Masih dihari yang sama. Setelah kepergian Fadlan dari klinik, Rania mulai melakukan sesi curhat pada Dokter Husna. Rania menceritakan semuanya, tentang dirinya yang mempunyai hutang pada pak Beno, tentu saja mendengar itu Dokter Husna langsung terkejut.
"Jadi kau punya banyak hutang pada rentenir?" Tanya Dokter Husna memastikan. Rania mengangguk mengiyakan.
"Maaf sebelumnya aku tidak terus terang pada ibu jika aku meminjam uang pada rentenir temannya ayah. Aku terpaksa meminjam uang untuk modal dan mengembangkan usahaku, aku menggunakan uang itu untuk mendirikan sebuah cafe di Jakarta, tapi baru saja dua tahun cafe itu berjalan, eh cafe nya malah kebakaran." Tutur Rania yang mulai sedih kembali. Dokter Husna yang mendengar pun langsung mengelus dada, matanya sudah berkaca-kaca.
"Astaghfirullah alazim, riba itu dilarang Rania, haram. Bisa-bisanya kau pinjam uang pada rentenir. Berapa hutangmu pada pak Beno?"
"5 M, bunganya sudah kubayar tiap bulan"
Kembali Dokter Husna terkejut lalu mengelus dadanya sambil beristighfar.
"Sebanyak itu hutangmu?"
Rania mengangguk-angguk.
"Aku tidak tau dan tidak menyangka jika cafe nya akan kebakaran. Apartemen dan mobil sudah kujual untuk bayar uang pesangon karyawan, sekarang aku sudah tidak punya apa-apa Bu." Tutur Rania sambil menyeka air matanya.
"Astaghfirullah alazim."
"Tabungan ibu tidak sebanyak itu Rania, lalu bagaimana caranya ibu menolongmu."
"Ibu cukup do'akan saja Bu, biar anakmu ini bisa terbebas dari hutang itu." Ujar Rania.
"Berapa lama pak Beno memberimu waktu untuk melunasinya?"
"Tiga bulan."
"Dalam waktu tiga bulan, kau akan mendapatkan uang sebanyak itu darimana Ran?"
"Entahlah Bu. Kata pak Beno, jika dalam waktu tiga bulan aku belum melunasi hutangnya, maka dia akan memintaku untuk menjadi istrinya, istri ketiga nya. Kita sudah mengadakan perjanjian hitam diatas putih" ujar Rania. Kembali Dokter Husna mengelus dada, ia tidak menyangka jika putrinya akan terlilit hutang.
"Mudah-mudahan dalam waktu tiga bulan ini kau bisa mendapatkan uang untuk membayar semua hutangmu. Ibu akan membantumu semampu ibu." Ujar Dokter Husna. Rania pun tersenyum lalu memeluk Dokter Husna.
"Makasih ya Bu, do'akan aku semoga bisa melewati semuanya. Mudah-mudahan ada keajaiban datang hingga aku terbebas dari semua hutangku." Ujar Rania.
Setelah melepaskan pelukannya, Dokter Husna pun melihat Rania membawa tas besar.
"Apa kau akan tinggal bersama ibu?"
"Aku izin tinggal dulu disini ya Bu, aku ingin menenangkan pikiranku dulu disini, siapa tau dengan pikiran yang tenang, aku bisa melewati semuanya." Ucap Rania. Dokter Husna mengangguk-angguk, ia merasa senang jika putri semata wayangnya itu mau tinggal bersamanya, sedari kecil Rania tinggal bersama kakek neneknya, bahkan ketika kakek neneknya sudah meninggal, Rania memilih tinggal sendirian di Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
***
Fadlan sudah berjalan pulang sambil membawa obat cacing merk x pemberian dari Rania. Fadlan dapat melihat dari kejauhan kalau Abinya sedang berjalan tergesa, ia tidak tau kalau ustadz Soleh sedang mencarinya karena mendapatkan telepon dari ustadz Usman.
"Fadlan."
Ustadz Soleh pun mendekati Fadlan.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Mereka heran dengan Abi nya yang kini sedang mengatur nafasnya.
"Abi kenapa?" Tanya Fadlan.
"Justru Abi yang harusnya tanya, apa kau baik-baik saja?" Tanya ustadz Soleh sambil melihat kondisi putranya. Fadlan merasa heran sendiri.
"Aku baik-baik saja Bi, kenapa Abi mengkhawatirkan ku seperti itu?"
"Om mu menelpon Abi, katanya kau dibawa perempuan yang kau temukan di pemakaman. Abi kan jadi cemas takut kau di bawa Wewe gombel." Ujar ustadz Soleh. Fadlan yang mendengarnya langsung tertawa.
"Tadi gak sengaja ketemu putrinya Dokter Husna yang tersesat di pemakaman, jadi kuantar dia ke klinik." Ujar Fadlan.
"Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Mungkin Abi termakan ucapan om mu yang gila itu. Ayo pulang, kita ingin bicara denganmu." Ujar ustadz Soleh. Akhirnya Fadlan pun pulang ke rumahnya, rupanya dirumahnya itu sudah ada Sarah, Pipit, Zidan, Ustadz Usman dan Fadil.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Fadlan merasa heran melihat mereka berkumpul di rumahnya. Pencarian calon pun sudah berakhir menurutnya karena kandidatnya sudah habis.
"Duduk dulu Fadlan." Pinta Sarah.
Meskipun dalam hatinya bertanya-tanya, Fadlan pun ikut duduk bersama mereka. Seketika Pipit langsung naik kepangkuan ayahnya.
"Ada apa Mi, sepertinya sangat serius." Ujar Fadlan.
"Begini Fadlan, putra putrimu sedari tadi merengek terus menanyakan calon istrimu. Kita tau kalau semua kandidat sudah gugur, untuk itu kita mau mengadakan miting kembali, kita mau nyari kandidat yang baru, tentunya yang sesuai dengan kriteria mu. Coba kau katakan perempuan seperti apa yang kau inginkan." Tutur ustadz Soleh.
"Tapi jangan minta seperti si Aisyah, dia terlalu genit. Jangan juga minta seperti si Dewi, dia terlalu rakus, jangan minta pula seperti si Cahaya, dia terlalu pendiam, apalagi seperti si Zahira, dia terlalu narsis, carilah yang lurus-lurus saja." Ujar ustadz Usman.
"Maaf semuanya, apakah tidak sebaiknya pencarian atau perkenalan nya dihentikan, biarkan saja Allah yang pertemukan kami jika aku masih diberikan jodoh, tidak perlu dicari dengan cara seperti itu, karena dari kemarin hasilnya nihil terus." Tutur Fadlan.
Fadlan merasa perkenalan dengan beberapa perempuan kemarin sudah membuatnya pusing, ada yang menolak ada pula yang ditolak.
"Tapi putra putri mu itu begitu tidak sabar ingin mempunyai seorang ibu, dan jangan pikir kita tidak tau jika kau pun diam-diam mendambakan seorang istri, kau masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari seorang istri. Demi anak-anak mu, turun kan dulu ego mu. Soal cinta itu bisa datang dengan seiringnya waktu. Buktinya si Hawa saja yang tadinya benci pada si AL kini berubah jadi rindu." Tutur ustadz Usman.
"Katakan Fadlan, perempuan seperti apa yang kau inginkan?" Ucap Sarah.
Fadlan sudah menunduk malu, ia merasa malu kalau harus menyebutkan perempuan seperti apa yang ia inginkan.
"Katakan Fadlan, tapi jangan minta perempuan yang perpaduan antara Aisyah, Dewi, Zahira sama si Cahaya. Berabe nanti urusannya." Ujar ustadz Usman.
"Katakan saja Fadlan."
"Aku ingin perempuan seperti umi." Belum juga Fadlan selesai bicara, ustadz Usman sudah memotong ucapannya.
"Kau mau jadi Malin Kundang naksir sama ibunya sendiri." Gerutu ustadz Usman. Fadlan langsung mengernyit.
"Bukan Malin Kundang Bi, tapi Sangkuriang." Fadil mengingatkan.
"Bukan itu maksudnya Om."
"Biarkan putraku bicara dulu, jangan kau potong-potong ucapannya." Gerutu ustadz Soleh. Akhirnya Fadlan pun melanjutkan ucapannya.
"Maksudnya aku ingin perempuan seperti umi, yang baik, keibuan, pinter masak dan sayang pada keluarga." Jawab Fadlan.
"Ooooh seperti itu."
"Ok nanti kita Carikan perempuan yang modelnya begitu." Ujar ustadz Usman.
"Tapi Om, ada sedikit tambahannya. Usiaku kan sudah tidak muda lagi, aku juga sudah punya dua orang anak. Sebenarnya aku sudah tidak punya rasa percaya diri terhadap seorang gadis perawan." Tutur Fadlan.
"Jadi maksudmu kau menginginkan seorang janda?" Tanya ustadz Usman.
"Bukan maksudku tidak suka sama perawan, hanya saja kalau sama perawan aku merasa tidak percaya diri, jadi lebih baik cari janda saja." Pinta Fadlan.
"Man, putraku menginginkan seorang janda." Ujar ustadz Soleh.
"Siap kak."
Seketika ustadz Usman langsung berteriak kencang.
"WOOOOY YANG MERASA JANDA SINI NGUMPUUUUUUL."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Risgia Dekarina
masya allah ustad somplak semua.
2023-02-08
1
Neulis Saja
Thor, don't let me laugh all the time because ustadz Usman is really funny
2022-12-29
1
Livia
Aduh perut aku sakit 🤣🤣
2022-12-27
1