Bab 6 ~ Merasa Diremas

Di sisi lain, Alice baru saja masuk ke ruang kelasnya bersama Lucy. Saat masuk berbagai tatapan telah menjadi sambutan. Ada yang memandang sinis, ada yang tersenyum mengejek, namun ada juga yang menatap cuek dan tidak peduli.

Melihat itu semua Alice tidak mempermasalahkan, ia bahkan duduk di pojok ruangan bergabung dengan seorang anak cupu yang menyendiri.

Namun setelah beberapa saat seorang gadis bernama Lissa terlihat berjalan ke arahnya, 'Itu siapa ya?' pikir Alice mencoba untuk memutar otaknya

"Hey, ngapain sih pindah-pindah kemari? Padahal tuh aku udah bosan tau gak, dari SD, SMP, SMA dan sekarang kuliah masih lihat muka buluk mu ini terus. Seharusnya tuh kamu pindah kuliah sekalian, kalau perlu keluar negeri."

"Hello, kalau ngomong hati-hati ya!" pekik Lucy tak terima.

"Emang kenapa? Kan emang kenyataannya seperti itu. Emangnya kamu, babu bodoh! Dari kecil sampai gede nempel terus sama dia, padahal umurmu lebih kecil setahun tapi bela-belain seangkatan."

"Jangan asal bicara!" Kali ini Alice yang membuka suara dengan nada datarnya.

"Hahaha, aku enggak asal bicara kok! Buktinya dia marah, hahaha."

"Kau!" Lucy hendak berdiri dan memberi Lissa pelajaran, walau bagaimanapun pemegang sabuk hitam taekwondo tidak akan mau diremehkan.

"Lucy ... tenanglah!"

"Hahaha, bodoh! Oh iya, kau belum menjawab ku kenapa pindah kemari? Apa kau tidak mau mengejar Aldric lagi? Atau sedang main petak umpet?"

"Bukan urusanmu! Lagian kan terserah aku mau pindah kemana aja. Toh, kampus juga punyaku," jawab Alice acuh tak acuh.

Lissa mengetatkan rahangnya. "Oh, sudah berani jawab, ya? Sepertinya aku harus minta Sylvia untuk jauhin kamu deh," jawabnya dengan suara mengejek.

Sylvia Foster, merupakan sahabat satu-satunya Alice. Mereka saling mengenal sejak masa SMA, saat itu Sylvia lah yang selalu mendekatinya dan mereka menjadi teman dekat. Namun lama kelamaan Sylvia selalu meminta Alice berbuat hal jahat seperti menjauhkan Aldric dari semua perempuan yang dekat dengannya.

Memikirkan semua itu Alice tersenyum sinis, "Tidak masalah." Lagi-lagi nada acuh tak acuh keluar dari mulut Alice.

"Kau ... Hengg." Lissa mengangkat tangannya hendak menampar Alice namun urung tidak berani, walau bagaimanapun akan habis dia jika dikeluarkan dari kampus ini. Akhirnya ia memilih untuk pergi.

"Alice, hebat banget sih," puji Lucy sembari menunjukkan kedua jempolnya yang Alice balas dengan senyuman tipis.

Sementara gadis cupu di samping mereka sedang menatap Alice dengan penuh binar kagum. Dengan penampilan nya yang seperti ini, ia selalu dibully dan diasingkan. Namun, ia tidak punya keberanian untuk melawan.

"Ka-kamu yang namanya Alice Lawrence?" sapanya dengan senyum malu-malu.

"Iya," jawab Alice dengan senyum yang ramah.

"Namamu siapa?" lanjutnya dengan masih menatap gadis itu.

"A-aku Kiara Bell."

"Nama yang cantik, apakah kita bisa berteman?"

"Eh, te-tentu saja," jawab Kiara dengan antusias, selama ini belum pernah ada gadis manapun yang mengajaknya berteman.

'Kiara Bell, satu-satunya orang yang membela Alice saat dituduh mendorong Olivia ke danau,' batin Alice sembari membalas senyuman Kiara dengan manis.

.

.

.

Hari pertama kuliah telah berlalu, Alice juga mendapat banyak teman baru dari SMA yang berbeda. Sedangkan orang-orang dari SMA yang sama dengannya tidak mau memandangnya sedikitpun.

