Menggoda

Sore itu, Dokter Husna sudah menyuruh Rania untuk menemui ustadz Soleh, tentunya bersamanya untuk meminta izin jika dalam beberapa waktu kedepan Rania akan tinggal di lingkungan pesantren.

"Ayo Ran kita temui ustadz Soleh ke rumahnya, ibu akan minta izin jika kau akan tinggal sementara disini. Kalau ustadz Soleh tidak ada, kita temui ustadz Usman." Ujar Dokter Husna.

"Ustadz Soleh itu siapa Bu?"

"Dia putranya kiyai Husen, ayahnya mas Fadlan. Bukankah ibu sudah pernah cerita."

"Kita temui ustadz Soleh saja Bu, siapa tau ketemu si mas Duda pemalu itu, jangan temuin ustadz Usman, dia mah kerjaannya cuma prat-prit prat-prit doang." Tutur Rania.

"Tapi kau harus berpenampilan sopan ya datang kesana." Dokter Husna mengingatkan.

"Hmmmm."

Rania dan Dokter Husna pun berjalan menuju rumahnya ustadz Soleh, Rania sudah menggunakan hijab serta kemeja namun ia masih menggunakan celana jeans.

Sesampainya di rumah ustadz Soleh, Rania tersenyum melihat Fadlan sedang menyiram bunga didepan rumahnya, kebetulan rumahnya ustadz Soleh bersebelahan dengan rumahnya Fadlan.

"Sstt sstt sstt mas Duda lagi ngapain?" Tanya Rania yang kini masih berjalan melewati Fadlan sambil mengedip-ngedipkan matanya. Fadlan sudah menunduk sambil menyiram bunga, terkadang ia merasa kesal, bahkan takut dengan Rania yang selalu menggodanya, apalagi Rania sering memanggilnya si Duda pemalu.

Dokter Husna sudah mencubit pinggangnya Rania.

"Jangan gangguin orang."

Rania malah tertawa-tawa, entah kenapa ia merasa gemas jika menggoda Fadlan.

Sesampainya didepan rumahnya ustadz Soleh, Dokter Husna sudah mengetuk pintu.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum."

Tidak lama kemudian pintu pun terbuka, ustadz Soleh dan Sarah datang menghampiri.

"Waalaikumussalam."

Sarah pun tersenyum ketika melihat Rania, ia langsung mendekati lalu mengelus pipinya Rania.

"Cantik,,,, aku merestui mu." Ujar Sarah sambil tersenyum.

Rania dan Dokter Husna langsung terdiam heran, apa maksud dari kata merestui yang diucapkan Sarah.

"Umi, kau tidak tanya dulu tujuan mereka datang kemari ini untuk apa." Ujar ustadz Soleh. Sarah pun kembali menatap Rania dan Dokter Husna.

"Maaf, aku lupa menanyakan ada apa Dokter Husna dan,,," Sarah pun menatap Rania, ia belum kenal Rania sebelumnya.

"Rania, namaku Rania."

Akhirnya mereka pun duduk dikursi tamu yang ada didepan rumahnya ustadz Soleh. Dokter Husna sudah menjelaskan kedatangan mereka ke rumahnya ustadz Soleh. Sarah sudah tersenyum malu, ia pikir Rania adalah kandidat calon istrinya Fadlan, makanya setelah melihat Rania ia langsung bilang merestui.

"Saya izinkan putrinya Dokter Husna tinggal sementara di wilayah pesantren ini, tapi ingat ya, harus bisa jaga penampilan, harus bisa jaga sikap." Tutur ustadz Soleh.

Rania pun mengangguk. Tidak lama kemudian datanglah ustadz Usman.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Ustadz Usman sudah mengernyit melihat Rania. Begitu juga dengan Rania.

"Nah, wasit perkebunan datang." (Rania).

"Bukannya kau ini perempuan blasteran yang ditemukan si Fadlan di pemakaman ya." Ujar ustadz Usman. Rania terpaksa mengangguk.

"Tapi aku bukan blasteran antara Nyai Kun Kun sama Wewe gombel ya." Rania mengingatkan.

"Dia ini putrinya Dokter Husna Man." Ujar ustadz Soleh. Tiba-tiba Pipit datang ke rumah ustadz Soleh.

"Assalamualaikum nenek umi." Pipit berlari dan langsung duduk dipangkuan neneknya. Ketika Pipit melihat Rania, ia langsung tersenyum.

"Hai Dokter cantik." Sapa Pipit.

"Hai juga Pipit."

"Kau sudah mengenal Tante Rania?" Tanya Sarah pada cucunya itu. Pipit pun mengangguk-angguk mengiyakan.

"Iya ini Dokter cantik yang memeriksa gigiku. Dia yang membuat Abi ketakutan hingga kabur dari klinik." Tutur Pipit. Semua langsung terdiam kecuali Rania.

"Kenapa Abi mu kabur?."

"Abi takut dicium sama Dokter cantik." Ujar Pipit sambil tertawa kecil. Kembali mereka semua terdiam bahkan sudah saling lirik. Sementara Rania sudah menunduk malu, apalagi saat Dokter Husna mencubit pinggangnya, rupanya Rania ketahuan menggoda Fadlan.

"Rania." Dokter Husna sudah melotot.

"Bercanda doang Bu."

"Memangnya Rania ini seorang Dokter ya?" Tanya Sarah.

"Oh bukan, Rania bukan seorang Dokter, mungkin kemarin cuma pura-pura. Maafkan Rania ya." Ujar Dokter Husna yang kini kembali mencubit Rania karena kesal.

