Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang

Sementara Edric, walau menghindar namun tetap terluka di lengan, ia berhasil lepas dari serigala namun sang predator tidak mau pergi dan ingin kembali menyerang. Tidak ada cara lain, Edric mengeluarkan sebuah senjata api yang selalu ia bawa kemanapun dan mengarahkannya pada serigala.

DORRR...

Satu tembakan membuat serigala ambruk namun belum mati. Tatapannya melemah, untuk bangkit pun ia tak kuat lagi. Edric memang membidik kaki belakang serigala itu, menurutnya sudah cukup membuatnya lumpuh tidak perlu sampai mati.

Alice segera menghampiri Edric, meski tertegun sejenak ketika mendengar suara tembakan yang menggelegar, ia tidak bisa membuang waktu lagi. Bukan tidak mungkin akan ada serigala lain yang datang menghadang.

"Pak, Bapak tidak papa?" tanya Alice dengan lirih, matanya tampak berkaca-kaca. Melihat kondisi Edric mengingatkannya pada seseorang, orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Namun demi menyelamatkannya, orang itu harus pergi selamanya.

Edric terpanah, gadis yang tadi tampak berani dan tenang kini terlihat resah ketika ia terluka. "Aduhhh..." rengek Edric dengan sengaja, padahal luka di lengannya tidaklah seberapa, hanya saja darah yang terus mengalir membuat lukanya tampak parah.

Melihat Edric yang sangat kesakitan membuat air mata yang sejak tadi Alice tahan seketika mengalir begitu saja. "Hey, kenapa menangis? Jangan menangis!" bujuk Edric dengan lembut sembari mengusap air mata gadis itu.

Alice hanya menggeleng, ia berusaha menguasai diri kemudian mulai memapah sang dosen untuk berdiri. Ia berusaha keras untuk mengangkat tubuh besar itu, sedangkan Edric yang lukanya tidak parah-parah amat malah sengaja seperti tidak bertenaga hanya untuk modus agar dipeluk lebih erat oleh gadis kecil ini.

Ia tatap dalam wajah kecil Alice dari samping, kemudian tersenyum kecil tanpa gadis itu sadari.

'Aldric, karena dari awal kau ingin membuangnya maka tidak akan aku biarkan kau memungutnya kembali,' batinnya di dalam hati. Untuk kali ini ia tidak akan mengalah lagi pada sang adik tiri, ya adik tirinya.

Sejak mamanya meninggal, papa Edric yaitu Bastian Nelson menikah lagi dengan seorang wanita yang kaya raya. Hal ini yang menjadikan Aldric, anak bungsu sebagai pewaris sah. Sementara Edric selalu diabaikan, oleh karenanya ia tidak pernah membuka identitasnya pada siapapun.

Dan ia juga lebih memilih untuk keluar dari mansion keluarga Nelson. Namun walau begitu, Edric sangat menyayangi adik nakalnya itu. Ia selalu mengawasi Aldric, karena itulah ia tahu bahwa Aldric tidak pernah menghargai keberadaan sang tunangan.

.

.

.

Di sisi lain setelah mendengar suara tembakan, Aldric dan teman-temannya segera mencari ke sumber suara. Begitu juga dua pawang hewan yang memimpin di depan untuk berjaga-jaga, mengingat di tengah hutan ini memang terdapat banyak binatang buas.

Alice memapah Edric dengan susah payah. Sembari memapah, matanya juga waspada melirik kesana kemari. Hatinya yang tenang kini mulai terganggu, takut kalau-kalau akan ada serigala yang kembali menghadang.

"ALICE ..." Sebuah teriakan membuat Alice seketika tersenyum.

"HAVEN," teriak Alice menyahut sumber suara.

"Dengar, itu suara Alice," pekik Haven senang.

Mereka pun semakin mempercepat langkah, begitu juga dengan Alice yang seketika mendapat semangatnya kembali.

"Pak, Bapak jangan pingsan ya!" pinta Alice lirih, ia lirik sebentar wajah pria itu. Wajah yang sudah mulai sedikit pucat. Edric mengangguk, ia rebahkan kepalanya di bahu Alice seolah ia tak punya tenaga lagi untuk sekedar menjawab.

"ALICE."

"EDRIC."

"PAK."

Teriak orang-orang yang serasa semakin dekat. Alice pun terus melangkah perlahan, karena membawa sebuah beban besar tidaklah mudah untuknya. Saat akan berteriak ketika melihat Aldric dan teman-temannya dari kejauhan, Alice dikejutkan oleh Edric yang sudah pasang badan di depannya.

Pria itu nampak tidak terluka sedikitpun seperti tadi. Saat Alice mengintip, ia dikejutkan dengan segerombol serigala yang ternyata datang menghadang, mungkin ada sekitar enam ekor.