"Al, kita keluar bersama ya!" ajak Kiara dengan tatapan puppy eyes. "Ayo!"

Mereka kemudian keluar bersama, sepanjang jalan semua orang menatap aneh ke arah mereka. Bagaimana tidak? Dua orang gadis cantik berjalan bersama upik abu. Benar-benar berbeda kasta menurut mereka.

Sementara Kiara yang menjadi objek tatapan itu mulai merasa minder, niatnya hanya ingin lebih dekat lagi dengan Alice tapi malah ditatap seperti itu oleh mereka.

Alice yang menyadarinya segera menggenggam tangan Kiara, "Ayo!" ajaknya dengan tersenyum kemudian melanjutkan perjalanan mereka hingga akhirnya terpisah dengan jemputan masing-masing.

Di sisi lain terlihat seorang pria sedang mengepalkan tangannya erat, bagaimana mungkin gadis itu tidak mengacuhkannya sepanjang hari? Dimana gadis yang biasa menempel padanya? Dimana gadis yang selalu meneriakkan namanya?

Melihat mobil Alice yang telah menghilang karena jarak membuat Aldric semakin merasa kehilangan.

"Tidak! Untuk apa aku pikirin dia? Ini pasti trik. Kau pikir akan bisa menarik perhatian ku dengan cara seperti itu? Aku tetap tidak akan peduli padamu. Pada akhirnya, kau pasti kembali mengejar ku lagi," gumamnya sembari tersenyum percaya diri, menghindari kenyataan dengan angan-angan belaka.

Namun setelah tiga hari berlalu semuanya tetap sama. Gadis yang sebelumnya tidak bisa jauh darinya barang satu detik kini bahkan tak pernah menatapnya lagi meski berpas-pasan di koridor kampus.

"Argh, kenapa aku yang jadi tidak tenang gini sih? Tenanglah Al, tenang! Jangan biarkan gadis itu menang, kau harus menjaga harga dirimu! Jangan menyapanya duluan meski nanti kalian ada di kelas yang sama!" monolog Aldric seorang diri sembari menatap dirinya di depan cermin toilet.

Sementara Malvin yang berada tepat dibelakangnya tengah menahan tawa. Bos nya tengah frustasi dengan gadis yang selalu ia tolak? 'Untung saja toilet ini kosong' pikirnya dengan mengulum senyum.

Namun baru berpikir seperti itu, terlihat beberapa mahasiswa yang sedang berusaha mendorong pintu toilet. "Hey, Bro. Jangan masuk dulu! Ada yang boker tidak siram, jadi toiletnya busuk sekali," kilah Malvin membuka sedikit celah di pintu.

Mendengar penjelasan Malvin yang sangat menjijikan membuat mereka urung dan kembali berjalan pergi. Malvin pun tersenyum senang, setidaknya mereka tidak akan melihat wajah bos nya yang tengah patah hati.

Namun saat membalikkan badannya ia refleks terperanjat. Aldric tengah menatap ke arahnya dengan tatapan mata seperti elang. "E-eh, Bos."

"Kau bilang aku boker tidak siram?"

"I-iya, Bos. Eh, bu-bukan. Aku bilang ada yang boker, kan aku tidak bilang orang itu adalah Bos," jawab Malvin dengan menyengir kuda.

"Kau! Memangnya ada orang lain di sini selain aku dan kau?" Geram Aldric mengangkat tangannya, ingin sekali ia mentempeleng sahabatnya ini.

"Hehe, tidak ada, Bos. Kan daripada mereka lihat wajah Bos yang frustasi karena Nona Alice, lebih baik mereka mengira Bos jorok," sahut Malvin cepat sembari menghindar dari pukulan tangan sang bos.

Namun bukan Aldric namanya jika ia melepas seseorang begitu saja, ia justru semakin membabi buta, sepertinya ia ingin membuat asisten masa depannya segera menghilang dari muka bumi.

Malvin pun berteriak kesakitan, lalu dengan cepat berlari keluar toilet dengan Aldric yang mengejar dari belakang. Maklum saja, keduanya adalah sahabat sedari kecil. Wajar jika bersikap kekanakan.

