Bab 11 ~ Lucy Yang Usil

Selagi menunggu, Edric mengerjakan berbagai pekerjaan. Entah pekerjaan apa itu. Namun, ia tampak tidak fokus. Keberadaan Alice membuatnya selalu melirik ke arah gadis itu. Entah kenapa Edric merasa ada magnet yang seolah menariknya ke arah sana.

'Ternyata tunangan Al imut juga,' pikirnya sembari menatap Alice yang masih terlelap di sofa.

...

Merasa terusik oleh keberadaan gadis kecil ini, Edric pun memutuskan untuk membangunkan Alice.

"Alice, bangun!" Ucapnya datar dengan berdiri di samping kaki Alice. Tentu saja Alice tidak terganggu, ia bahkan tidak bergerak sedikitpun.

"Alice Lawrance, kau kira ruangan saya ini hotel?" Teriaknya kemudian hingga membuat Alice terperanjat dan tanpa sengaja kaki gadis itu bergerak dan menendang lutut Edric hingga pria itu kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di atas tubuhnya.

Sontak kedua kelopak mata Alice terbuka lebar, walau sebenarnya Ayla merasa biasa saja. Sebagai seorang aktris ia sudah terbiasa berinteraksi dengan lawan jenis sedekat ini meski tidak lewat batas. Tapi tubuh kecil Alice memberikan reaksi lain. Ayla bisa merasakan bahwa tubuhnya seketika menegang, kaku dan tidak bisa ia gerakkan sedikitpun.

Ingin berucap pun rasanya kedua bibirnya tidak sanggup untuk terbuka. Sementara Edric malah terlihat santai, kedua matanya menatap Alice intens.

Samar-samar kedua sudut bibirnya sedikit tertarik. Namun belum juga senyum itu terbit, wajahnya sudah kembali netral. Tanpa sepatah kata pun ia segera bangkit dari posisi itu dan berjalan kembali ke tempat duduknya.

"Ada apa kemari?" tanyanya setelah duduk di kursi kekuasaannya.

"Eh, i-ini pak. Laporan tentang kegiatan yang akan organisasi kita laksanakan dua Minggu lagi ... ."

Setelah itu Alice menjelaskan rencana yang telah ia dan rekan-rekannya buat. Begitu saja, tidak ada niat lebih. Setelah selesai, Alice pun keluar ruangan dengan patuh.

Kini hubungannya dengan Edric tidak lebih dari sekedar mahasiswa dan dosen lagi, usaha yang ia lakukan juga telah gadis itu lupakan. Dan hal ini membuat Edric merasa sedikit kosong, jika boleh jujur kehadiran Alice meski hanya beberapa hari sanggup membuat hidupnya yang monoton menjadi lebih berwarna.

"Apa sih yang aku pikirin? Dia itu tunangan adikmu, Ed," gumam Edric seorang diri, berusaha mengingatkan diri.

Di sisi lain, Aldric melihat Alice yang baru keluar dari ruangan sang kakak merasa sedikit kesal. Namun ia memilih untuk tidak acuh, terlebih ia masih yakin suatu saat nanti Alice pasti akan kembali berlutut dan mengemis cintanya.

.

.

.

Hari berlalu, minggu hingga bulan berganti. Tidak terasa Alice telah melewati masa kuliah selama tiga bulan. Tiga bulan yang sangat sibuk baginya, tidak kalah dari jadwalnya sebagai aktris ternama.

Bagaimana tidak? Selain menjadi ketua UKM, ia juga mendirikan sebuah butik kecil tanpa sepengetahuan siapapun kecuali Lucy. Ia menuangkan semua karyanya bersama beberapa desainer pemula lainnya. Hal ini tidak begitu sulit baginya, sebagai gadis yang hidup di beberapa tahun mendatang ia tentu tahu bagaimana trend di masa depan.

Dalam waktu sebulan lebih butiknya telah mulai berkembang. Alice akan membuktikan bahwa ia bisa berdiri di bawah kakinya sendiri, tanpa iming-iming nama keluarga.

"Alice, Lucy," pekik Kiara Bell dengan penuh semangat sembari menghampiri Alice dan Lucy yang sedang duduk di bangkunya.

"Ada apa?" tanya Lucy heran.

"Kalian sudah dengar? Pihak kampus akan mengadakan camping tiga hari lagi," jelasnya antusias.

"Aku tidak ikut," sahut Alice malas.

"Semua mahasiswa semester satu wajib ikut. Ini sudah ketentuan kampus." Bibir Alice seketika mengerucut cemberut.

'Hah, aku lupa camping ini wajib,' batin Alice pasrah, mau tidak mau ia harus ikut.

"Hahaha, Alice wajahmu lucu sekali ..." Kiara terkekeh ketika melihat sang sahabat yang ternyata bisa bertingkah lucu.

