Ia tidak memiliki hubungan apapun dengan gadis ini, tidak mungkin kan ia boleh melucuti pakaian orang seenaknya. Tapi jika terus dibiarkan maka bisa membuat gadis itu sakit nantinya.
Di antara kebimbangan yang melanda, Edric mengedarkan pandangannya. Matanya seketika tertuju pada sebuah cardigan yang terlentang di atas sebuah batu. Dapat dipastikan kalau sebelum terlelap Alice masih sempat mengeringkan cardigan itu.
Dengan cepat Edric meraihnya, meski belum terlalu kering namun ini lebih baik dibanding pakaian yang gadis itu kenakan saat ini. Ia letakkan senter dan cardigan itu disebelah Alice, memejamkan kedua matanya dan mulai meraba untuk melepas atasan gadis itu.
Namun, kedua tangannya malah dengan lancang memegang dua benda kenyal dan empuk yang sontak membuatnya kedua matanya mendelik. Sedangkan Alice tampak mengernyit tidak tenang.
Dan Edric, bukannya melepaskan ia malah tampak linglung, nampak sekali meski sudah tua ia sama sekali tidak ada pengalaman dalam bidang ini.
Setelah sadar, ia buru-buru menarik kedua tangannya dan mengatur napasnya yang tiba-tiba tertahan. Setelah itu mencoba berpikir dengan jernih. Mencari cara yang lebih efektif dan efisien.
Akhirnya ia mematikan senter dan berusaha melepas hoodie yang Alice pakai. Setelah lepas ia mengambil cardigan, dan menutup tubuh Alice. Baru ia hidupkan kembali senternya.
Akhirnya ia bisa bernapas lagi. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya berulang kali. Lalu menatap sekeliling dan menemukan beberapa ranting kayu dan daun-daun kering yang berserakan. Entah dari mana asalnya, sepertinya ada orang yang berkunjung ke gua ini sebelumnya.
Edric lalu mengumpulkannya menjadi satu dan membuat sebuah api unggun kecil menggunakan batu. (note : dari kecil othor penasaran sama buat api dari batu, dan udah coba berulang kali tapi belum pernah berhasil😭. Ada yang sama?)
Untuk sekarang ia hanya bisa bertahan, ia tidak mungkin membawa Alice kembali dengan cuaca seperti ini. Selain itu, posisi mereka terlalu dalam ke tengah hutan. Bukan mustahil jika akan ada binatang buas yang mengintai.
Ia lalu duduk di samping Alice, merapatkan tubuhnya agar bisa saling berbagi kehangatan.
.
.
.
Keesokan harinya.
"Bos, tunggu!" pekik Malvin ketika Aldric ingin kembali ke hutan pagi-pagi sekali.
Ya, semalam Malvin dan Haven berhasil menarik pria itu kembali. Mereka khawatir jika bukan hanya Alice yang celaka, melainkan Aldric juga akan ikutan bila melanjutkan pencarian.
"Apa? Kau tidak bisa menahanku lagi!" tegas Aldric dengan tatapan tajam, semalaman ia tidak bisa terlelap memikirkan nasib sang tunangan yang seorang diri di dalam hutan. Ia bahkan tidak sadar jika sang kakak juga belum kembali.
Sementara di dalam gua, Alice mengernyit kemudian membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa berat, seperti di dekap erat oleh seseorang. Dan benar saja, Edric masih terlelap dengan berbagi cardigan dengannya.
Sontak Alice melebarkan kedua matanya dan berteriak. "Akkhhh ... Bapakkk!" teriaknya membuat Edric seketika terlonjak kaget.
"Ada apa?"
"Apa yang Bapak lakukan?" tanya Alice merebut cardigannya, kemudian menoleh ke arah lain dengan kesal ketika menyadari pria itu bertelanjang dada.
"Kau bisa lihat sendiri apa yang sudah saya lakukan." Bukannya menjelaskan, Edric malah menggodanya seakan apa yang dipikirkan gadis itu adalah nyata.
Alice menarik napasnya kasar, ia masih memakai tank top dan tidak merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Jadi pria ini pasti hanya melepas hoodienya saja.
Di saat masih melamun, tiba-tiba sesuatu sudah melayang ke wajahnya. "BAPAK..." pekiknya kesal.
Sementara Edric hanya menarik sudut bibirnya, "Cepat pakai bajumu! Hujan sudah reda, kita harus kembali ke perkemahan."
"Bapak, hadap ke sana!"
"Untuk apa? Saya sudah lihat ukuran kamu yang kecil itu semalam," ujar Edric dengan wajah menyebalkan, membuat Alice kembali membulatkan kedua matanya.
Seandainya jika ia tahu Edric bahkan sempat meremas miliknya yang kecil itu maka entah apa yang akan gadis itu lakukan.
"Haha, baiklah. Saya tunggu kamu di luar gua. Yang cepat!" lanjut Edric sembari terkekeh, membuat Alice yang sebelumnya kesal dan marah seketika merasa aneh melihat pria itu bisa tertawa.
Setelah beberapa menit, Alice keluar dari gua dan mereka segera pergi dari sana. Perjalanan akan cukup panjang mengingat mereka berada di tengah hutan. Keduanya juga hanya diam selama perjalanan, tidak ada yang berinisiatif untuk memulai pembicaraan.
