Maryam

Sepulang dari restoran, Fadil memarkirkan mobilnya ke halaman rumah ustadz Soleh. Pipit sudah berdiri menyambut kedatangan ayahnya.

"Bi, dapat gak calon umi yang baru?" Tanya Pipit penasaran dan sudah tidak sabar ingin segera punya ibu. Fadlan tersenyum lalu menggendong putrinya itu.

"Sabar dulu ya."

Tiba-tiba ustadz Soleh datang bersama ustadz Usman dan Riziq yang baru habis dari kebun.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Gimana hasilnya, apa ada yang memikat hatimu Lan?" Tanya ustadz Soleh. Fadlan hanya menggeleng. Ustadz Soleh pun langsung melirik Fadil.

"Calonnya gak ada yang bener semua. Itu perempuan rekomendasi dari Tante Aisyah, rakus binti genit." Gerutu Fadil.

"Wah itu sih cerminan si Aisyah sama si Dewi. Jangan mau Lan, nanti stok beras di rumahmu cepat habis." Ujar ustadz Usman.

"Si Uni pake ngenalin perempuan genit segala." (Riziq).

Ustadz Usman langsung mengernyit melihat Syifa cemberut sedari tadi.

"Dil, itu istrimu kenapa sedari tadi senyam senyum begitu, belum dikasih makan dia." Ujar ustadz Usman.

"Itu kandidat dari bude Sarah, si Asma, malah naksir padaku Bi. Si Syifa cemburu, saking cemburunya ia menggebrak meja pake tenaga dalam. Untung cuma di gebrak bukan di Telen." Tutur Fadil. Ustadz Soleh dan Riziq sudah menunduk menahan tawanya.

"Fadil, itu namanya kau lebih mempesona dari kakak sepupu mu itu (Fadlan), makanya di Asma naksir nya padamu bukan pada si Fadlan. Artinya kau lebih tampan dari si Fadlan, tidak diragukan lagi kalau bibit unggulnya dari Abi, umi mu cuma seperempat nya doang" Tutur ustadz Usman.

Ustadz Soleh sudah mengernyit.

"Ayo Syifa, Fadil segera pulang, si gemoy Bilkis sama si Zulfa lagi nungguin di rumah." Ujar ustadz Usman mengajak pulang. Syifa masih saja cemberut kesal dengan kejadian tadi, ia cemburu pada Asma.

"Jangan cemberut begitu, bibirnya mau Abi kepang?" Tanya ustadz Usman. Syifa semakin cemberut.

"Abang bibirku mau dikepang sama Abi Usman." Syifa mengadu.

"Gak apa-apa semok sayang, nanti sama Abi Usman dikepang ya pake duit." Ujar Fadil hingga Syifa tertawa-tawa.

"Kalau itu sih aku mau Bang, sekalian tali rambutnya yang ada berliannya gitu." Syifa penuh harap.

Setelah kepergian ustadz Usman, Syifa dan Fadil. Ustadz Soleh pun mendekati Fadlan yang kini sedang duduk bersama Pipit.

"Besok kau temui Maryam putrinya kiyai Ahmad, dia rekomendasi dari Mbah Husen. Tapi jangan menyuruhnya datang ke restoran. Kau temui saja di rumahnya, kiyai Ahmad tidak akan membiarkan putrinya menemui laki-laki, jadi kau lah yang harus menemuinya, tentunya di rumahnya. Nanti Om Usman sama Fadil yang akan menemani mu, Abi ada urusan dengan Om Riziq." Tutur ustadz Soleh. Fadlan hanya bisa mengangguk pasrah.

"Abi dengar Maryam itu cantik, Sholehah, namun dia sama-sama pemalu sepertimu. Abi sih setuju jika kau memilihnya, tapi kembali lagi padamu, semua keputusan ada padamu, dan Abi akan menghargai keputusan mu itu." Ujar ustadz Soleh kembali. Lagi-lagi Fadlan hanya mengangguk.

***

Keesokan harinya. Seperti biasa Fadlan sudah bersiap untuk pergi ke rumah Maryam, sebenarnya ia sedikit malas, namun ia harus semangat demi anak-anaknya.