Dalam sekejap wajah Alice telah kembali normal, wajahnya yang datar kini terpampang lagi. Kiara pun terdiam, mengira bahwa Alice sedang marah.

Padahal tidak sama sekali, Ayla memang tidak terbiasa diperhatikan orang lain terutama karena tingkah konyolnya. Oleh karena itu, ia bersikap seperti ini.

"Hmm, kalau begitu nanti kita harus belanja kebutuhan camping dong?" tanya Lucy memecah keheningan yang tercipta selama beberapa saat.

"Nanti kita belanja bersama saja," lanjutnya sembari menatap Alice penuh harap.

"Baiklah, ayo! Tapi ke supermarket biasa saja ya," sahut Alice membuat Kiara tersenyum kembali.

"Iya, aku tahu salah satu supermarket yang barang-barangnya murah dan lengkap." Kiara tersenyum lebar. Satu hal yang Alice sadari, Kiara adalah gadis periang terlepas dari bagaimana penampilannya.

.

.

.

Sore harinya, mereka bertiga berangkat ke salah satu supermarket di kota itu. Lucy dan Kiara terlihat antusias memilih berbagai kebutuhan mereka untuk camping, sedangkan Alice terlihat ogah-ogahan. Bahkan barang-barangnya pun dipilihkan oleh Lucy.

Ia lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya. Hingga tanpa sadar Lucy dan Kiara sudah pergi entah kemana. Alice pun memandang ke kanan dan ke kiri, memindai seisi supermarket yang mampu ia jangkau.

Tapi keberadaan dua sahabatnya sama sekali tidak terlihat. Yang ada malah ...

'Perasaan aku udah milih supermarket biasa gini deh, buat hindarin dia. Kok dia malah ke sini juga,' pikir Alice seraya berpura-pura tidak melihat keberadaan Aldric.

Ia pun membalikkan badannya, memilih untuk pergi sebelum Aldric menyadari keberadaannya. Namun terlambat, Aldric sudah berjalan menuju ke arahnya.

"Alice, kau ngikutin aku ya?" tanyanya frontal, terlalu percaya diri.

"Justru sepertinya kau yang ikutin aku. Aku di sini bersama teman-temanku."

"Lalu dimana mereka?"

"Mereka ada ..."

"Tuh kan, kau pasti ninggalin mereka untuk ngikutin aku kan?"

"Heh, ge-er sekali Anda. Mereka tiba-tiba menghilang. Aku yakin pasti kau yang meminta Malvin untuk membawa mereka pergi kan?"

"Mana ada, Malvin saja ada di belakangku tadi."

"Itu di ... eh, kemana dia?"

"Mana aku tahu," balas Alice ketus.

Ia yakin sekarang, teman-temannya pasti sengaja meninggalkan ia berduaan dengan Aldric. Dan sialnya, Alice tidak tahu jalan pulang. Hanya handphone yang ada di genggamannya, semua uang, kartu debit maupun kredit ada di dalam tas yang dibawakan Lucy.

"Argh, bodoh!" makinya pada diri sendiri.

"Apa? Kau bilang aku bodoh?"

"Ck, ya, kau memang bodoh!"

"Kau..."

Alice berjalan pergi tanpa mempedulikan Aldric yang masih ingin bertengkar dengannya. "Hey, Alice. Jangan pergi kau!" pekik Aldric menyusul langkah Alice di depannya.

Walau bagaimanapun, ia merasa bertanggungjawab terhadap gadis itu. Apalagi Alice saat ini hanya seorang diri.

"Mau kemana?" tanya Aldric setelah mereka sampai di parkiran supermarket, namun Alice tidak menjawab. Matanya sibuk melirik kesana kemari.

"Alice!"

"Ck, tentu saja mau pulang!"

"Biar aku antar!"

"Tidak perlu."

"Kalau begitu baiklah." Aldric pun melangkah menjauh, saat keluar tadi ia melihat dengan jelas kalau mobil Alice telah keluar dari area supermarket. Dan ia sengaja tidak acuh pada gadis itu, agar Alice merendahkan sedikit saja rasa angkuhnya dan mau meminta bantuannya darinya.

Sementara Alice yang ditinggal sendiri tidak merasa takut, hanya saja ia tidak tahu arah jalan pulang. Dari tadi menghubungi Lucy juga tidak membuahkan hasil. Aldric yang masih berada dalam mobil pun mendecak kesal, Alice memang sangat berubah. Cueknya tidak ketulungan.

Beep ... Beep ...

Suara klakson mobil membuat Alice menoleh, Aldric yang sudah tidak sabar lagi memilih untuk mengalah.