Entah karena dendam teman mereka atau apa, mereka tampak marah. Serigala adalah salah satu binatang yang dikenal memiliki solidaritas yang tinggi. Bahkan apabila salah satu dari mereka sakit, yang lain akan mencarikan ia makan hingga serigala itu sembuh.

Serigala itu mengelilingi mereka, Alice pun membelakangi Edric. Kedua punggung mereka saling bersandar. Alice dan Edric tidak akan menyerang bila serigala itu tidak membahayakan mereka.

"Hey, itu Alice dan pak Edric!" kata Aldric sembari berlari ke arah mereka. Namun alangkah terkejutnya saat ia menyadari Alice dan Edric sedang dikepung segerombol serigala. Lebih terkejut lagi ketika serigala itu mulai melompat dan menyerang Alice.

Namun tak disangka, gadis itu dengan lihai menghindar dan bahkan sempat mematahkan sebatang kayu untuk memukul serangan serigala. Sebuah gerakan yang sangat cepat dan mempesona, bahkan Aldric dan Edric tidak menyangka Alice bisa bertarung.

Kedua pawang hewan yang melihat itu segera menghadang, mengambil alih perlawanan. Aldric segera menghampiri Alice dan memeluknya erat, "Alice, kau tidak papa?" tanyanya lirih, tampak jelas kekhawatiran di wajahnya.

Alice tergugu, ia hanya bisa mendorong tubuh Aldric namun pelukan pria itu terlalu erat. Sementara Edric yang kini sudah dipapah oleh Nico tidak menampakkan ekspresi apapun, namun di dalam hati ia merasakan hawa panas yang menghinggapi.

.

.

.

Karena kejadian itu, Alice dan Edric dipulangkan duluan. Sebelumnya luka mereka sudah ditangani oleh tim SAR yang telah tiba. Keduanya kini berada di dalam mobil menuju ke kota.

Selama perjalanan Edric bagaikan pria tak bertulang, ia terus merebahkan kepalanya di bahu Alice. Alice pun tak bisa menolak, pria ini telah menyelamatkan nyawanya maka ia harus tahu berbalas budi.

Sedangkan yang lainnya tetap melanjutkan camping hingga waktu yang ditentukan. Meski kesal, namun Aldric harus mematuhi peraturan kampus, begitu juga dengan teman-teman Alice terutama Lucy.

Sebenarnya ia ingin menemani sang nona untuk pulang, ia tidak peduli meski poinnya harus berkurang. Namun Alice melarang, ia baik-baik saja dan Lucy tidak perlu khawatir.

Merasa berhutang nyawa pada Edric, keesokan harinya Alice pun berkunjung ke rumah pria itu untuk menjenguknya.

Sementara di dalam rumah, yakni di ruang kerjanya Edric sedang berunding dengan beberapa orang yang tempo hari mengejar Alice.

"Cari tahu siapa itu!" pinta Edric dengan dingin.

"Baik, Tuan."

Tingtong ... Tingtong ...

Suara bel mengalihkan perhatian Edric, lewat monitor CCTV yang terpasang ia bisa lihat Alice yang sedang berdiri di teras rumahnya. Seketika ia tersenyum, senyuman yang membuat anak buahnya bergidik.

"Kalian keluarlah! Jangan lewat depan, lewat pintu belakang saja!" titahnya sembari melangkah keluar dari ruang kerja. Beberapa orang itu pun segera mengikuti perintah sang tuan. Ketiganya pergi dengan mengendap-endap, lewat pintu belakang agar tidak terlihat oleh tamu istimewa sang tuan.

Edric melangkah cepat menuju pintu, hingga sampai di depan pintu langkahnya terhenti. Ia acak rambutnya hingga berantakan, kemudian mengubah raut wajahnya menjadi lebih sendu, baru ia buka pintu di depannya.

"Alice?"

"Pagi, Pak. Bagaimana keadaan Bapak?"

"Seperti yang kamu lihat," jawab Edric tanpa semangat.

"Bapak belum makan?" tanya Alice ketika melihat sang dosen 5L (lesu, lelah, letih, lemah, lapar).

"Emm, belum."

"Yah, kalau tau begitu saya bawa makanan dari rumah. Ini saya hanya bawa buah-buahan saja."

"Tidak papa."

"Emm, apa boleh saya masuk?"

"Hmm."

Alice pun masuk ke dalam, rumah Edric masih tampak sepi seperti terakhir kali ia berkunjung. "Bapak tidak ada ART ya?" tanya Alice yang dibalas gelengan oleh pria itu.

"Apa Bapak ada bahan makanan?"

