Permen jahe

Pagi-pagi sekali, Fadlan sudah berdandan rapi, sebenarnya ia merasa malas, namun demi anak-anaknya ia harus semangat. Hari ini adalah pertemuan dan perkenalan dengan kandidat para janda. Fadlan akan ditemani kedua sepupunya. Seperti biasa, Fadil yang menemani, kali ini dia mengajak Hawa untuk menemaninya bersama Fadlan, kebetulan suaminya Hawa (AL) sedang bertugas.

Zidan dan Pipit yang melihat Abinya sedang merapihkan bajunya, mereka berdua malah tersenyum-senyum.

"Cieeeeee yang mau ketemuan sama janda. Hati-hati Bi, kata Mbah Usman banyak kandidat yang mengaku-ngaku jadi janda padahal masih punya suami." Tutur Zidan.

"Sssttthhh, anak kecil dilarang komen."

"Kak Zidan, janda itu apa sih?" Tanya Pipit.

"Tuh tanyakan saja pada Abi."

Zidan malah melemparkan pertanyaan adiknya. Pipit pun langsung mendekati Fadlan.

"Abi, janda itu apa?" Kembali Pipit bertanya sambil duduk dipangkunya Fadlan. Fadlan hanya tersenyum.

"Nanti kalau kau sudah besar, pasti tau."

"Bi, aku punya tips loh biar Abi gak merasa malu ketemu perempuan." Ujar Zidan. Mendengar itu Fadlan langsung antusias.

"Benarkah?"

"Hmmm."

"Caranya?"

Zidan pun membisikan sesuatu pada Abinya.

"Abi cukup kunyah permen jahe 3 biji, dijamin Abi gak bakalan nunduk terus."

"Yang benar?"

"Hmmm, kalau gak percaya cobain saja."

Seketika itu pula Fadlan menghubungi Fadil dan meminta untuk dibawakan permen jahe.

Selang beberapa lama kemudian, Fadil datang bersama Hawa, Fadil sudah membawa beberapa permen jahe permintaan kakak sepupunya itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Fadlan pun menemui Fadil dan Hawa, tak lupa juga ia menyuruh Zidan untuk pergi ke asrama santri, biar Zidan bisa belajar bersama teman-temannya. Pipit pun diantarkan ke rumahnya Sarah.

Kini Fadlan, Fadil dan Hawa sudah pergi ke restoran. Dan secara diam-diam, Rania mengikuti mereka, Rania tau kalau Fadlan akan menemui beberapa kandidat calon istrinya.

...***...

Sesampainya di sebuah restoran, Fadlan, Fadil dan Hawa sudah duduk disalah satu meja, mereka sedang menunggu Bela, janda dari kampung sebelah.

"Kak Fadlan, aku sudah membawa kantong plastik berwarna hitam, kalau kak Fadlan merasa malu, kak Fadlan bisa menutup wajahnya pake kantong plastik." Tutur Fadil. Fadlan sudah mengernyit bahkan sedikit kesal, sementara Hawa sudah tertawa-tawa.

"Belajarlah dari suamiku ka, dia pernah menggodaku dihadapan uminya." Ujar Hawa.

Fadlan hanya bisa menunduk, jelas ia sangat berbeda dengan AL. AL adalah seorang yang pemberani, sementara dirinya sudah jelas ia seorang yang pemalu.

Diujung restoran itu ada Rania yang diam-diam sedang memperhatikan mereka, ia ingin tau bagaimana Fadlan berkenalan dengan para kandidat janda. Meskipun Rania bersembunyi, tapi Fadlan bisa mengetahuinya. Fadlan sudah menyipitkan matanya pada putrinya Dokter Husna itu.

"Mau apa putrinya Dokter Husna itu disini?" Batin Fadlan.

Karena Rania ketahuan sedang memperhatikan Fadlan, akhirnya ia hanya tersenyum pada Fadlan, tak lupa ia melambaikan tangannya sambil mengedipkan matanya genit. Fadlan langsung menundukan wajahnya, merasa kesal dan juga takut, kenapa ia harus bertemu Rania di restoran itu. Fadlan yakin kalau Rania sengaja mengikutinya.

Tidak lama kemudian datanglah Bela kesana.

"Permisi Assalamualaikum."

Bela mendekati mereka.

"Waalaikumussalam."

Fadlan, Fadil dan Hawa sudah menganga melihat Bela yang kini sedang hamil besar.

"Bela?" Tanya Fadil sedikit tidak percaya. Tentunya Bela langsung mengangguk-angguk. Semua sudah saling lirik.

"Mba Bela sedang hamil?" Tanya Fadlan.

"Iya Mas."