"Hanya sekali ini saja, Al. Lain kali pasti dia yang akan mendatangi mu," gumamnya di dalam mobil, masih tetap mempertahankan tinggi harga dirinya.

Sedangkan Alice, setelah menoleh sebentar ia lalu kembali fokus pada ponselnya. Masih tetap menghubungi Lucy, namun masih tidak mendapat jawaban.

"Ish, awas saja kamu Cy!" gumamnya kesal.

"Eh, aku hubungi telepon rumah saja. Minta Bibi untuk mengirim seorang sopir," lanjutnya setelah mendapat pencerahan. Sementara Aldric sudah membuka pintu mobilnya, emosinya yang sedari tadi ia tahan kini mulai ingin meledak.

Tidak jauh dari sana terlihat Sylvia yang sedang berlari ke arah Alice, ia terlihat sangat senang. Saat Alice ingin menghubungi telepon rumah, tiba-tiba Sylvia yang sedang berlari terpeleset dan jatuh menimpa Alice.

"Aauww," pekik keduanya, Sylvia bahkan langsung mengaduh kesakitan. Sepertinya kakinya terkilir, Aldric yang melihat itu segera menghampiri keduanya.

"Alice, kau tidak papa?" tanya Aldric sembari membantu Alice untuk bangkit berdiri.

"Aduh, duh... sakit sekali," teriak Sylvia dramatis.

"Kau bantu saja dia!" pinta Alice datar, sama sekali tidak peduli pada kekhawatiran Aldric.

"Tapi kau?"

"Aku tidak papa, bantu saja dia! Sepertinya ia akan mati jika dibiarkan lebih lama lagi." Ucapan Alice berhasil membuat Sylvia membulatkan kedua matanya, jika tidak sedang bersandiwara ia sudah pasti akan menabok mulut tidak tahu diri itu.

"Baiklah," jawab Aldric akhirnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tbc.

🌼🌼🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

레이디핏

레이디핏

Mati nggak tuhh😂😂

2024-04-09

1

Miyura Rajati

Miyura Rajati

salam kenal othor ...lanjut..

