Keesokan harinya. Pagi-pagi sekali Fadlan sudah membuat sarapan, sudah mendandani Pipit, sudah pula membereskan seisi rumah, pekerjaan seorang istri sudah ia lakukan, bahkan setiap hari tanpa rasa mengeluh. Hari ini pertemuan dengan para calon akan di mulai.
"Zidan, kau pergi ke kelas santri nya sendiri ya. Dan untuk putri ayah yang cantik (Pipit) berangkatnya sama umi Sarah ya, Abi ada urusan dulu." Ujar Fadlan.
Kedua anaknya pun mengangguk patuh. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
Tok tok tok.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Seketika Fadlan langsung membuka pintu, ia langsung mengernyit melihat Fadil dan Fadli sudah berdiri didepan rumahnya, sudah rapih dan wangi, disertai kaca mata yang sudah menempel di kepalanya, mereka ditugaskan untuk menemani Fadlan menemui para calon kandidat.
"Ayo berangkat." Ujar Fadli tidak sabar.
"Tunggu sebentar, anak-anak masih sarapan."
Zidan dan Pipit langsung menghampiri mereka.
"Om Fadli sama Abi mau kemana?" Tanya Pipit kepo.
"Mau cari ibu baru buat kalian." Bisik Fadli. Pipit sudah tersenyum gembira.
"HOREEEEEEE. Abi mau nyari umi baru."
Pipit nampak kegirangan.
"Kita ikut ya." Pinta Zidan.
"NO."
Fadil melarang.
"Kalian nanti ganggu, lagian kan kalian harus pergi ke sekolah santri." Protes Fadil hingga Zidan dan Pipit langsung cemberut.
Tidak lama kemudian datanglah Sarah menghampiri mereka dan langsung membawa Pipit untuk diantar ke sekolah. Meskipun Pipit baru 5 tahun, ia sudah ingin menuntut ilmu.
Fadlan, Fadli dan Fadil pergi ke sebuah restoran menggunakan mobilnya ustadz Soleh untuk menemui Ainy dan Sofia calon kandidat dari ustadz Soleh. Mobil Fadlan sedang mogok.
Sesampainya di sebuah restoran, mereka pun masuk dan melihat ada seorang perempuan cantik menunggu disebuah meja. Mendadak Fadlan merasa malu hingga ia menghentikan langkahnya.
"Kalian saja yang menemuinya, aku tunggu di mobil." Ujar Fadlan hingga Fadil dan Fadli langsung mengernyit.
"Apa maksudnya kau nunggu di mobil. Buang dulu rasa malunya, ini cuma kenalan doang gak ngapa-ngapain." Gerutu Fadli.
Akhirnya mau tidak mau Fadlan menurut dan mendekati perempuan bernama Ainy. Fadlan sudah berjalan sambil menunduk hingga tidak sengaja ia menabrak seseorang pelayan yang sedang membawa minuman hingga semuanya menjadi tumpah.
"Astaghfirullah alazim, maaf."
"Makanya kalau jalan itu lihat kedepan bukan lihat ke bawah." gerutu Fadli.
Kembali mereka melanjutkan langkahnya menemui perempuan itu.
"Apa, apa kau Ainy?" Tanya Fadil.
Ainy pun tersenyum, perempuan cantik itu berpenampilan sopan menggunakan gamis syar'i.
"Ia aku Ainy, mana yang namanya Fadlan putranya ustadz Soleh?" Tanya Ainy.
Fadli dan Fadil langsung menunjuk Fadlan.
Seketika Fadlan langsung mengatupkan tangannya sambil menunduk malu. Ainy pun tersenyum.
"Silahkan duduk." Pinta Ainy.
Malu-malu Fadlan pun duduk begitu juga dengan Fadli dan Fadil.
"Mas Fadlan, aku ingin jujur sama mas Fadlan, tapi sebelumnya aku mau minta maaf, kalau aku ini sebenarnya sudah punya calon suami, jadi maaf ya mas Fadlan, kita cuma bisa menjadi teman saja." Ujar Ainy berterus terang.