Namun, saat berbelok di koridor Aldric menabrak seorang gadis. Gadis yang samar-samar ia ingat sebagai teman sekelasnya. Refleks ia memeluk pinggang gadis itu agar tidak terjatuh.

"Eh, maaf," ucap Aldric seraya melepas gadis itu dengan wajah malu namun tatapannya menusuk ke arah Malvin. Sedangkan Malvin malah menjulurkan lidahnya dan tertawa mengejek.

Di sisi lain Alice yang melihat kejadian itu merasa hatinya seperti diremas. 'Apa ini? Jangan bilang kau cemburu, Alice?' rutuk Ayla pada respon tubuh Alice.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tbc.

🌼🌼🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

Dede Mila

Dede Mila

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-01-01

0

Hasan

Hasan

hadehhhh kakang drik elu ga nyadar ya br sehari dicuekin saja sudah terasa loh🤣🤣🤣

2023-04-30

2

Ida Blado

Ida Blado

lagaknya di tolak giliran di jauhi uring2 an,dasar sok jual mahal

2023-01-06

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Ayla Navara
2 Bab 2 ~ Kehidupan Kedua
3 Bab 3 ~ Memberantas Benalu
4 Pengumuman
5 Bab 4 ~ Kau Harus Memberi Pelajaran pada Mereka
6 Bab 5 ~ Senyuman Aneh
7 Bab 6 ~ Merasa Diremas
8 Bab 7 ~ Alice Yang Sangat Berubah
9 Bab 8 ~ Alergi Ayla
10 Bab 9 ~ Cara Lain
11 Bab 10 ~ Ternyata Imut
12 Bab 11 ~ Lucy Yang Usil
13 Bab 12 ~ Nyasar
14 Bab 13 ~ Camping
15 Bab 14 ~ Perburuan Barang
16 Bab 15 ~ Mencari Keberadaannya
17 Bab 16 ~ Diterkam
18 Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang
19 Bab 18 ~ Kembali Jahat
20 Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
21 Bab 20 ~ Virtual Life
22 Bab 21 ~ Benang Merah
23 Bab 22 ~ Tabir Masa Lalu Ayla
24 Bab 23 ~ Apes
25 Bab 24 ~ Topi Hijau
26 Bab 25 ~ Speechless
27 Bab 26 ~ Tertawa Lepas
28 Bab 27 ~ Hiduplah Dengan Bahagia
29 Bab 28 ~ Pulangnya Orangtua Alice
30 Bab 29 ~ Obrolan Group Yang Menenangkan
31 Bab 30 ~ Membuat Meradang Hati Calon Mertua
32 Bab 31 ~ Sebuah Toko Buku
33 Bab 32 ~ Bertarung Bersama
34 Bab 33 ~ Pis
35 Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
36 Bab 35 ~ Butuh Sandaran
37 Bab 36 ~ Darier Si Mood Booster
38 Bab 37 ~ Seperti Kata Pepatah
39 Bab 38 ~ Skandal
40 Bab 39 ~ Tentang Pemeran Utama Sebenarnya
41 Bab 40 ~ Seperti Terpedaya Namun Penuh Tipu Daya
42 Bab 41 ~ Dasar Bos Cemburuan
43 Bab 42 ~ Kamu Calon Cucu Menantuku?
44 Bab 43 ~ Queen Of Antagonist
45 Bab 44 ~ Hukuman Untuk Kiara
46 Bab 45 ~ Jangan Harap Orang Lain Bisa Memilikimu
47 Bab 46 ~ Bermain Mobil-mobilan
48 Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
49 Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
50 Bab 48 ~ Mencari Tahu
51 Bab 49 ~ Dibius
52 Bab 50 ~ Gedung Tua Mangkrak
53 Bab 51 ~ Sulit Tapi Tidak Boleh Menyerah
54 Bab 52 ~ Kakak Rindu Padaku?
55 Bab 53 ~ Menemukannya