"Untuk apa?"

"Saya akan masakin Bapak."

"Memangnya kamu bisa masak?"

"Bapak meremehkan saya?" tanya Alice yang dijawab dengan wajah tidak percaya milik Edric.

Alice pun merasa geram, ia lalu mencari bahan makanan di kulkas namun yang ada hanya berbagai makanan instan. Alice pun memutuskan untuk membuat spaghetti. Tangannya yang lihai dan cekatan dalam menggunakan pisau dan alat dapur membuat Edric yang duduk di meja dapur tercengang.

'Putri keluarga terpandang juga bisa masak selihai ini?' batinnya tidak percaya.

.

.

.

"Gimana? Enakkan, Pak?" tanya Alice ketika melihat Edric makan dengan lahap.

"Hmm, biasa saja."

"Kalau begitu tidak perlu dimakan! Saya akan pesan makanan saja." Alice ingin meraih piring sang dosen namun ditahan oleh pria itu.

"Ini makanan saya, kamu tidak boleh membuangnya!"

"Bilang saja enak," gumam Alice sembari tersenyum kecil. Begitu juga Edric yang tampak salah tingkah.

'Ya Tuhan, apa aku jadi sakit beneran?' batinnya ketika merasakan wajahnya yang memanas.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tbc.

🌼🌼🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

Ida Blado

Ida Blado

gue lbh suka sama edrick,bagaimamapun sebelumnya tepatnya di cerita adlinya aldrick udah jht

