Keesokan harinya. Masih ada Windi dan Winda kandidat dari Fadli adiknya Fadlan. Fadlan sudah bersiap, sebenarnya ia sudah tidak ingin dikenalkan lagi pada perempuan, bukan hanya karena malu, tapi juga karena kandidatnya gak ada yang bener.
Fadlan percaya jika Allah masih memberikan dia jodoh, pasti Allah akan hadirkan seseorang untuknya tanpa harus dicari.
Kali ini yang akan menemani Fadlan menemui kandidat adalah Fadil dan Silmi. Sarah sudah berdo'a biar Fadlan menyukai salah satu kandidatnya, secara Winda dan Windi itu adalah kandidat terakhir.
Fadlan, Silmi dan Fadil sudah menunggu di restoran biasa, kali ini ia sedang menunggu Winda.
"Kak Fadlan kali ini gak boleh diam saja, harus sedikit agresif, atau paling tidak banyak bicara jangan cuma nunduk doang." Ujar Fadil mengingatkan mungkin sedikit protes.
"Sepertinya dalam situasi seperti ini, kak Fadlan harus kerasukan Abi Usman deh biar gak kenal sama yang namanya malu." Ujar Silmi.
"Dari dulu kan aku memang seperti ini. Sepede-pede nya aku, tetep saja kalau berhadapan dengan perempuan percaya diri ku hilang." Ujar Fadlan pasrah.
"Kayanya bude Sarah pas hamilnya pernah nginjek tanaman putri malu deh, makanya kak Fadlan punya penyakit pemalu stadium 3." Ujar Silmi.
"Kau benar Mimi, kata bude Sarah, waktu dia hamil pernah jalan-jalan ke kebun, tidak sengaja di kebun nginjak pohon putri malu, makanya hasilnya ya seperti ini." ujar Fadil hingga Fadlan hanya bisa cemberut.
Tidak lama kemudian datanglah seorang ibu paruh baya mendekati mereka.
"Hallo, mana yang namanya Fadlan?" Tanya ibu itu.
"Saya." Ujar Fadlan.
Fadil dan Silmi sudah mencari-cari Winda.
"Bu, anak ibu si Winda kemana, ko ibu datangnya sendirian sih?" Tanya Silmi.
"Saya Winda." Ujar si ibu paruh baya itu.
Kini Fadlan, Fadil dan Silmi sudah menganga, rupanya Winda adalah perempuan paruh baya yang usianya hampir sama dengan Sarah.
Bu Winda pun sudah ikut duduk bergabung. Fadlan mulai menggaruk tengkuknya, bingung sendiri ketika berkenalan dengan ibu-ibu yang serasa berkenalan dengan Sarah ibunya sendiri.
"Adik durjana si Fadli mah, masa kakaknya dikasih ibu-ibu begini." (Fadil).
"Inimah bukan tante-tante lagi, tapi emak-emak." (Silmi).
"Bu Winda ini kalau boleh tau berapa usianya ?" Fadlan memberanikan diri bertanya.
"Usia saya 37." Jawab Bu Winda. Semua langsung mengernyit mendengarnya.
"Masa sih ibu usianya masih 37 tahun, kak Fadlan yang usianya 37 tahun saja masih kelihatan muda." Ujar Silmi.
"Usia saya memang 37 tahun, tapi itu 20 tahun yang lalu." Ujar Bu Winda sambil tertawa kecil.
Kembali Fadlan, Silmi dan Fadil menganga.
"Astaghfirullah alazim, berarti usianya sekarang itu 57 tahun Mimi." Bisik Fadil pada Silmi.
"Ho oh."
"Kalau melihat orang itu jangan dilihat dari usianya, tapi lihatlah kekencangan kulitnya. Aku masih kuat jika sehari mas Fadlan minta belasan ronde." Ujar Bu Winda.
Lagi-lagi mereka bertiga menganga hingga Bu Winda tertawa.
"Duh biasa saja kali ekspresi wajah kalian. Aku ini dikaruniai jiwa dan raga yang kuat. Aku sudah biasa mengangkat galon, sudah biasa memikul beras berkarung-karung. Kalau mas Fadlan gak percaya ayo kita buktikan, mas Fadlan saya gendong." Ujar Bu Winda. Mendadak Fadlan merinding ketakutan.
"Tidak terima kasih." Ujar Fadlan.
"Sepertinya Bu Winda ini seorang wonder woman ya." Ujar Silmi.
Fadlan sudah memberi kode pada Fadil kalau dia menolak Bu Winda. Akhirnya Bu Winda gugur.
Setelah Bu Winda dinyatakan gugur dan pergi dari restoran itu, kini mereka bertiga sedang menunggu saudaranya Bu Winda yaitu Windi masih kandidat dari Fadli.
Tiba-tiba ada seorang banci datang mendekati mereka.
"Halllooooooo." Sapa banci itu sambil tersenyum sumringah.
"Mimi punya uang gepokan gak, itu ada yang ngamen." Ujar Fadil.
Silmi pun mengambil uang dan memberikannya pada banci itu.
"Ikh ko malah dikasih duit sih, aku kan bukan tukang ngamen, kesini tuh mau kenalan sama mas Fadlan." Ujar si banci dengan nada bicara yang gemulai.
"Windi?" Tunjuk Fadil pada si Banci.
"Yuhuuuuuuu."
Si banci pun membenarkan jika dirinya adalah Windi. Kembali mereka menganga.
"Si Fadli benar-benar saudara durjana. Tadi dikasih emak-emak sekarang dikasih banci." Batin Fadil.