"Duuh kalau mereka tau aku ikut mendaftar menjadi calon istrinya mas Duda gimana ya reaksi mereka, sudah pasti ibu akan memarahiku, karena ia tau aku hanya suka menggoda si mas Duda doang." Batin Rania.

Setelah mengobrol-ngobrol, akhirnya Rania dan Dokter Husna izin pulang.

"Kami pamit dulu ya, takut ada pasien yang datang ke klinik. Sekali lagi terima kasih karena Rania sudah diizinkan tinggal sementara disini." Ujar Dokter Husna.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Rania dan Dokter Husna kembali melewati rumahnya Fadlan, kebetulan yang punya rumah masih asik menyiram tanaman didepan rumahnya. Rania tersenyum ketika melihat jilbabnya yang terjatuh saat lari pagi itu ada di jemurannya Fadlan, ia menghentikan langkahnya, sementara Dokter Husna berjalan duluan, ia tidak tau kalau Rania berhenti didepan rumahnya Fadlan.

"Sssttthhh sssttthhh."

Rania sudah memberi kode. Fadlan pun terpaksa melirikan matanya sekilas pada putrinya Dokter Husna itu.

"Mas Duda kenapa jilbabku ada di jemurannya mas Duda?,,,. Hayo ngaku, mas Duda yang nyuri jilbabku ya, biar kaya cerita di dongeng-dongeng jaman dulu ketika Jaka Tarub yang menyembunyikan selendang bidadari." Tutur Rania. Fadlan langsung mengernyit ia menatap jilbab yang ia temukan terjatuh diperkebunan.

"Aku menemukan nya di perkebunan, tidak tau kalau itu milikmu." Ujar Fadlan. Rania malah tersenyum.

"Simpan saja mas Duda, mas Duda kalau sedang rindu padaku bisa cium itu kerudung he he. Sorban nya mas Duda juga ada padaku,

masih ingat kan saat pertama kita bertemu, mas Duda ngasih sorban buat menutupi kepalaku." Rania mengingatkan.

Fadlan hanya diam sambil menunduk. Hingga Rania kembali heran dengan si Duda pemalu itu.

"Ikh mas Duda, lama-lama aku cemburu deh sama tanah. Ko mas Duda lebih memilih menatap tanah daripada menatapku, aku ini lebih cantik loh dari tanah." Ujar Rania. Fadlan malah semakin menunduk membuat Rania semakin gemas melihatnya, hingga ia berbisik dari kejauhan pada Fadlan.

"Oh iya mas Duda, aku ikutan mendaftar loh buat jadi calon istrinya mas Duda. Ada saatnya kita nanti kencan ya mas, ingat ya mas, kita KEN CAN." Ujar Rania sambil tersenyum-senyum. Fadlan langsung mengernyit, ia baru tau kalau putrinya Dokter Husna itu mendaftar jadi calon istrinya.

"Kau seorang janda?" Tanya Fadlan.

Rania langsung menggeleng.

"Aku masih gadis, dijamin masih perawan pake tingting banget, segelan nya aman masih di gembok. Aku tau ko mas Duda lagi nyari janda, jadi aku ikut mendaftar biar aku berbeda dengan yang lain, karena aku satu-satunya gadis perawan yang mendaftar." Tutur Rania. Fadlan hanya diam sambil menunduk, ia masih heran dengan perempuan yang baru dikenalnya itu. Rania sudah tersenyum-senyum melihat Fadlan, sementara Fadlan sudah nampak kebingungan.

"Tidak usah bingung begitu, aku akan sabar menunggu antrian ko, biarkan para janda maju duluan, nanti kalau mereka sudah pada menunjukkan pesonanya, barulah aku maju, nanti kita akan kencan istimewa ditemani lilin sama bunga." Tutur Rania sambil tersenyum senyum. Fadlan masih setia menunduk.

Tiba-tiba ada tangan yang menjewer telinganya Rania, rupanya Dokter Husna yang menjewer, ia baru sadar kalau putrinya itu nyangkut di rumahnya si Duda pemalu.

"Ayo pulang."

Dokter Husna sudah menarik tangan Rania untuk pulang. Rania sempat berteriak.

"Mas Duda, ditunggu loh kencan istimewanya."

Ketika posisi Rania sudah jauh dari rumahnya Fadlan, Dokter Husna pun kembali mencubit putrinya itu.

"Kenapa kau selalu menggoda mas Fadlan. Ibu malu pada ustadz Soleh karena kau selalu genit pada putranya." Gerutu Dokter Husna. Rania malah tertawa tawa.

"Aku gemas banget Bu, sama si mas Duda pemalu itu."

"Kalau kau selalu menggodanya seperti itu, tau rasa jika kau tiba-tiba jatuh cinta beneran padanya. Kualat jika suatu saat kau sendiri yang menginginkan digoda oleh mas Fadlan."

"Aku, jatuh cinta sama si Duda pemalu itu????. Masaaaaaa?????"

Rania masih tidak percaya jika suatu saat ia akan jatuh cinta pada Fadlan. Selama ini ia belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Sekarang pun ia tidak mengerti kenapa ia begitu merasa gemas pada si Duda pemalu.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

love at sight first

2022-12-29

1

Muhtar Ndori

Muhtar Ndori

haha... benar itu ntar kena tulah🤔🤔

2022-10-20

2

🇵🇸ʳᎥ𝕊𝔫𝒶Ƶᶤđ𝓐ᶰⓔαŘⒻ𝓪

🇵🇸ʳᎥ𝕊𝔫𝒶Ƶᶤđ𝓐ᶰⓔαŘⒻ𝓪

Di tunggu rania kamu akan ngebucin sama Duda yg satu ini

2022-09-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!