Setuju

Masih dihari yang sama setelah keluar dari klinik, Fadlan sudah menggendong Pipit. Pikirannya semerawut mengingat keinginan putri kecilnya itu yang menginginkan seorang ibu, padahal hatinya sudah yakin dan mantap tidak mau menikah lagi.

Didepan rumah ia bertemu dengan ustadz Soleh.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Katanya Pipit sakit gigi?" Tanya ustadz Soleh sambil menggendong cucunya itu.

"Iya, Pipit sakit gigi, giginya ada yang bolong." jawab Fadlan.

Tiba-tiba Fadlan melihat putra sulungnya, Zidan pulang-pulang baju dan sarungnya basah bahkan penuh lumpur.

"Astaghfirullah alazim. Zidan kau habis ngapain basah kuyup begitu?" Tanya Fadlan. Zidan hanya nyengir.

"Kau kecebur Dan?" Tanya ustadz Soleh. Lagi-lagi Zidan hanya nyengir.

"Kalau ditanya itu jawab jangan nyengir."

"Abis nyebur ke sungai, abis itu guling gulingan dilapangan bola." Jawab Zidan. Fadlan dan ustadz Soleh sudah mengernyit.

"Kau main bola pake sarung?" Tanya Fadlan heran. Zidan hanya menggeleng.

"Terus apa tujuanmu nyebur ke sungai terus guling gulingan dilapangan?"

"Aku berharap punya Umi, dia datang ke lapangan membawa sapu terus ngomelin dan nyuruh pulang." Ujar Zidan yang kini berlari masuk ke rumah. Lagi-lagi Fadlan hanya bisa menunduk. Keinginannya dan keinginan anak-anaknya jelas bersebrangan. Fadlan sudah tidak ingin menikah lagi, sementara anak-anaknya minta ibu baru.

"Denger gak, itu putramu ngasih kode. Dia ingin punya ibu." Ujar ustadz Soleh. Fadlan hanya bisa diam.

Fadlan pun masuk ke rumah diikuti ustadz Soleh yang kini menggendong Pipit. Fadlan sudah menganga melihat lantai banyak lumpur jejak kakinya Zidan.

"Astaghfirullah alazim."

Fadlan dengan sigap mengambil kain pel dan langsung membersihkan lantai rumahnya. Tiba-tiba Zidan nongol di pintu kamar mandi.

"Bi, aku pengen punya Umi." Ujar Zidan sambil tersenyum senyum.

"Bersihkan dulu badanmu, nanti kita makan. Abi akan masak untuk kalian."

Fadlan pun masak sendiri di dapur. Ustadz Soleh dan Pipit hanya duduk diruang tamu, lalu datang Sarah ikut duduk bersama suaminya.

Setelah selesai masak, Fadlan menyiapkan semuanya dimeja makan.

"Umi, Abi, mau sekalian makan?" Tanya Fadlan.

Zidan sudah mandi dan berpakaian rapih, ia mendekati meja makan begitu pula dengan Pipit. Setiap hari Fadlan yang masak. Meskipun ia sibuk di kebun, sibuk membantu ustadz Soleh urusan pesantren, dan sibuk bisnis furniture di luar kota, tapi Fadlan tidak pernah lupa jika ia adalah seorang ayah sekaligus seorang ibu untuk anak-anaknya.

"Abi yakin gak mau menikah lagi?" Tanya Zidan. Fadlan menggeleng.

"Yakin Abi tidak mau punya istri lagi?" Kembali Zidan bertanya. Lagi-lagi Fadlan menggeleng.

"Abi sudah sering bilang pada kalian. Kalian gak akan kekurangan kasih sayang seorang ayah dan seorang ibu. Karena Abi akan menjadi ayah sekaligus jadi ibu buat kalian." Tutur Fadlan yang kini menuangkan nasi kedalam piring.

Zidan sempat berbisik pada Pipit.

"©©©©©©©" Zidan.

Pipit mengangguk dan langsung berlari ke dapur, menggeser kursi lalu menaikinya dan mengambil sekotak garam dapur. Pipit kembali ke meja makan dan memberikan sekotak garam itu pada Zidan. Seketika itu pula diam-diam Zidan memasukan garam ke sayur yang dibuat oleh Fadlan dengan menggunakan tangannya sendiri.

"Abi sama Umi mau makan gak?" Tanya Fadlan kembali. Hingga akhirnya Ustadz Soleh dan Sarah pun ikut duduk dimeja makan.

"Yakin masakan mu ini enak, kalau keasinan berarti kau ingin nikah lagi ya." Ujar Ustadz Soleh yang langsung mencicipi sayur buat putranya itu.

BUUUR.

Ustadz Soleh sudah menyemburkan sayur itu sambil lidahnya dijulurkan keluar.

"Hoeks, asin."

Fadlan mengernyit, selama ini masakannya tidak pernah keasinan, apalagi tadi dia sempat mencicipinya.

"Masa sih asin, tadi aku cobain gak asin."

Zidan dan Pipit sudah tersenyum senyum.

"Nenek umi, sepertinya Abi pengen nikah lagi, buktinya sayurnya asin." Ujar Pipit sambil tertawa kecil.

"Yeeeee Abi pengen nikah lagi." Ujar Zidan sambil berjingkrak-jingkrak. Sarah sudah tersenyum senyum. Fadlan sudah menggaruk tengkuknya.