2023-01-07

7

AK_Wiedhiyaa16

AK_Wiedhiyaa16

Nah betul, sedari awal Aldric udh nyia2in Alice, jadi gw dukung Edric & Alice

2022-11-05

6

月亮星星 ( yueliang xingxing )🌟🌙

月亮星星 ( yueliang xingxing )🌟🌙

bner edrick rebut aja alice nya.. jngn smpe d lepas

2022-10-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Ayla Navara
2 Bab 2 ~ Kehidupan Kedua
3 Bab 3 ~ Memberantas Benalu
4 Pengumuman
5 Bab 4 ~ Kau Harus Memberi Pelajaran pada Mereka
6 Bab 5 ~ Senyuman Aneh
7 Bab 6 ~ Merasa Diremas
8 Bab 7 ~ Alice Yang Sangat Berubah
9 Bab 8 ~ Alergi Ayla
10 Bab 9 ~ Cara Lain
11 Bab 10 ~ Ternyata Imut
12 Bab 11 ~ Lucy Yang Usil
13 Bab 12 ~ Nyasar
14 Bab 13 ~ Camping
15 Bab 14 ~ Perburuan Barang
16 Bab 15 ~ Mencari Keberadaannya
17 Bab 16 ~ Diterkam
18 Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang
19 Bab 18 ~ Kembali Jahat
20 Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
21 Bab 20 ~ Virtual Life
22 Bab 21 ~ Benang Merah
23 Bab 22 ~ Tabir Masa Lalu Ayla
24 Bab 23 ~ Apes
25 Bab 24 ~ Topi Hijau
26 Bab 25 ~ Speechless
27 Bab 26 ~ Tertawa Lepas
28 Bab 27 ~ Hiduplah Dengan Bahagia
29 Bab 28 ~ Pulangnya Orangtua Alice
30 Bab 29 ~ Obrolan Group Yang Menenangkan
31 Bab 30 ~ Membuat Meradang Hati Calon Mertua
32 Bab 31 ~ Sebuah Toko Buku
33 Bab 32 ~ Bertarung Bersama
34 Bab 33 ~ Pis
35 Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
36 Bab 35 ~ Butuh Sandaran
37 Bab 36 ~ Darier Si Mood Booster
38 Bab 37 ~ Seperti Kata Pepatah
39 Bab 38 ~ Skandal
40 Bab 39 ~ Tentang Pemeran Utama Sebenarnya
41 Bab 40 ~ Seperti Terpedaya Namun Penuh Tipu Daya
42 Bab 41 ~ Dasar Bos Cemburuan
43 Bab 42 ~ Kamu Calon Cucu Menantuku?
44 Bab 43 ~ Queen Of Antagonist
45 Bab 44 ~ Hukuman Untuk Kiara
46 Bab 45 ~ Jangan Harap Orang Lain Bisa Memilikimu
47 Bab 46 ~ Bermain Mobil-mobilan
48 Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
49 Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
50 Bab 48 ~ Mencari Tahu
51 Bab 49 ~ Dibius
52 Bab 50 ~ Gedung Tua Mangkrak
53 Bab 51 ~ Sulit Tapi Tidak Boleh Menyerah
54 Bab 52 ~ Kakak Rindu Padaku?
55 Bab 53 ~ Menemukannya
56 Bab 54 ~ Siapa Tigle?
57 Bab 55 ~ Mengapa Memiliki Tanda Yang Sama
58 Bab 56 ~ Menangis Pilu
59 Bab 57 ~ Memilih Untuk Kembali
60 Bab 58 ~ Dua Bayi Besar Sedang Mencari Perhatian
61 Bab 59 ~ Menegangkan Namun Menyenangkan
62 Bab 60 ~ Bermain Sebentar
63 Bab 61 ~ Drama Kecil
64 Bab 62 ~ Masih Awam
65 Bab 63 ~ Berhasil
66 Bab 64 ~ Mengecoh
67 Bab 65 ~ Mengecoh (2)
68 Bab 66 ~ Akhir
69 Epilog
70 Akhir Kata
71 Fake Antagonist Season 2
72 Karya Baru.
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ~ Ayla Navara
2
Bab 2 ~ Kehidupan Kedua
3
Bab 3 ~ Memberantas Benalu
4
Pengumuman
5
Bab 4 ~ Kau Harus Memberi Pelajaran pada Mereka
6
Bab 5 ~ Senyuman Aneh
7
Bab 6 ~ Merasa Diremas
8
Bab 7 ~ Alice Yang Sangat Berubah
9
Bab 8 ~ Alergi Ayla
10
Bab 9 ~ Cara Lain
11
Bab 10 ~ Ternyata Imut
12
Bab 11 ~ Lucy Yang Usil
13
Bab 12 ~ Nyasar
14
Bab 13 ~ Camping
15
Bab 14 ~ Perburuan Barang
16
Bab 15 ~ Mencari Keberadaannya
17
Bab 16 ~ Diterkam
18
Bab 17 ~ Pria Tak Bertulang
19
Bab 18 ~ Kembali Jahat
20
Bab 19 ~ Aku Menyukaimu
21
Bab 20 ~ Virtual Life
22
Bab 21 ~ Benang Merah
23
Bab 22 ~ Tabir Masa Lalu Ayla
24
Bab 23 ~ Apes
25
Bab 24 ~ Topi Hijau
26
Bab 25 ~ Speechless
27
Bab 26 ~ Tertawa Lepas
28
Bab 27 ~ Hiduplah Dengan Bahagia
29
Bab 28 ~ Pulangnya Orangtua Alice
30
Bab 29 ~ Obrolan Group Yang Menenangkan
31
Bab 30 ~ Membuat Meradang Hati Calon Mertua
32
Bab 31 ~ Sebuah Toko Buku
33
Bab 32 ~ Bertarung Bersama
34
Bab 33 ~ Pis
35
Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
36
Bab 35 ~ Butuh Sandaran
37
Bab 36 ~ Darier Si Mood Booster
38
Bab 37 ~ Seperti Kata Pepatah
39
Bab 38 ~ Skandal
40
Bab 39 ~ Tentang Pemeran Utama Sebenarnya
41
Bab 40 ~ Seperti Terpedaya Namun Penuh Tipu Daya
42
Bab 41 ~ Dasar Bos Cemburuan
43
Bab 42 ~ Kamu Calon Cucu Menantuku?
44
Bab 43 ~ Queen Of Antagonist
45
Bab 44 ~ Hukuman Untuk Kiara
46
Bab 45 ~ Jangan Harap Orang Lain Bisa Memilikimu
47
Bab 46 ~ Bermain Mobil-mobilan
48
Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
49
Bab 47 ~ Kenangan Langka Versi Darier
50
Bab 48 ~ Mencari Tahu
51
Bab 49 ~ Dibius
52
Bab 50 ~ Gedung Tua Mangkrak
53
Bab 51 ~ Sulit Tapi Tidak Boleh Menyerah
54
Bab 52 ~ Kakak Rindu Padaku?
55
Bab 53 ~ Menemukannya
56
Bab 54 ~ Siapa Tigle?
57
Bab 55 ~ Mengapa Memiliki Tanda Yang Sama
58
Bab 56 ~ Menangis Pilu
59
Bab 57 ~ Memilih Untuk Kembali
60
Bab 58 ~ Dua Bayi Besar Sedang Mencari Perhatian
61
Bab 59 ~ Menegangkan Namun Menyenangkan
62
Bab 60 ~ Bermain Sebentar
63
Bab 61 ~ Drama Kecil
64
Bab 62 ~ Masih Awam
65
Bab 63 ~ Berhasil
66
Bab 64 ~ Mengecoh
67
Bab 65 ~ Mengecoh (2)
68
Bab 66 ~ Akhir
69
Epilog
70
Akhir Kata
71
Fake Antagonist Season 2
72
Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!