Noni mengetahui jika Nasya selama beberapa hari ini tidak datang ke Rumah Makan Cintarasa melainkan menjaga Ibu Surti. Tercetus ide untuk memengaruhi Gadhing.
"Mas."
"Ya, ada apa?" tanya Gadhing yang baru saja selesai membaca pembukuan jual beli sapi yang ada di malang.
"Mas kok gak marah Nasya mengurus Ibu Surti dan masih berhubungan?" pancing Noni langsung membuat Gadhing menoleh ke arahnya.
"Maksud kamu apa?" tanya Gadhing yang sebenarnya posesif terhadap Nasya dibalik rasa bencinya.
"Kemarin aku lihat Nasya sedang berduaan di Kafe."
Gadhing tanpa menjawab langsung keluar kamar menuju kamar belakang dimana kamar Nasya berada. Sedang Noni tersenyum kemenangan karena dengan mudah memprovokasi Gadhing untuk semakin membenci Nasya.
Nasya yang kebetulan sedang teleponan dengan Bunda Fadia terlonjat kaget ketika pintu kamarnya di buka kasar.
Nasya menoleh ke arah pintu melihat siapa pelaku yang tak sopan, pikirnya. Saat hendak protes, ia menjadi terkejut karena sang pelaku adalah suaminya.
Ia pun memutuskan sambungan telepon setelah pamit dan mengucapkan salam pada Bunda Fadia.
...----------------...
Di Malang, Bunda Fadia menjadi cemas setelah Nasya tiba-tiba pamit dengan suara gugup. Ia tahu bila Nasya tengah berada dalam masalah.
"Kamu kenapa?" tanya Buya Niko menghampiri, duduk di sebelah Bunda Fadia.
Bunda Fadia menatap ponselnya. "Aku ngerasa Nasya dalam masalah, Mas. Aku mendengar suara keras dan Nasya terlihat gugup saat pamit padaku."
Buya Niko mengusap lengan Bunda Fadia. "Kita do'akan semoga itu hanya perasaan kamu saja."
Bunda Fadia hanya mengangguk pasrah walau dalam hatinya tak tenang.
...----------------...
"Mas," ucapnya lirih.
Gadhing tak menggubris, menutup pintu lalu mendekat pada Nasya dengan mata nyalang. "Dari mana saja kamu hari ini?" sentak Gadhing membuat Nasya terperanjat.
"Aku hari ini ke Rumah Sakit, Rumah Makan, dan Kafe, mas."
Gadhing tersenyum miring semakin mengeratkan cengkraman di tangan Nasya. Baginya, Kafe yang dikatakan Nasya adalah tempat pertemuan bersama Dimas seperti yang dikatakan Noni.
"Kamu menuduh Noni telah berselingkuh dengan Dimas padahal kamu sendiri masih berhubungan dengan mantan calon suamimu itu. Apa kamu nggak bisa jaga marwah mu sebagai istri?" sentak Gadhing.
Nasya meringis mencoba melepaskan cengkraman tangan Gadhing. Matanya sudah berkaca-kaca karena baru pertama kali diperlakukan kasar pada suaminya. Selama ini, walau Gadhing selalu membenci nya tak pernah menyentuh bahkan kasar seperti ini.
"Sa-sakit mas," cicit Nasya menatap Gadhing. Seketika itu juga cengkeraman itu terlepas.
Nasya memegang bekas cengkeraman tadi. Tak menyangka bila Gadhing akan berbuat kasar padanya.
"Aku bertemu dengan Mas Dimas karena harus membahas Rumah Makan Cintarasa yang sudah dialihkan atas nama dia. Aku juga tahu kalau sekarang adalah seorang istri makanya memilih untuk bertemu di Kafe. Lebih baik bertanya baik-baik sebelum berlaku kasar kayak gini. Pergilah, mas. Malam ini bukan giliran mas berada di kamar ku. Mas marah begini sudah seperti suami yang sedang cemburu," tekan Nasya tak ingin menatap Gadhing.
Gadhing mengepal tangan erat. Tanpa berkata lagi, ia meninggalkan kamar Nasya yang masih menyisakan amarah di hatinya.
Gadhing masuk ke dalam kamar langsung disambut Noni yang sudah mengenakan pakaian tidur terawang.
"Mas," panggil Noni dengan suara mendayu.
Gadhing memaksakan tersenyum. Tentu saja tahu bila istrinya hendak meminta nafkah batin.
