Mendaftar

Masih dengan Rania yang baru pulang ke klinik. Ia pun mengucapkan salam sebelum masuk, teringat dengan ucapannya ustadz Usman tadi.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Dokter Husna sudah mengernyit melihat Rania yang pulang tanpa hijab.

"Rania, bukankah tadi kau berangkat lari pagi pake jilbab ya, ko pulang-pulang jilbabnya gak ada?" Tanya Dokter Husna sedikit kesal. Rania malah nyengir.

"Maaf Bu jilbabnya jatuh gak tau dimana, mungkin aku larinya terlalu kencang hingga tidak sadar kalau jilbabnya terlepas dan jatuh." Rania membela diri saat melihat ibunya sudah menyipitkan matanya, seperti sudah siap untuk memberinya omelan.

Dokter Husna kembali mengernyit heran.

"Bagaimana ceritanya jilbab di kepala bisa hilang. Ibu sudah bicarakan pada ustadzah Ulfi jika kau ingin belajar agama bersamanya, kau cukup belajar di rumah saja, tapi mulai belajarnya minggu dengan. Nanti sore kita ke rumahnya ustadz Soleh untuk meminta izin jika kau dalam Minggu-minggu ini atau dalam bulan-bulan ini akan tinggal disini."

Rania hanya mengangguk. Lalu kembali izin pergi.

"Aku pergi dulu ke depan ya Bu, cuma sebentar."

"Tapi pake dulu kerudungnya, ambil di rumah." Pinta Dokter Husna.

"Kelamaan Bu."

"Kau gak boleh keluar tanpa kerudung." Tegas Dokter Husna.

Rania langsung menarik gorden yang berukuran sedang di klinik itu.

"Pinjam gordennya dulu Bu, nanti biar kupakai sebagai kerudung. Aku lagi buru-buru." Rania langsung berlari, namun ketika diambang pintu ia berhenti dan baru teringat belum mengucapkan salam.

"Assalamualaikum Bu."

"Waalaikumussalam."

Rania pun berlari menuju pos sekuriti. Ketika sampai disana ia langsung menemui Yudi dan Yuda.

"Assalamualaikum Om kembar."

"Waalaikumussalam."

Yudi dan Yuda sudah saling lirik melihat Rania mengunakan hijab gorden.

"Yud, ini perempuan blasteran hijabnya pake gorden. Apa ini model terbaru di tahun ini?" Bisik Yudi.

"Biarkan saja, dia lagi belajar menutup auratnya, hargai orang yang lagi belajar, mungkin dia belum punya kerudung, do'akan saja biar kedepannya dia nanti pakai kerudung syar'i." Bisik Yuda.

"Aamiin."

"Om Yudi aku mau ngasih formulir pendaftaran jadi calon istrinya si mas Duda." Ujar Rania sambil memberikan kertas formulir itu.

"Ok mba Rania, nanti kita kasih sama ustadz Usman."

Setelah memberikan kertas formulir itu Rania langsung pergi, namun si kembar memanggilnya.

"Mba Rania ada yang ketinggalan." Teriak si kembar. Seketika Rania langsung menghentikan langkahnya lalu menatap Yudi dan Yuda.

"Salamnya ketinggalan." Yudi mengingatkan. Rania langsung tersenyum malu.

"Assalamualaikum." Ujar Rania sembari lari kembali.

"Waalaikumussalam."

Setelah kepergian Rania, si kembar langsung membuka dan membaca formulir itu karena merasa penasaran. Kemarin Dokter Husna menolaknya bahkan sampai mengusir mereka, namun tiba-tiba ia mengisi formulir itu. Namun tiba-tiba mereka langsung terdiam dan saling melirik ketika melihat nama si calon pendaftar.

"Bukan Dokter Husna Yud yang mendaftar, tapi mba Rania sendiri."

"Apa dia juga seorang janda????"

...***...

Kini ustadz Usman sudah mengumpulkan semua data yang akan menjadi kandidat calon istrinya Fadlan. Kertas Formulir sudah bertumpuk dihadapannya. Ustadz Soleh sudah sedikit kesal dengan ide adiknya yang membagikan kertas formulir.

"Man, kalau si Fadlan tau kau membagikan kertas formulir pendaftaran menjadi calon istrinya, si Fadlan pasti marah."

"Kak, ini semua demi putramu, kemarin saja waktu ketemuan sama semua kandidat calon istrinya si Fadlan, banyak sekali yang tidak sesuai. Ada tukang dagang," belum juga ustadz Usman selesai bicara, Ustadz Soleh langsung memotongnya.

"Itu perempuan rekomendasi darimu." Gerutu ustadz Soleh. Ustadz Usman sudah cekikikan sendiri, lalu kembali bicara.

"Ada emak-emak usia 57 tahun, ada anak ABG 17 tahun, ada pula yang seorang banci. Kalau kita punya formulirnya, seenggaknya kita bisa tau data tentang si kandidatnya." Tutur ustadz Usman.

"Terserah kau saja, tapi kalau si Fadlan marah, kau tanggung sendiri akibatnya."

"Iya, tapi jangan sampai putramu itu tau kalau aku membagikan formulir. Tapi ngomong-ngomong yang minat jadi istrinya si Fadlan banyak banget ya, tak kusangka putramu yang pemalu itu mendadak jadi selebritis." Tutur ustadz Usman.

