Nafisa dan Asma

Hari kedua. Fadlan sudah bersiap untuk bertemu kandidat yang lain yaitu Nafisa dan Asma, rekomendasi dari Aisyah dan Sarah. Sebelum berangkat Fadlan pun mengurusi anak-anaknya terlebih dahulu sebelum mereka pergi ke sekolah.

"Semangat ya Bi cari ibu barunya." Ujar Pipit sambil mencium pipi Abinya itu. Fadlan tersenyum.

"Doain ya semoga dapat jodohnya perempuan yang baik, Solehah, sayang sama Pipit dan kak Zidan." Ujar Fadlan. Pipit pun mengangguk-angguk.

"Bi, kalau bisa perempuan itu yang jago main bola, biar kita bisa main bola bersama." Ujar Zidan. Fadlan langsung mengernyit, bahkan bergidik ngeri membayangkan jika ia punya istri seorang pemain bola.

"Ronaldo Wati."

"Jangan pemain bola, biar Abi dapetin perempuan yang jago dandan, kan biar aku juga didandani cantik kaya princess." Ujar Pipit.

"Apaan itu sih namanya genit. Jangan Bi, nanti yang ada ibu kita tiap hari nongkrongnya di salon." Protes Zidan.

"Dari pada nongkrong di lapangan." Ujar Pipit hingga mereka berdua ribut gara-gara calon ibu yang belum jelas terlihat tampangnya.

"Ssttth, jangan ribut."

Fadlan melerai mereka. Tidak lama kemudian datanglah Fadil dan Syifa, kini giliran mereka berdua yang akan menemani Fadlan ke restoran menemui Nafisa dan Asma.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Kak Fadlan buruan." ujar Fadil.

Setelah anak-anaknya berangkat ke sekolah, barulah Fadlan, Fadil dan Syifa pergi ke restoran yang sama seperti kemarin, pertama mereka akan menemui Nafisa terlebih dahulu.

Sesampainya di restoran, mereka pun menemui Nafisa yang memang sudah datang lebih dulu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Fadlan, Fadil dan Syifa sudah menganga melihat Nafisa sedang makan dengan porsi banyak.

"Astaghfirullah alazim."

Fadlan mendadak ngeri melihat Nafisa makannya banyak.

Fadil langsung berbisik pada Syifa.

"Sayang, dia mirip denganmu, hobby makan."

Syifa langsung cemberut.

"Silahkan duduk, maaf ya aku sarapan dulu, tadi di rumah makannya cuma dikit, cuma makan bubur sama nasi kuning doang." Ujar Nafisa sambil melahap makanan tanpa henti. Fadlan langsung menggeleng, pertanda ia menolak atau tidak setuju dengan Nafisa.

"Tante Aisyah kenal dimana sih sama perempuan ini, gaya makannya luar biasa pake banget." Batin Fadil.

Setelah makan seabrek itu habis dilalap Nafisa, tiba-tiba ia bersendawa nyaring sekali. Fadlan langsung menutup matanya merasa tidak suka dengan perempuan bernama Nafisa itu.

"Abang, mendadak aku kebita deh, pesenin juga dong." Ujar Syifa. Fadil langsung mengernyit, namun ia tidak mau membiarkan istrinya kelaparan.

"Tapi jangan banyak-banyak persennya ya." Pinta Fadil. Tentunya Syifa mengangguk.

Syifa sudah memesan makanan untuk istrinya. Fadlan hanya diam saja, ia mulai risih ketika Nafisa yang badannya gemuk itu matanya mulai kedip-kedip manja padanya. Sudah berkali-kali Fadlan mengucapkan istighfar, baru kali ini ia melihat perempuan seperti Nafisa. Selain karena malu ditatap perempuan, Fadlan juga risih, sedari tadi Nafisa tersenyum senyum padanya.

"Mas Fadlan, jangan diam saja dong. Tanya sesuatu ke." Pinta Nafisa.

Fadlan sudah melirik Fadil.

"Dia pengen ditanya. Tanyain saja kapan dia dilahirkan, dan kapan dia akan meninggal." Ujar Fadil. Kini Nafisa yang mengernyit.

"Idiiih si mas mah nanya nya ko kapan meninggal sih." Protes Nafisa.

"Itu cuma contoh pertanyaan doang."

Kembali Nafisa tersenyum senyum bahkan mengedipkan matanya pada Fadlan.

Tring Tring Tring Tring.

Fadlan sudah mengusap dadanya sambil beristighfar.

"Ini Tante Aisyah keren, merekomendasikan perempuan yang hobbynya makan plus genitnya setengah meninggal. Perpaduan antara ibu mertua (Dewi), sama Tante Aisyah. Rakus binti genit." Batin Fadil.

Fadlan sudah berkali-kali memberi kode pada Fadil kalau dia tidak menyukai Nafisa.