56 Bab 54 ~ Siapa Tigle?
57 Bab 55 ~ Mengapa Memiliki Tanda Yang Sama
58 Bab 56 ~ Menangis Pilu
59 Bab 57 ~ Memilih Untuk Kembali
60 Bab 58 ~ Dua Bayi Besar Sedang Mencari Perhatian
61 Bab 59 ~ Menegangkan Namun Menyenangkan
62 Bab 60 ~ Bermain Sebentar
63 Bab 61 ~ Drama Kecil
64 Bab 62 ~ Masih Awam
65 Bab 63 ~ Berhasil
66 Bab 64 ~ Mengecoh
67 Bab 65 ~ Mengecoh (2)
68 Bab 66 ~ Akhir
69 Epilog
70 Akhir Kata
71 Fake Antagonist Season 2
72 Karya Baru.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ~ Ayla Navara
2
Bab 2 ~ Kehidupan Kedua
3
Bab 3 ~ Memberantas Benalu
4
Pengumuman
5
Bab 4 ~ Kau Harus Memberi Pelajaran pada Mereka
6
Bab 5 ~ Senyuman Aneh
7
Bab 6 ~ Merasa Diremas
8
Bab 7 ~ Alice Yang Sangat Berubah
9
Bab 8 ~ Alergi Ayla
10
Bab 9 ~ Cara Lain
11
Bab 10 ~ Ternyata Imut
12
Bab 11 ~ Lucy Yang Usil
13
Bab 12 ~ Nyasar
14
Bab 13 ~ Camping
15
Bab 14 ~ Perburuan Barang
16
Bab 15 ~ Mencari Keberadaannya
17
Bab 16 ~ Diterkam
18
Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang
19
Bab 18 ~ Kembali Jahat
20
Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
21
Bab 20 ~ Virtual Life
22
Bab 21 ~ Benang Merah
23
Bab 22 ~ Tabir Masa Lalu Ayla
24
Bab 23 ~ Apes
25
Bab 24 ~ Topi Hijau
26
Bab 25 ~ Speechless
27
Bab 26 ~ Tertawa Lepas
28
Bab 27 ~ Hiduplah Dengan Bahagia
29
Bab 28 ~ Pulangnya Orangtua Alice
30
Bab 29 ~ Obrolan Group Yang Menenangkan
31
Bab 30 ~ Membuat Meradang Hati Calon Mertua
32
Bab 31 ~ Sebuah Toko Buku
33
Bab 32 ~ Bertarung Bersama
34
Bab 33 ~ Pis
35
Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
36
Bab 35 ~ Butuh Sandaran
37
Bab 36 ~ Darier Si Mood Booster
38
Bab 37 ~ Seperti Kata Pepatah
39
Bab 38 ~ Skandal
40
Bab 39 ~ Tentang Pemeran Utama Sebenarnya
41
Bab 40 ~ Seperti Terpedaya Namun Penuh Tipu Daya
42
Bab 41 ~ Dasar Bos Cemburuan
43
Bab 42 ~ Kamu Calon Cucu Menantuku?
44
Bab 43 ~ Queen Of Antagonist
45
Bab 44 ~ Hukuman Untuk Kiara
46
Bab 45 ~ Jangan Harap Orang Lain Bisa Memilikimu
47
Bab 46 ~ Bermain Mobil-mobilan
48
Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
49
Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
50
Bab 48 ~ Mencari Tahu
51
Bab 49 ~ Dibius
52
Bab 50 ~ Gedung Tua Mangkrak
53
Bab 51 ~ Sulit Tapi Tidak Boleh Menyerah
54
Bab 52 ~ Kakak Rindu Padaku?
55
Bab 53 ~ Menemukannya
56
Bab 54 ~ Siapa Tigle?
57
Bab 55 ~ Mengapa Memiliki Tanda Yang Sama
58
Bab 56 ~ Menangis Pilu
59
Bab 57 ~ Memilih Untuk Kembali
60
Bab 58 ~ Dua Bayi Besar Sedang Mencari Perhatian
61
Bab 59 ~ Menegangkan Namun Menyenangkan
62
Bab 60 ~ Bermain Sebentar
63
Bab 61 ~ Drama Kecil
64
Bab 62 ~ Masih Awam
65
Bab 63 ~ Berhasil
66
Bab 64 ~ Mengecoh
67
Bab 65 ~ Mengecoh (2)
68
Bab 66 ~ Akhir
69
Epilog
70
Akhir Kata
71
Fake Antagonist Season 2
72
Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!