Dibuka kaos yang di kenakan dan mereka melakukan hubungan suami istri malam itu dengan keadaan hati Gadhing yang masih belum tenang.
...----------------...
Di dalam kamar Nasya terduduk di lantai. Ia baru saja dari ruang tamu dan tak sengaja mendengar suara kenikmatan Gadhing dan Noni.
Ditutup mulutnya agar suara tangis tak terdengar keluar. Sekuat tenaga menenangkan hati walau tak bisa.
Nasya bangkit, masuk ke dalam kamar mandi. Dilihat wajah nya kusut nya. "Astaghfirullah, wajah mu Nasyama!" pekik Nasya.
"Namamu itu Nasyama Khadijah Putri tapi nasib mu kayak Aisyah. Yang tak lain bukan hanya kamu istri suamimu. Tapi aku berharap, kisah cintamu juga semanis kisah cinta Rasulullah dan Aisyah."
Ditatap dalam wajahnya dari pantulan cermin. Lalu dijentikkan jemarinya dengan mengucap mantra ala Nasyama. "Nasyama cantik, tersenyum dan kembalilah semangat. Hari indah menantimu," ucapnya seketika ia tersenyum kembali.
Di buka hijabnya, lalu mencuci muka barulah keluar dari kamar mandi. Selepas itu, Nasya hendak ke dapur lagi membuat susu cokelat karena kebiasaan meminumnya sebelum tidur.
Ketika di depan pintu, sebelum membukanya, Nasya menghela nafas berat. Beruntung bila ingin ke dapur, kamarnya tak melewati kamar Gadhing dan Noni.
Ia berjalan santai karena setiap ruangan sudah gelap karena lampu dipadamkan. Langkahnya melamban ketika mendengar suara ribut dari dapur.
Nasya yang sudah beberapa kali berkunjung ke rumah Gadhing sebelum menikah, sudah banyak tahu dimana letak saklar berada seperti saklar dapur ini.
Nasya mematung melihat siapa orang yang telah membuat keributan di dapur. Seketika itu juga menelan saliva rasanya seperti menelan bakso bulat tanpa di kunyah lebih dahulu.
Begitu juga sang pembuat onar, Gadhing. Ia sengaja tetap memadamkan lampu dapur karena tak ingin mengganggu kedua istrinya.
Tadi, setelah memberi nafkah batin pada Noni, Gadhing memilih pergi ke dapur setelah mandi junub. Tak biasanya seperti ini karena sepanjang proses memberi nafkah batin pun masih merasa tak tenang akibat perdebatan nya dengan Nasya.
Ia membuat kopi dan juga susu cokelat untuk Nasya karena tahu kebiasaan istri keduanya itu. Sebelum menikah, sedari Nasya kecil yang membuat susu cokelat sebelum tidur adalah Gadhing. Namun semenjak sudah menikah, tak pernah lagi membuatkan nya karena berbeda tempat tinggal.
Sering sekali Gadhing memerhatikan Nasya walau dengan dalih karena terpaksa di suruh Bunda Fadia dan selalu menyatakan kebencian pada Nasya.
Saat mengaduk susu cokelat tersebut, Gadhing menyadari perbuatan nya langsung berhenti mengaduk susu. Tiba-tiba ia kesal pada dirinya sendiri sehingga membanting sendok yang masih di pegangnya.
Dan saat itulah Nasya mendengar keributan dari arah dapur.
Lampu telah hidup, Nasya mengerutkan dahinya melihat dua gelas di atas meja berhadapan dengan Gadhing berisi susu dan kopi.
Nasya mendekati Gadhing lalu duduk, meneguk gelas berisi susu cokelat itu. "Enak. Rasanya masih sama. Makasih, mas."
Gadhing berdecak lalu duduk di seberang Nasya. Menyesap kopi seraya curi-curi pandang kebarah Nasya yang juga sedang asgik menyesap susu cokelat buatan nya.
Tapi bukan itu yang menarik perhatian nya. Rambut panjang nyalah yang membuat gagal fokus. Terakhir sekali melihat rambut Nasya ketika istri muda nya berusia dua belas tahun lebih tepatnya kelas enak SD.
Hatinya terus mengucap istighfar karena Junior nya tiba-tiba bangun hanya memandang leher mulus Nasya.
"Besok, tetap pakai hijab mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Neulis Saja
ah ada apa dgnmu oon, apakah juniornya berdiri?
2023-10-11
0
ria
cuman liat leher aja langsung bangun..wkwkw
2022-10-20
0
Hardi Hardi
manasih belum up juga
2022-08-14
0