"Tunggu ya kak si semok lagi makan." Ujar Fadil.

Nafisa sudah menggeser duduknya mendekati Fadlan, tentunya Fadlan ikut bergeser, namun bedanya ia menjauh. Malu bercampur risih menyatu menjadi ke ngerian yang nyata.

"Mba Nafisa kenal sama Tante Aisyah dimana?" Tanya Fadil, ia mewakili Fadlan yang hanya diam saja.

"Di pasar." Jawab Nafisa sambil tersenyum senyum menatap Fadlan. Karena tidak tahan, akhirnya Fadlan berlari keluar tanpa permisi.

"Mas Fadlan sayang mau kemana?" Teriak Nafisa.

"Semok sayang, buruan makannya, itu kak Fadlan kabur." Ujar Fadil.

Nafisa sudah cemberut karena Fadlan kabur.

Setelah selesai makan dan membayar makanan, Fadil dan Syifa pun izin pamit pada Nafisa yang kini sedang merengek ditinggalkan Fadlan.

"Maaf mba Nafisa, kita pamit dulu, sepertinya kak Fadlan tidak menyukai mu, kudo'akan semoga kau tiap hari ketemu nasi. Assalamualaikum." Ujar Fadil yang kini langsung mengajak Syifa menyusul Fadlan.

Fadlan sudah bersembunyi didalam mobil.

Fadil dan Syifa pun menemuinya.

"Jangan pesimis dulu, masih ada Asma kandidat kedua rekomendasi dari bude Sarah."

Setelah Nafisa pergi, kini giliran Asma yang datang. Mereka berempat pun sudah duduk dan berkenalan. Asma terlihat cantik dan anggun, ia seorang koki ternama di kota A.

"Mas Fadlan itu sekarang usianya berapa tahun ya?" Tanya Asma.

"37 tahun." Jawab Fadlan sambil menunduk. Fadlan yang pemalu, ia tak berani menatap perempuan cantik yang ada dihadapannya itu.

"Usianya sudah matang ya. Kalau boleh tau anaknya punya berapa ya?" Tanya Asma kembali, namun mata Asma melirik-lirik pada Fadil hingga Syifa memicingkan matanya.

"Dua."

"Ini perempuan nanya nya sama kak Fadlan tapi meliriknya sama Bang Fadil. Ikh, MEN CU RI GA KAN." Batin Syifa.

Asma langsung menatap Fadil.

"Mas Fadil sukanya sama perempuan seperti apa?" Tanya Nafisa sambil tersenyum.

Semua merasa heran dengan pertanyaan Asma, kenapa ia malah bertanya pada Fadil.

"Aku suka perempuan yang badannya semok. Tapi kalau kak Fadlan sukanya sama perempuan yang keibuan" Jawab Fadil.

"Yah berarti aku gak masuk kriteria mas Fadil dong, padahal aku sukanya sama mas Fadil bukan sama mas Fadlan." Tutur Asma.

Mendengar itu Syifa marah.

BRAKKKK.

Syifa menggebrak meja hingga Fadil, Fadlan begitu juga dengan Asma terkejut, bahkan Fadil hampir meloncat dari posisinya.

"Astaghfirullah alazim, si semok kalau cemburu bikin orang jantungan, menggebrak mejanya pake tenaga dalam." Batin Fadil.

"Jangan macem-macem ya mba, Bang Fadil itu sudah punya istri dan aku istrinya." Gerutu Syifa.

Fadlan hanya bisa pasrah, perempuan yang direkomendasikan untuknya malah menyukai Fadil.

"Oh mas Fadil sudah punya istri ya, tapi aku ikhlas ko jadi yang kedua." Ujar Asma sedikit menggoda. Syifa sudah menggeram.

"Ayo Bang kita pulang, mendadak aku laper pengen makan orang." Ujar Syifa sambil menarik Fadil pergi. Fadlan pasrah mengikutinya. Namun sebelum pergi, Syifa sempat mengancam.

"Hati-hati kalau kau suka dengan suami orang, terlebih suamiku, karena ibuku orangnya sedikit sadis, kau bisa dibuat pepesan gosong." Gerutu Syifa yang kini kembali menarik Fadil. Fadlan hanya tersenyum mengikuti mereka.

Kandidat yang satu ditolak (Nafisa), kandidat yang satu menolak (Asma).

Mereka bertiga pun pulang. Nafisa dan Asma gugur.

"Calonnya gak ada yang bener. Yang satu rakus, yang satunya calon pelakor." Gerutu Syifa. Fadlan hanya tersenyum saja, mungkin itu yang namanya belum jodoh.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

Fadlan, be patience

2022-12-28

1

Dianherlina Siswoyo

Dianherlina Siswoyo

sumpah kocak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-12-23

1

netizen maha benar

netizen maha benar

🤣🤣🤣🤣🤣anjirrrr pagi2 udah ngakak lebay

2022-10-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!