"Ini sih bukan Windi tapi Wendi." Ujar Silmi.
"Ember, aku kalau siang Wendi tapi kalau malem Windi. Hi hi hi." Ujar Si banci sambil tersenyum senyum. Windi pun mendekati Fadlan yang kini sudah mulai ketakutan.
"Aduh mas Fadlan gantengnya. Manis deh ikh kaya dodol Papua." Ujar Windi sambil mencolek dagunya Fadlan.
"Astaghfirullah alazim. Jangan colek-colek mba, bukan mahram." Ujar Fadlan.
"Ikh, ko gemeeezzz sih, boleh gak sih nyium." Ujar Windi si banci dengan ekspresi geregetan.
Fadlan matanya langsung melotot ketakutan, ia segera kabur dari restoran itu meninggalkan Fadil dan Silmi.
"Mas Fadlan mau kemana ikh. Ikuuuuuut"
"Maaf ya Windi cantik, kau ditolak." Ujar Fadil yang langsung menarik tangan Silmi untuk ikutan kabur.
Akhirnya gugur semua kandidat tanpa tersisa. Fadlan pasrah, iya yakin jika Allah masih memberikannya jodoh, ia pasti akan dipertemukan dengan cara istimewa.
***
Jakarta.
Seorang perempuan bernama Rania (25 tahun) sedang berdiri menatap bangunan kosong yang habis terbakar. Matanya sudah berkaca-kaca. Seminggu yang lalu bangunan itu adalah sebuah cafe miliknya, namun tiba-tiba cafenya kebakaran hingga hancur. Sebelum terbakar cafe itu dibangun dengan begitu indah, besar dan menarik, namun sekarang sudah jadi bangunan kosong.
Rania membangun cafe itu dengan uang pinjaman, ia meminjam uang itu pada sahabat ayahnya yang seorang rentenir yang bersedia membantu. Rania tidak tau jika pinjaman seperti itu dilarang, baru saja dua tahun cafe itu berjalan, tiba-tiba cafenya kebakaran. Sekarang Rania sedang kebingungan, uang pinjamannya sudah jatuh tempo. Sebenarnya ia membayarnya dengan cara angsuran perbulan pada seorang rentenir sahabat ayahnya, namun ketika cafenya kebakaran, pak Beno (58 tahun) yang meminjamkan uang itu tiba-tiba minta Rania untuk melunasi semua pinjamannya karena waktunya sudah jatuh tempo. Sebelum meminjamkan uang itu, mereka mengadakan sebuah perjanjian, jika sampai dua tahun hutangnya masih belum lunas, maka Rania harus mau menjadi istrinya pak Beno, istri ketiganya. Secara Rania meminjam 5 Milyar, selama dua tahun ini ia hanya bisa membayar bunganya saja.
Pak Beno memberikan saran agar Rania mau jadi istri ketiganya baru hutangnya dianggap lunas. Jelas saja Rania tidak mau, secara pak Beno itu seumuran dengan ayahnya, apalagi pak Beno sudah mempunyai dua orang istri. Pak Beno memberinya waktu 3 bulan untuk melunasi semuanya. Mereka pun mengadakan perjanjian hitam diatas putih jika Rania tidak bisa melunasi semua hutangnya, maka Rania harus mau jadi istri ketiganya.
Rania sudah menangis melihat bangunan kosong itu, ia bingung harus minta tolong pada siapa, ayahnya sudah meninggal, sementara ibunya sendiri tidak tau kalau dirinya mempunyai banyak hutang. Selama ini dia tinggal sendirian di Jakarta, ayah dan ibunya tinggal di kota lain, ayahnya baru meninggal 8 bulan yang lalu. Dari kecil ia tinggal dengan kakek neneknya dan jauh dari agama.
"Ya Allah berilah Hambamu ini pertolongan, hamba tidak mau jadi istri ketiga si tua Bangka itu." Batin Rania yang mulai prustasi, ia sudah mengacak-acak rambutnya yang kini di kuncir seperti ekor kuda.
Tiba-tiba datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat dibelakangnya Rania. Rania langsung menghapus air matanya dan menatap pak Beno yang turun dari mobil mewah itu.
"Hai Rania cantik, mau sampai kapan kau menatap bangunan gosong itu. Seharian kau tatap bangunan itu, bangunan itu tidak akan pernah berubah jadi istana. Sekarang menyerahlah, jadilah istri ketiga ku, dijamin kau akan hidup enak." Tutur pak Beno yang kini disebelahnya sudah ada dua orang bodiguard.
"Aku pastikan dalam tiga bulan ini akan kulunasi hutangnya." Tegas Rania. Pak Beno malah tertawa mendengarnya.
"Baiklah Rania aku tunggu tiga bulan lagi, ingat ya 5 M, kalau kau tidak sanggup, pasrah saja jadi istriku." Ujar pak Beno yang kini masuk ke mobilnya meninggalkan Rania.
Setelah kepergian pak Beno, Rania kembali menangis.
"Bu tolong aku, anakmu ini terjerat hutang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Neulis Saja
Rania, jual aja bangunannya biar lepas dari hutang
2022-12-29
1
Dianherlina Siswoyo
kasian amaaatttt si Fadlan saya udh kaya Kunti malem² ketawa ketiwi baca nya🤪🤪🤣🤣🤣🤣🤣
2022-12-24
1
Muhtar Ndori
mungkinkah raina jodohnya fadlan tapi modalnya besar harus lunasi dulu 5M hehe.....
2022-10-20
1