Sementara di sisi lain, Aldric dan teman-temannya berserta salah seorang pembina yang bernama Nico dan beberapa orang masyarakat setempat termasuk di antaranya ada dua orang pawang hewan telah memulai pencarian kembali.
Mereka telah melapor pada tim SAR, dan tim sudah dalam perjalanan.
Masing-masing dari mereka meneriakkan nama Alice dan Edric berulang kali. Ya, dari Nico mereka tahu kalau Edric belum kembali dari semalam. Dan ini semakin menambahkan keresahan seorang Aldric.
.
.
.
Alice dan Edric mulai lelah, lama berjalan tapi mereka serasa berputar-putar saja. Inilah yang Alice alami semalam, karena itu ia memutuskan menyerah dan berteduh di dalam gua.
Sudah belum makan, kedinginan sepanjang malam, tampang compang-camping, benar-benar menambah kesan lelah mereka. Edric yang melihat kondisi Alice yang lelah memutuskan untuk rehat sejenak.
Mereka duduk di bawah pohon besar. Alice mengeluarkan air mineral dari ransel kecilnya dan meneguk beberapa. "Pak, mau minum?" tawar Alice sembari menyodorkan botol minumnya.
Edric menerimanya dan menenggak langsung dari botol tersebut yang seketika membuat Alice berdehem. Secara tidak langsung mereka telah berciuman, dan itu membuat Alice merasa tidak nyaman. Sedangkan Edric terlihat biasa saja, entah ngerti atau tidak tapi sudut bibir sekilas terangkat.
Tiba-tiba dari arah samping Alice, terdengar suara kedatangan sesuatu. Keduanya merasa waspada, dan menoleh perlahan secara bersamaan. Terlihat seekor serigala sedang menatap nyalang kedua manusia di hadapannya.
Refleks Alice dan Edric bangkit dan mundur beberapa langkah. Edric segera pasang badan di hadapan Alice. Padahal Alice tidak merasa takut, ia bahkan tahu ini akan terjadi. Karena di cerita yang asli Olivia dan Aldric juga dihadang oleh serigala.
Dan dahulu saat membaca bagian itu, dengan penasarannya Ayla melakukan pencarian bagaimana seharusnya cara yang baik melawan binatang buas seperti ini. Bukan dengan melarikan diri, tapi tunjukkan padanya bahwa kau akan jauh lebih kuat dan besar darinya.
Dengan perlahan Alice mendekat, menatapnya dengan tajam namun tidak menatap langsung ke matanya, lalu merentangkan cardigan yang ia pakai. Kemudian berteriak sekuat tenaga, agar serigala itu merasa terintimidasi.
"Hey, apa yang kau lakukan?" marah Edric, wajahnya terlihat sedikit tegang dengan keberanian gadis ini. Dengan tidak sabarnya ia kembali menghadang serigala dan menyembunyikan gadis itu dibelakangnya. Tentu saja Alice kesal, padahal tadi serigala itu sudah tampak mundur.
Namun ia tidak menyerah, ia terus berteriak dan merentangkan cardigannya dibelakang tubuh Edric. Kemudian menarik Edric untuk mundur perlahan, "Ayo!" ajak Edric ingin mereka berlari bersama.
"Kita tidak boleh membelakanginya, atau dia akan mengejar kita. Cukup mundur saja," ujar Alice tenang, sebenarnya ia juga mulai takut tapi takut tidak akan berguna jika ia lestarikan saat ini.
Sementara Edric yang melihat itu justru merasa semakin terpanah dengan gadis ini. Meski masih muda dan bertubuh kecil tapi sangat berani dan tenang.
Dengan perlahan mereka mundur, "Pak, ayo bantu saya berteriak!"
"Apa? Mana mungkin saya berteriak?"
"Suaraku sudah serak karena berteriak dari tadi."
Dengan terpaksa Edric membuka mulutnya dan mulai mengeluarkan suara. Suara serak yang kaku dan datar membuat Alice sontak tertawa keras.
"Kau menertawakan saya?"
"Haha, ti-tidak, Pak."
"Awas ya kamu!" ancamnya yang membuat Alice seketika menahan tawanya.
Setelah agak jauh mereka baru bisa bernapas lega, namun keberuntungan tidak berpihak. Dari arah belakang tiba-tiba seekor serigala melompat dan menerkam. Edric yang menyadarinya segera mendorong Alice dan ia sendiri juga menghindar.
Serigala memang sering berburu secara bergerombol, jadi lepas dari satu tidak dapat dipastikan sudah aman. Alice berteriak ketakutan.
Sementara Edric, walau menghindar namun tetap terluka di lengan, ia berhasil lepas dari serigala namun sang predator tidak mau pergi dan ingin kembali menyerang. Tidak ada cara lain, Edric mengeluarkan sebuah senjata api yang selalu ia bawa kemanapun dan mengarahkannya pada serigala.
DORRR...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tbc.
🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
MashMellow🍭
dor dor dor dor
tembak tembak tembak
🤣🤣🤣
2025-02-04
0
Lyfita Official
Sama :)
2023-07-09
1
Noor Hayati
api maksudnya
2023-05-23
1