"Tapi aku tidak ingin nikah lagi."

"Itu buktinya masakan Abi asin. Kata nenek umi Sarah kalau masakan asin berarti yang masak pengen nikah." Ujar Zidan. Ustadz Soleh hanya tersenyum senyum saja.

Fadlan sudah merasa ada yang aneh hingga ia menyuruh tangan anak-anaknya untuk direntangkan kedepan.

"Mana tangan kalian?."

Zidan dan Pipit menurut dan memperlihatkan tangan masing-masing.

"Jilat tangan kalian." Pinta Fadlan.

Pipit dan Zidan sudah saling pandang, tidak mengerti dengan maksud ucapan Abinya itu.

"Ayo jilat."

Pipit secara perlahan menjilat tangannya sendiri.

"Udah Bi."

"Apa rasanya?"

"Gak ada rasanya." Jawab Pipit.

Fadlan pun melirik Zidan yang kini menjilat tangannya. Zidan langsung menyipitkan matanya serta menjulurkan lidahnya.

"Asiiin."

Fadlan sudah menyipitkan matanya, ia merasa curiga pada putranya itu.

"Berdiri." Pinta Fadlan.

Zidan langsung berdiri dan kotak garam itu jatuh dari pangkuannya. Kembali Fadlan menyipitkan matanya.

"Jadi kau yang menaruh garam ke masakan Abi biar rasanya asin?"

Zidan sudah tertangkap basah, jadi ia tidak mungkin bisa mengelak lagi. Zidan hanya bisa mengangguk.

"Kenapa?"

"Biar Abi dikira mau nikah lagi."

Fadlan sudah ingin marah namun Sarah mencoba menenangkan nya.

"Tidak perlu marah seperti itu. Harusnya kau peka kenapa anak-anak melakukan semua itu. Biar kau mau menikah lagi." Ujar Sarah.

"Umi, aku kan sudah sering bilang kalau aku hanya akan menikah sekali, dan aku sudah melakukan itu dengan Amara, jadi tidak akan ada pernikahan lagi." Ujar Fadlan.

"Kau jangan egois Fadlan, anak-anak masih butuh seorang ibu." Gerutu ustadz Soleh.

"Aku masih bisa jadi ibu mereka." Ujar Fadlan.

Diluar saat ustadz Usman mau pergi ke kebun untuk mengambil barang yang ketinggalan, ia mendengar suara ribut-ribut di rumah keponakannya itu.

"Di rumah si Fadlan ada ribut-ribut apa ya. Mau kepo takut uban tambah banyak. Gak kepo takut terjadi apa-apa di dalam. Tapi kan katanya jangan suka ikut campur urusan orang. Ya sudahlah aku tunggu disini saja, kalau ada suara barang yang pecah, baru aku langsung berlari menerobos masuk." Gumam ustadz Usman.

Didalam masih terdengar keributan tiba-tiba Pipit menangis meraung sambil berlari masuk ke kamarnya. Semua langsung terdiam. Fadlan pun perlahan masuk ke kamar putrinya itu, dilihatnya Pipit sedang menangis sambil memeluk bonekanya.

Fadlan mendekat dan mengusap kepalanya Pipit dengan lembut.

"Kenapa?"

"Ayah, aku ingin punya ibu. Teman-temanku semuanya punya ibu. Kalau hari libur mereka ditengok ibu mereka, lalu makan bersama. Aku juga kan ingin seperti teman-teman punya Abi sama Umi. Lalu makan bersama. Dari lahir aku belum pernah bertemu umi. Aku mau punya Umi" Ujar Pipit sambil sesegukan. Fadlan langsung memeluk putrinya itu, ia merasa kasihan dengan keadaan putrinya itu.

Fadlan tiba-tiba mengingat ucapannya Dokter Husna. "Terkadang orang tua harus membuang ego nya untuk membahagiakan sang buah hati."

Fadlan sedang berdamai dengan hatinya. Pipit memang sudah ditinggal ibunya sejak ia dilahirkan sudah pasti ia rindu kasih sayang seorang ibu. Fadlan langsung menatap kedua orang tuanya yang kini sedang berdiri diambang pintu.

"Aku setuju untuk menikah lagi."

Mendengar itu semua langsung senang, bahkan Zidan dan Pipit sudah berjingkrak-jingkrak kegirangan.

"HOREEEEE HOREEEEE."

Mendengar ada keributan lagi, ustadz Usman langsung berlari menerobos masuk.

"Ada apa?" Tanya ustadz Usman.

"Man, sekarang juga kau cari kandidat untuk menjadi calon menantuku." Ujar ustadz Soleh.

Ustadz Soleh tau jika selama ini putranya itu tidak pernah dekat dengan perempuan. Sudah pasti ia belum punya calon, dan dengan sikap Fadlan yang pemalu pada perempuan, pastinya Fadlan perlu bantuan untuk mencari calon istri.

"Siap, sekarang juga aku akan berkeliling mencari calon istrinya si Fadlan."

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

la trus masak aq yg lagi hamil ini pengen nikah lagi Zidan, soalnya aq klo masak hampir selalu ke asinan 😅😅

2023-08-28

1

Neulis Saja

Neulis Saja

looking for singgel women who are ready to become wives

2022-12-28

1

Herni Rosita

Herni Rosita

walahh si fadlan putranya ustad soleh ya

2022-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!