Ustadz Usman mulai melihat data para kandidat itu. Ustadz Usman sudah mengernyit bahkan menganga sendiri.

"Kebangetan ini yang ngisi formulir, kebanyakan dari mereka sudah punya suami, aku pada kenal mereka, gara-gara ingin jadi istrinya si Fadlan, mereka mendadak mengaku jadi janda. Keterlaluan," Tutur ustadz Usman heran.

"Mungkin putraku itu terlalu mempesona hingga para perempuan mendadak lupa kalau mereka punya suami."

Ustadz Usman langsung mengernyit mendengarnya.

"Pesona apaan, bakat sama kelebihan si Fadlan cuma rasa malunya doang. Sungguh TER LA LU." (Ustadz Usman).

Kembali ustadz Usman mengoreksi formulir itu, ia sudah terdiam.

"Kebanyakan usianya hampir 65% itu usianya diatas si Fadlan, bahkan sampai ada yang usianya 70 lebih ikut mendaftar. Amazing pake banget, nenek-nenek ikut mendaftar," Ujar ustadz Usman.

"Biarkan saja, biar si Fadlan yang ngasih keputusan. Usia seperti itu sudah resiko jika si Fadlan menginginkan seorang janda."

Tiba-tiba Fadlan datang sambil menggendong Pipit yang masih merengek karena sakit gigi. Fadlan sudah memberikan obat yang ia beli dari apotek, namun giginya Pipit masih terasa sakit.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Ustadz Soleh merasa heran melihat mata cucunya itu terlihat sembab, apalagi terdengar Pipit sedang sesegukan.

"Pipit kenapa Lan?, sepertinya dia habis menangis?" Tanya ustadz Soleh.

Fadlan langsung menatap Pipit yang kini tidak mau turun dari gendongannya.

"Pipit sakit gigi."

"Rutin banget si Pipit sakit giginya. Kaya jadwal makan, sehari tiga kali." Ujar ustadz Usman.

"Sudah dibawa ke klinik?"

"Tadi pagi Abi sudah membawaku ke klinik, tapi Abi malah membawaku kabur sebelum Dokter cantik ngasih obat." Jawab Pipit mengadu.

Ustadz Usman dan ustadz Soleh langsung mengernyit dan saling lirik, bahkan ustadz Usman sudah berbisik pada kakaknya itu.

"Si Pipit bilang Dokter cantik, apa yang dimaksud Dokter cantik itu adalah Dokter Husna. Jangan-jangan si Fadlan naksir sama Dokter Husna, secara kan dia seorang janda." Bisik ustadz Usman.

"Masa sih?."

"Pipit sayang, kenapa Abi mu kabur setelah diperiksa Dokter cantik?" Ustadz Usman mulai kepo.

"Gak tau, kayanya Abi takut dicium sama Dokter cantik. Hi hi hi." Pipit malah tertawa meskipun sedang sakit, namun Fadlan sigap membungkam mulut putrinya itu. Kembali ustadz Usman dan ustadz Soleh saling lirik.

"Bahaya kak, mereka berdua sudah mau main c*um-c*uman. Tak kusangka si Fadlan naksir sama ibu-ibu. Dokter Husna yang usianya lumayan jauh pake-pake banget." Bisik ustadz Usman.

"Jangan sembarangan kalau bicara."

Fadlan pun terdiam melihat ustadz Usman membawa banyak kertas yang bertumpuk.

"Om, itu kertas apaan?" Tanya Fadlan.

Ustadz Usman sudah terdiam bingung, ia pun melirik ustadz Soleh, seketika kakaknya itu langsung menggelengkan kepalanya pertanda jangan sampai Fadlan tau soal formulir itu nanti dia bisa marah. Akhirnya ustadz Usman mencari alasan biar keponakannya itu tidak tau kalau itu adalah formulir pendaftaran untuk menjadi calon istrinya Fadlan.

"Oh ini bukan apa-apa, cuma kertas biasa buat bungkus bala-bala (bakwan), mau kukasih besan ku di warung." Jawab ustadz Usman. Fadlan hanya mengernyit saja.

"Fadlan, kapan kau akan mulai berkenalan dengan para perempuan yang berminat jadi istrimu itu?"

"Terserah abi saja."

"Dimulai besok saja ya. Nanti om mu dan Fadil yang mengatur semuanya. Cuma satu yang harus kau ingat, karena kau meminta dicarikan seorang janda, jadi jangan heran jika usia kandidatnya jarang yang usianya muda, dan jangan heran jika kandidatnya sudah mempunyai seorang anak, dan jangan lupa jika seseorang janda itu punya kisah masa lalu dengan suaminya. Ingat ya, kau bukan hanya harus menerima anaknya, tapi kau juga harus bisa menerima masa lalunya." Tutur ustadz Soleh.

"Iya Bi."

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

kebayang yg umur 70 thn ikut kepo

2022-12-29

1

yanti

yanti

semanis apa sih babang Fadlan Thour..??
lebih manis siapa babang Riziq apa babang Fadlan..??

manisnya babang Fadlan bikin sakit gigi
manisnya babang Riziq bikin diabetes
mau pilih yg mana nih...??

dijawab sendiri 🤦‍♂️🤭

2022-08-14

2

Yasna Khaira AZzahra

Yasna Khaira AZzahra

sseerrru deh.... cocok bingit pokokny kalo si duda pemalu sama perempuan yg barbar..

2022-08-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!