2022-09-25

1

rm_zzreinhart666ry

rm_zzreinhart666ry

lanjut thor semangat

2022-09-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Ayla Navara
2 Bab 2 ~ Kehidupan Kedua
3 Bab 3 ~ Memberantas Benalu
4 Pengumuman
5 Bab 4 ~ Kau Harus Memberi Pelajaran pada Mereka
6 Bab 5 ~ Senyuman Aneh
7 Bab 6 ~ Merasa Diremas
8 Bab 7 ~ Alice Yang Sangat Berubah
9 Bab 8 ~ Alergi Ayla
10 Bab 9 ~ Cara Lain
11 Bab 10 ~ Ternyata Imut
12 Bab 11 ~ Lucy Yang Usil
13 Bab 12 ~ Nyasar
14 Bab 13 ~ Camping
15 Bab 14 ~ Perburuan Barang
16 Bab 15 ~ Mencari Keberadaannya
17 Bab 16 ~ Diterkam
18 Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang
19 Bab 18 ~ Kembali Jahat
20 Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
21 Bab 20 ~ Virtual Life
22 Bab 21 ~ Benang Merah
23 Bab 22 ~ Tabir Masa Lalu Ayla
24 Bab 23 ~ Apes
25 Bab 24 ~ Topi Hijau
26 Bab 25 ~ Speechless
27 Bab 26 ~ Tertawa Lepas
28 Bab 27 ~ Hiduplah Dengan Bahagia
29 Bab 28 ~ Pulangnya Orangtua Alice
30 Bab 29 ~ Obrolan Group Yang Menenangkan
31 Bab 30 ~ Membuat Meradang Hati Calon Mertua
32 Bab 31 ~ Sebuah Toko Buku
33 Bab 32 ~ Bertarung Bersama
34 Bab 33 ~ Pis
35 Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
36 Bab 35 ~ Butuh Sandaran
37 Bab 36 ~ Darier Si Mood Booster
38 Bab 37 ~ Seperti Kata Pepatah
39 Bab 38 ~ Skandal
40 Bab 39 ~ Tentang Pemeran Utama Sebenarnya
41 Bab 40 ~ Seperti Terpedaya Namun Penuh Tipu Daya
42 Bab 41 ~ Dasar Bos Cemburuan
43 Bab 42 ~ Kamu Calon Cucu Menantuku?
44 Bab 43 ~ Queen Of Antagonist
45 Bab 44 ~ Hukuman Untuk Kiara
46 Bab 45 ~ Jangan Harap Orang Lain Bisa Memilikimu
47 Bab 46 ~ Bermain Mobil-mobilan
48 Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
49 Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
50 Bab 48 ~ Mencari Tahu
51 Bab 49 ~ Dibius
52 Bab 50 ~ Gedung Tua Mangkrak
53 Bab 51 ~ Sulit Tapi Tidak Boleh Menyerah
54 Bab 52 ~ Kakak Rindu Padaku?
55 Bab 53 ~ Menemukannya
56 Bab 54 ~ Siapa Tigle?
57 Bab 55 ~ Mengapa Memiliki Tanda Yang Sama
58 Bab 56 ~ Menangis Pilu
59 Bab 57 ~ Memilih Untuk Kembali
60 Bab 58 ~ Dua Bayi Besar Sedang Mencari Perhatian
61 Bab 59 ~ Menegangkan Namun Menyenangkan
62 Bab 60 ~ Bermain Sebentar
63 Bab 61 ~ Drama Kecil
64 Bab 62 ~ Masih Awam
65 Bab 63 ~ Berhasil
66 Bab 64 ~ Mengecoh
67 Bab 65 ~ Mengecoh (2)
68 Bab 66 ~ Akhir
69 Epilog
70 Akhir Kata
71 Fake Antagonist Season 2
72 Karya Baru.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ~ Ayla Navara
2
Bab 2 ~ Kehidupan Kedua
3
Bab 3 ~ Memberantas Benalu
4
Pengumuman
5
Bab 4 ~ Kau Harus Memberi Pelajaran pada Mereka
6
Bab 5 ~ Senyuman Aneh
7
Bab 6 ~ Merasa Diremas
8
Bab 7 ~ Alice Yang Sangat Berubah
9
Bab 8 ~ Alergi Ayla
10
Bab 9 ~ Cara Lain
11
Bab 10 ~ Ternyata Imut
12
Bab 11 ~ Lucy Yang Usil
13
Bab 12 ~ Nyasar
14
Bab 13 ~ Camping
15
Bab 14 ~ Perburuan Barang
16
Bab 15 ~ Mencari Keberadaannya
17
Bab 16 ~ Diterkam
18
Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang
19
Bab 18 ~ Kembali Jahat
20
Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
21
Bab 20 ~ Virtual Life
22
Bab 21 ~ Benang Merah
23
Bab 22 ~ Tabir Masa Lalu Ayla
24
Bab 23 ~ Apes
25
Bab 24 ~ Topi Hijau
26
Bab 25 ~ Speechless
27
Bab 26 ~ Tertawa Lepas
28
Bab 27 ~ Hiduplah Dengan Bahagia
29
Bab 28 ~ Pulangnya Orangtua Alice
30
Bab 29 ~ Obrolan Group Yang Menenangkan
31
Bab 30 ~ Membuat Meradang Hati Calon Mertua
32
Bab 31 ~ Sebuah Toko Buku
33
Bab 32 ~ Bertarung Bersama
34
Bab 33 ~ Pis
35
Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
36
Bab 35 ~ Butuh Sandaran
37
Bab 36 ~ Darier Si Mood Booster
38
Bab 37 ~ Seperti Kata Pepatah
39
Bab 38 ~ Skandal
40
Bab 39 ~ Tentang Pemeran Utama Sebenarnya
41
Bab 40 ~ Seperti Terpedaya Namun Penuh Tipu Daya
42
Bab 41 ~ Dasar Bos Cemburuan
43
Bab 42 ~ Kamu Calon Cucu Menantuku?
44
Bab 43 ~ Queen Of Antagonist
45
Bab 44 ~ Hukuman Untuk Kiara
46
Bab 45 ~ Jangan Harap Orang Lain Bisa Memilikimu
47
Bab 46 ~ Bermain Mobil-mobilan
48
Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
49
Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
50
Bab 48 ~ Mencari Tahu
51
Bab 49 ~ Dibius
52
Bab 50 ~ Gedung Tua Mangkrak
53
Bab 51 ~ Sulit Tapi Tidak Boleh Menyerah
54
Bab 52 ~ Kakak Rindu Padaku?
55
Bab 53 ~ Menemukannya
56
Bab 54 ~ Siapa Tigle?
57
Bab 55 ~ Mengapa Memiliki Tanda Yang Sama
58
Bab 56 ~ Menangis Pilu
59
Bab 57 ~ Memilih Untuk Kembali
60
Bab 58 ~ Dua Bayi Besar Sedang Mencari Perhatian
61
Bab 59 ~ Menegangkan Namun Menyenangkan
62
Bab 60 ~ Bermain Sebentar
63
Bab 61 ~ Drama Kecil
64
Bab 62 ~ Masih Awam
65
Bab 63 ~ Berhasil
66
Bab 64 ~ Mengecoh
67
Bab 65 ~ Mengecoh (2)
68
Bab 66 ~ Akhir
69
Epilog
70
Akhir Kata
71
Fake Antagonist Season 2
72
Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!