Ustadz Usman dan Fadil sudah menunggu didepan rumah ustadz Soleh.

"Si Fadlan mana sih, jangan-jangan dia makeup an dulu." Gerutu ustadz Usman.

"Sembarangan kalau ngomong." Gerutu ustadz Soleh.

Tidak lama kemudian datanglah Fadlan yang kini sudah menggunakan sarung, baju Koko serta kopeahnya. Ustadz Usman langsung mengernyit.

"Pantas saja beberapa kali ditolak kandidat, kenapa penampilanmu begitu, dandannya sedikit berbeda dong, kali-kali ke gunakan celana jeans pake robek serta jaket kulit pake kambing, kan kelihatannya lebih keren, siapa tau perempuan pada nempel kaya permen karet." Tutur ustadz Usman.

"Fadlan itu mau menemui putrinya kiyai Ahmad, kalau datangnya pake celana jeans serta jaket kulit, sudah pasti baru nongol di pintu langsung diusir." Gerutu ustadz Soleh.

"Oh iya kita mau ke rumahnya kiyai Ahmad ya, duh mendadak aku pikun, mungkin tadi terlalu banyak makan cabe." Ujar ustadz Usman. Semua langsung mengernyit.

"Paktor umur Bi, jangan suka nyalahin cabe, nanti cabe pada protes di pitnah seperti itu. Belum tau ya kalau cabe merajuk, sudah pasti harga di pasar langsung melambung tinggi." Ujar Fadil. Fadlan hanya tersenyum saja.

"Ya sudah ayo berangkat." Pinta ustadz Usman.

"Ingat ya Man, jangan buat malu disana." Ustadz Soleh mengingatkan.

"Harusnya itu kau katakan pada putramu. Awas saja sampai rumahnya kiyai Ahmad dia mendadak jadi patung, akan ku tiup ubun-ubunnya."

Akhirnya Fadlan, Fadil dan ustadz Usman langsung berangkat ke rumahnya kiyai Ahmad salah satu sahabat kiyai Husen.

Sesampainya di sebuah rumah yang lumayan berukuran besar, mereka pun turun dari mobil. Kedatangan mereka disambut oleh kiyai Ahmad dan umi Ratih istrinya.

"Bi, itu si Maryam ko kelihatannya udah berumur sih. Gak yakin kak Fadlan bakalan naksir." Ujar Fadil.

"Sssttthhh, itu istrinya kiyai Ahmad, uminya Maryam." Ujar ustadz Usman.

"Ooh."

Mereka pun menghampiri kiyai Ahmad dan Umi Ratih.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Mereka semua sudah bersalaman, tak lupa juga kiyai Ahmad menyuruh mereka masuk. Mereka semua sudah duduk diruang tamu.

"Mi, ajak Maryam kemari." Pinta kiyai Ahmad pada istrinya. Seketika itu pula umi Ratih memanggil Maryam. Fadlan hanya diam, ia sudah pasrah jika harus ditolak kembali, apalagi ia diberitahu jika Maryam masih berusia 21 tahun, sementara dirinya sudah berusia 37 tahun, perbedaan usia yang cukup jauh membuat Fadlan hilang rasa percaya diri.

Tidak lama kemudian datanglah umi Ratih menggandeng Maryam. Maryam menunduk malu, ia terlihat cantik dan berpenampilan sopan.

"Duduk Mar." Pinta kiyai Ahmad.

Maryam hanya mengangguk dan duduk disebelah Abinya itu. Maryam pun pemalu seperti Fadlan.

"Nak Fadlan, kenalkan ini Maryam putri saya. Maaf Maryam orangnya pemalu." Ujar kiyai Ahmad sambil memperkenalkan. Fadlan mengangguk sopan. Maryam sudah mengatupkan tangannya sambil menunduk, namun ia mengatupkan tangan kearah ustadz Usman, saking pemalunya ia tak berani menatap orang-orang yang ada didepannya.

"Ini putrinya kiyai Ahmad pake kalung yang bandulnya besi sama baja kali ya, nunduk mulu kaya gak bisa ngangkat wajahnya. Berat" Batin ustadz Usman.