"Emang suaminya mba Bela kemana?, Ko mba Bela ikutan jadi kandidat calon istrinya kak Fadlan sih?" Tanya Fadil.

"Iya aku ikutan, kan syaratnya itu janda, ke kebetulan aku ini seorang janda, kemarin aku pacaran sama seorang Bos, eh ketika tau aku hamil dia malah kabur. Mas Fadlan mau kan nikahin aku dan bertanggung jawab atas kehamilanku?" Tutur Bela.

Fadlan sudah menganga, ia melirik Fadil yang kini sudah menggeleng memberikan isyarat kalau Fadlan harus menolak.

"Ajaib, dihamilin pacarnya minta tanggung jawabnya sama kak Fadlan. Dunia mulai tidak beres." (Fadil).

"TER LA LU." (Hawa).

Akhirnya Bela pun ditolak dan pergi. Rania sudah cekikikan tak bersuara melihatnya. Fadlan yang tau kalau Rania menertawakannya nya, ia pun menggeram kesal sambil menatap Rania. Saat Rania tau kalau dirinya ditatap si Duda pemalu, ia pun langsung mengucapkan sesuatu dengan nada pelan, namun Fadlan tau dengan kalimat yang diucapkan Rania melalui gerak bibirnya.

"I LOVE YOU." (Rania).

Seketika itu pula Fadlan langsung menundukan wajahnya, malu dan kesal. Rania malah kembali tertawa.

Kandidat kedua pun datang yaitu Mila, perempuan cantik dan masih muda.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Fadlan, Fadil dan Hawa sudah tersenyum. Dari segi penampilan, Mila terlihat cantik dan sopan.

"Nah perempuan ini kayanya cocok deh sama kak Fadlan, meskipun janda tapi dia masih terlihat cantik dan muda. Pokoknya cocok." (Fadil).

"Hmmm, lumayan buat kak Fadlan." (Hawa).

Mereka pun mengobrol-ngobrol. Mila terlihat elegan dan sangat rendah hati, bahasanya pun begitu lemah lembut. Dari sekian kandidat yang pernah ditemui Fadlan, baru kali ini ada yang bisa dikatakan lumayan cocok. Fadlan pun sudah merasa gugup dan malu.

"Maaf ya, kak Fadlan ini orangnya pemalu." Ujar Hawa. Mila pun tersenyum.

"Lebih baik pemalu dari pada malu-maluin." Ujar Mila sambil tertawa kecil.

"Kayanya kak Fadlan menyukainya deh, buktinya dia senyum terus sedari tadi meskipun cuma menunduk doang." (Fadil).

"Kak Fadlan, ajak bicara dong mba Mila nya, kak Fadlan jangan diam saja, santai saja gak perlu malu-malu." Ujar Hawa.

Tak bisa dibohongi rasa malu Fadlan tiba-tiba double update kembali, ia sudah keringetan. Kali ini Fadlan tak ingin gagal, ia ingin memberikan putra-putrinya seorang ibu, tentunya mendapatkan istri untuknya.

"Ayo Fadlan, jangan sia-siakan kesempatan, Mila sedikit jauh lebih baik dari beberapa kandidat yang lain. Buang dulu rasa malumu itu." Batin Fadlan.

Tiba-tiba Fadlan teringat dengan Zidan yang memberinya saran untuk makan permen jahe 3 biji, Zidan bilang permen jahe akan menghilangkan rasa malu nya. Seketika Fadlan mengambil permen jahe dari saku bajunya, ia pun langsung memakan 3 permen jahe sekaligus. Tiba-tiba matanya langsung melotot, lidah dan mulutnya langsung merasakan sensasi pedas plus panas.

Fadlan sudah kalang kabut kepedesan sambil mengipas ngipas mulutnya. Tentu saja Fadil, Hawa dan Mila langsung terkejut.

"Kak Fadlan kenapa?"

"Pedes."

Fadlan masih mengipas-ngipas mulutnya. Hawa sudah memberikannya minum. Akhirnya rasa pedas permen itu hilang setelah Fadlan meminum dua gelas air. Rania yang melihat pun langsung tertawa-tawa tanpa suara. Kembali Fadlan menyipitkan matanya pada Rania yang kini sedang menertawakan nya.

"Kak Fadlan ngapain sih makan permen jahe sekaligus tiga. Mau uji nyali ya?" Ujar Fadil heran.

Fadlan langsung membisikan sesuatu.

"Kata si Zidan, makan tiga permen jahe bisa menghilangkan rasa malu."

Fadil langsung mengernyit.

"Si Zidan kurang asem, bapaknya dikerjain begitu." (Fadil).

"Iya rasa malunya hilang, tapi rasa sensasi pedasnya datang." Gerutu Fadil.

Suasana pun kembali normal.

