbc.

🌼🌼🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

Miyura Rajati

Miyura Rajati

crazy up dong thor...

2022-10-22

1

Loveta Brillian TinurLampung

Loveta Brillian TinurLampung

rumit ya Thor

2022-10-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Ayla Navara
2 Bab 2 ~ Kehidupan Kedua
3 Bab 3 ~ Memberantas Benalu
4 Pengumuman
5 Bab 4 ~ Kau Harus Memberi Pelajaran pada Mereka
6 Bab 5 ~ Senyuman Aneh
7 Bab 6 ~ Merasa Diremas
8 Bab 7 ~ Alice Yang Sangat Berubah
9 Bab 8 ~ Alergi Ayla
10 Bab 9 ~ Cara Lain
11 Bab 10 ~ Ternyata Imut
12 Bab 11 ~ Lucy Yang Usil
13 Bab 12 ~ Nyasar
14 Bab 13 ~ Camping
15 Bab 14 ~ Perburuan Barang
16 Bab 15 ~ Mencari Keberadaannya
17 Bab 16 ~ Diterkam
18 Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang
19 Bab 18 ~ Kembali Jahat
20 Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
21 Bab 20 ~ Virtual Life
22 Bab 21 ~ Benang Merah
23 Bab 22 ~ Tabir Masa Lalu Ayla
24 Bab 23 ~ Apes
25 Bab 24 ~ Topi Hijau
26 Bab 25 ~ Speechless
27 Bab 26 ~ Tertawa Lepas
28 Bab 27 ~ Hiduplah Dengan Bahagia
29 Bab 28 ~ Pulangnya Orangtua Alice
30 Bab 29 ~ Obrolan Group Yang Menenangkan
31 Bab 30 ~ Membuat Meradang Hati Calon Mertua
32 Bab 31 ~ Sebuah Toko Buku
33 Bab 32 ~ Bertarung Bersama
34 Bab 33 ~ Pis
35 Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
36 Bab 35 ~ Butuh Sandaran
37 Bab 36 ~ Darier Si Mood Booster
38 Bab 37 ~ Seperti Kata Pepatah
39 Bab 38 ~ Skandal
40 Bab 39 ~ Tentang Pemeran Utama Sebenarnya
41 Bab 40 ~ Seperti Terpedaya Namun Penuh Tipu Daya
42 Bab 41 ~ Dasar Bos Cemburuan
43 Bab 42 ~ Kamu Calon Cucu Menantuku?
44 Bab 43 ~ Queen Of Antagonist
45 Bab 44 ~ Hukuman Untuk Kiara
46 Bab 45 ~ Jangan Harap Orang Lain Bisa Memilikimu
47 Bab 46 ~ Bermain Mobil-mobilan
48 Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
49 Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
50 Bab 48 ~ Mencari Tahu
51 Bab 49 ~ Dibius
52 Bab 50 ~ Gedung Tua Mangkrak
53 Bab 51 ~ Sulit Tapi Tidak Boleh Menyerah
54 Bab 52 ~ Kakak Rindu Padaku?
55 Bab 53 ~ Menemukannya
56 Bab 54 ~ Siapa Tigle?
57 Bab 55 ~ Mengapa Memiliki Tanda Yang Sama
58 Bab 56 ~ Menangis Pilu
59 Bab 57 ~ Memilih Untuk Kembali
60 Bab 58 ~ Dua Bayi Besar Sedang Mencari Perhatian
61 Bab 59 ~ Menegangkan Namun Menyenangkan
62 Bab 60 ~ Bermain Sebentar
63 Bab 61 ~ Drama Kecil
64 Bab 62 ~ Masih Awam
65 Bab 63 ~ Berhasil
66 Bab 64 ~ Mengecoh
67 Bab 65 ~ Mengecoh (2)
68 Bab 66 ~ Akhir
69 Epilog
70 Akhir Kata
71 Fake Antagonist Season 2
72 Karya Baru.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ~ Ayla Navara
2
Bab 2 ~ Kehidupan Kedua
3
Bab 3 ~ Memberantas Benalu
4
Pengumuman
5
Bab 4 ~ Kau Harus Memberi Pelajaran pada Mereka
6
Bab 5 ~ Senyuman Aneh
7
Bab 6 ~ Merasa Diremas
8
Bab 7 ~ Alice Yang Sangat Berubah
9
Bab 8 ~ Alergi Ayla
10
Bab 9 ~ Cara Lain
11
Bab 10 ~ Ternyata Imut
12
Bab 11 ~ Lucy Yang Usil
13
Bab 12 ~ Nyasar
14
Bab 13 ~ Camping
15
Bab 14 ~ Perburuan Barang
16
Bab 15 ~ Mencari Keberadaannya
17
Bab 16 ~ Diterkam
18
Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang
19
Bab 18 ~ Kembali Jahat
20
Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
21
Bab 20 ~ Virtual Life
22
Bab 21 ~ Benang Merah
23
Bab 22 ~ Tabir Masa Lalu Ayla
24
Bab 23 ~ Apes
25
Bab 24 ~ Topi Hijau
26
Bab 25 ~ Speechless
27
Bab 26 ~ Tertawa Lepas
28
Bab 27 ~ Hiduplah Dengan Bahagia
29
Bab 28 ~ Pulangnya Orangtua Alice
30
Bab 29 ~ Obrolan Group Yang Menenangkan
31
Bab 30 ~ Membuat Meradang Hati Calon Mertua
32
Bab 31 ~ Sebuah Toko Buku
33
Bab 32 ~ Bertarung Bersama
34
Bab 33 ~ Pis
35
Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
36
Bab 35 ~ Butuh Sandaran
37
Bab 36 ~ Darier Si Mood Booster
38
Bab 37 ~ Seperti Kata Pepatah
39
Bab 38 ~ Skandal
40
Bab 39 ~ Tentang Pemeran Utama Sebenarnya
41
Bab 40 ~ Seperti Terpedaya Namun Penuh Tipu Daya
42
Bab 41 ~ Dasar Bos Cemburuan
43
Bab 42 ~ Kamu Calon Cucu Menantuku?
44
Bab 43 ~ Queen Of Antagonist
45
Bab 44 ~ Hukuman Untuk Kiara
46
Bab 45 ~ Jangan Harap Orang Lain Bisa Memilikimu
47
Bab 46 ~ Bermain Mobil-mobilan
48
Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
49
Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
50
Bab 48 ~ Mencari Tahu
51
Bab 49 ~ Dibius
52
Bab 50 ~ Gedung Tua Mangkrak
53
Bab 51 ~ Sulit Tapi Tidak Boleh Menyerah
54
Bab 52 ~ Kakak Rindu Padaku?
55
Bab 53 ~ Menemukannya
56
Bab 54 ~ Siapa Tigle?
57
Bab 55 ~ Mengapa Memiliki Tanda Yang Sama
58
Bab 56 ~ Menangis Pilu
59
Bab 57 ~ Memilih Untuk Kembali
60
Bab 58 ~ Dua Bayi Besar Sedang Mencari Perhatian
61
Bab 59 ~ Menegangkan Namun Menyenangkan
62
Bab 60 ~ Bermain Sebentar
63
Bab 61 ~ Drama Kecil
64
Bab 62 ~ Masih Awam
65
Bab 63 ~ Berhasil
66
Bab 64 ~ Mengecoh
67
Bab 65 ~ Mengecoh (2)
68
Bab 66 ~ Akhir
69
Epilog
70
Akhir Kata
71
Fake Antagonist Season 2
72
Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!