"Hadeuuuh inimah 11 12 sama kak Fadlan, sama-sama pemalu, perasaan ku gak bakal bener inimah." Batin Fadil.

Kiyai Ahmad sudah mengajak mereka mengobrol, namun mendadak Fadlan dan Maryam sudah seperti patung yang saling menunduk.

Tiba-tiba ada tamu yang ingin bertemu Kiyai Ahmad dan istrinya, hingga akhirnya mereka berdua pergi dulu ke depan untuk menemui si tamu.

"Kalian ngobrol-ngobrol dulu ya, saya temui dulu ada tamu didepan. Cuma sebentar" Ujar kiyai Ahmad sambil pergi kedepan rumah.

Kini tinggalah mereka berempat. Ustadz Usman sudah gereget pada keponakannya itu yang sedari tadi diam saja.

"Kebangetan si Fadlan jauh-jauh datang kesini dia malah jadi patung." Batin ustadz Usman menggerutu.

"Fadlan, ngomong dong jangan diam saja."

"Ngomong apa Om?"

"Ya ngomong apa saja, tanya ke udah makan belum, atau tanya hobby nya apa." Ujar ustadz Usman sedikit berbisik. Fadlan sudah menggaruk tengkuknya, merasa bingung sendiri, rasa malunya membuat bibirnya kelu.

"Om Usman hobby nya apa?" Tanya Fadlan. Ustadz Usman sudah mengernyit bahkan sudah menepuk jidatnya sendiri. Sementara Fadil sudah cekikikan tak bersuara.

"Astaghfirullah alazim si Fadlan, kelakuannya bikin geregetan." (Ustadz Usman).

"Kenapa aku yang ditanya, harusnya kau bertanya pada Maryam." Gerutu ustadz Usman. Kembali Fadlan menggaruk tengkuknya. Semenjak masuk ke rumahnya kiyai Ahmad, rasa malunya double update.

Pada akhirnya Fadlan dan Mariam lebih memilih diam sambil menunduk. Fadil dan ustadz Usman sudah saling lirik.

"Duh ini keponakan ku bikin malu satu RT, si Fadlan sama si Maryam malah kompak mengheningkan cipta. Hadeuuuh ini kak Sarah waktu hamil si Fadlan ngidamnya apaan sih" (ustadz Usman).

"Heaaaaa melihat dua insan yang lagi malu-malu hingga ujung-ujungnya malu-maluin, ingin rasanya aku memukul Goong biar ada suaranya dikit, gak kaya begini, sudah berasa di pemakaman, gak ada suara sama sekali." (Fadil).

Ustadz Usman sudah melirik Fadil.

"Dil, kita nyanyi yu."

"Ayo Bi."

"90 menit kita disini,,,, tanpa suaraaaaaa dan aku gereget,,,,,"

Ustadz Usman dan Fadil sudah bernyanyi saking geregetnya pada Fadlan hingga mereka bernyanyi untuk protes pada putranya ustadz Soleh itu.

Tidak lama kemudian datanglah kiyai Ahmad dan umi Ratih bergabung kembali bersama mereka.

"Duh maaf ya lama, sepertinya kalian sudah banyak yang dibicarakan." Ujar kiyai Ahmad.

"Iya banyak pake banget, saking banyaknya aku sampai lupa mereka ngomong apa." Ujar ustadz Usman. Kiyai Ahmad dan istrinya malah tertawa.

"Maaf ya putri saya itu pemalu, bicaranya juga jarang, kadang satu jam sekali, bahkan bisa sampai dua jam sekali dia bicara." Ujar umi Ratih.

Mendengar itu, Fadlan, Fadil dan ustadz Usman langsung menganga.

"Ternyata si Maryam ini bicaranya hemat binti irit."

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

ah gagal maning nih kayanya

2022-12-29

1

Niè

Niè

pakainya nama ustadz..kyai...aku bacanya gimana gitu...

mending klu org biasa aja...guyon nya mungkin akan lebih hidup lgi...imajinasinya readers nya jg oke....

semangaaatt berkaryaa...

2022-12-16

2

roni fit

roni fit

makasih utk semuanya

2022-11-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!