"Ngomong-ngomong mba Mila kenapa bisa jadi janda?" Tanya Hawa.

"Suamiku sudah meninggal setahun yang lalu."

"Ohhh. Janda ditinggal mati."

"Sudah punya anak?" Tanya Fadlan yang kini mulai mau berbicara.

"Sudah mas."

"Aku pun sudah punya anak dua." Ujar Fadlan.

"Anakku banyak mas, tuh mereka pada kesini." Tunjuk Mila pada anak-anak yang kini masuk ke restoran itu.

Fadlan sudah menganga, begitu juga dengan Fadil dan Hawa yang melihat ada 6 orang anak kecil yang berlarian mendekati meja mereka.

"Itu, itu anak-anaknya mba Mila?" Tanya Fadlan sedikit tidak percaya. Mila sudah mengangguk-angguk.

"Iya mereka anak-anakku. Yang paling besar 12 tahun, ada yang 10 tahun, ada yang 8 tahun, ada yang 7 tahun, ada yang 5 tahun dan yang paling bungsu usianya 3 tahun." Tutur Mila.

Fadlan sudah terkejut bukan main.

"Anaknya banyak banget." (Fadlan).

"Anaknya setengah lusin." (Hawa).

"Waktu suaminya masih hidup, sepertinya mba Mila rajin berproduksi." (Fadil).

"Ajaib." (Rania).

Keenam anak-anak itu berlari mendekati ibunya.

"Mamaaa"

Mila tersenyum menyambut anak-anaknya.

"Anak-anak, kenalin ini Om Fadlan, dia calon ayah kalian." Ujar Mila.

Keenam anak itu tersenyum dan langsung meloncat ke pangkuannya Fadlan. Tentu saja Fadlan terkejut, tidak menyangka kalau reaksi anak-anaknya Mila begitu antusias.

Ada yang memeluk Fadlan, ada yang menarik hidung dan telinganya Fadlan, ada yang menarik-narik kakinya Fadlan, ada yang naik ke pundaknya Fadlan. Ada yang memainkan pecinya Fadlan, bahkan yang bungsu sudah menggigit telinganya Fadlan hingga si Duda pemalu itu menjerit kesakitan.

"AWWWWWWW."

"Duh maaf ya mas Fadlan, anak-anak memang suka nakal." Ujar Mila.

Sebenarnya Fadlan bisa menerima anak-anaknya Mila, apalagi mereka anak-anak yatim, tapi sayang anak-anaknya Mila semuanya nakal hingga akhirnya Fadlan menolak Mila. Rania kembali tertawa melihatnya.

"Bisa geger otak kak Fadlan punya anak-anak tiri seperti mereka." Ujar Fadil.

Ketika Mila dan anak-anaknya pergi, Fadil pun pergi ke toilet begitu juga dengan Hawa. Fadlan hanya duduk sendirian, sedang mengusap-usap telinganya yang digigit. Rania pun berjalan mendekat dan ikut duduk dihadapannya si Duda pemalu itu.

"Jika para janda sudah mulai mengantri untuk mendapatkan mu, aku akan sabar menunggu antrian ku, kuharap kau bisa banting setir dari cari janda hingga cari gadis perawan." Tutur Rania.

Sebenarnya Fadlan bukan tidak menginginkan gadis perawan, hanya saja ia sudah tidak punya rasa percaya diri, karena usianya yang matang serta statusnya yang Duda beranak dua.

"Kau yakin ingin menjadi calon istriku?" Tanya Fadlan.

Rania hanya tersenyum.

"Kau ini seorang gadis muda, paras mu cantik, sepertinya kau pun pintar, kenapa kau ingin menjadi istri seorang Duda sepertiku, bukankah diluar sana masih banyak lelaki muda, perjaka, tampan dan sukses, kenapa memilihku yang sudah jelas usia kita jauh berbeda. Apa kau hanya ingin mempermainkan ku?"

"Mas Duda dengarkan aku, ada orang yang bilang jika Duda itu DUNIA DAMAI, jadi jika para wanita ingin hidupnya penuh kedamaian di dunia ini, maka pilihlah Duda." Tutur Rania sambil tersenyum senyum. Fadlan hanya diam mengernyit.

Ketika Rania melihat Hawa berjalan ke mejanya, ia pun segera pergi.

"Mas Duda, aku tunggu acara kencan kita ya."

Terpopuler

Comments

cccc

cccc

Fadlan bs bicara lancar dgn Rania, bukannya pemalu y

2023-12-02

1

Neulis Saja

Neulis Saja

wait Rania ! why are you going ?

2022-12-29

1

Dianherlina Siswoyo

Dianherlina Siswoyo

DUDA Dunia Damai... bisa aee Rania😜

2022-12-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!