Fadlan, Fadli dan Fadil sudah terdiam saling lirik, belum apa-apa Fadlan sudah ditolak.
"Hadeuuuh ini gimana ceritanya baru saja ketemu udah ditolak begini, sudah pasti ini kak Fadlan langsung ngeblur rasa percaya dirinya." Batin Fadli.
"Nyesek banget kandidat pertama sudah punya calon. Ini gimana sih pakde Soleh, perempuan sudah punya calon suami malah mau dikenalin sama anaknya." Batin Fadil.
"Mas Fadlan tidak marah kan?" Tanya Ainy. Fadlan tersenyum.
"Insya Allah aku tidak marah mba Ainy." Jawab Fadlan. Tiba-tiba calon suaminya Ainy datang dan mengajak Ainy pergi.
"Sayang ayo kita pergi."
Akhirnya Ainy pun pergi meninggalkan mereka.
"Ini apa maksudnya Pakde Soleh, kenapa perempuan yang sudah punya calon suami pake direkomendasikan." (Fadil).
"Tenang kak Fadlan jangan putus asa dulu, masih ada Sofia kandidat kedua, mudah mudahan dia tipenya kak Fadlan."
Kandidat kedua pun datang. Sofia terlihat anggun menggunakan pakaian gamis syar'i.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Fadlan sudah menunduk. Sofia langsung berkenalan, ia nampak suka dengan Fadlan.
"Kapan kita akan menikah, aku sudah tidak sabar ingin menikah denganmu." Ujar Sofia hingga Fadlan, Fadli dan Fadil langsung menganga. Mereka merasa heran dengan Sofia yang baru saja berkenalan sudah minta untuk dinikahi.
"Maaf mba Sofia, kita kan baru saja berkenalan, ko sudah minta dinikahi." Ujar Fadlan heran. Sofia sudah tersenyum.
"Ia maaf, sebenarnya aku sudah tidak sabar ingin segera menikah dengan cucunya pemilik pesantren xx. Aku sudah bosan hidup susah, sudah pasti dong kalau aku menikah denganmu hidupku pasti senang, secara kan kalian orang kaya yang hidup berbalut dengan kesederhanaan. Ngomong-ngomong itu perkebunan keluarga kalian luasnya berapa hektar ya?" Tanya Sofia.
Mendengar itu Fadlan tidak menyukainya. Sofia terlihat matre. Seketika ia menatap Fadil dan Fadli sambil menggelengkan kepalanya pertanda ia menolak Sofia. Fadli dan Fadil yang mengerti pun langsung mengangguk.
"Maaf ya mba Sofia yang cantik, sepertinya kakakku ini tidak menyukai mba Sofia, jadi maaf, mba Sofia ditolak, tapi jangan sedih, mba Sofia ini cantik, baik dan penyayang, hanya saja sedikit matre, pasti mba Sofia akan mendapatkan jodoh yang lebih baik dari kak Fadlan, terutama yang lebih kaya dari mas Fadlan. Sekali lagi maaf ya mba." Tutur Fadli. Sofia langsung cemberut bahkan menangis meraung membuat ketiga lelaki itu kebingungan.
"Sttthh cup cup cup."
"Huaaaa, aku batal jadi orang kaya." Ujar Sofia.
"Sstth mba Sofia jangan nangis, nanti dikira kita ngapa ngapain mba, sekarang sebagai permohonan maaf, mba Sofia boleh pesan makanan apa saja nanti kak Fadlan yang bayar." Ujar Fadil. Fadlan langsung mengernyit namun ia pasrah mengangguk.
"Boleh pesan apa saja?"
"Hmmm."
Sofia tak menyia-nyiakan kesempatan, ia memesan makanan sebanyak-banyaknya termasuk dibawa pulang juga.
Fadlan, Fadli dan Fadil langsung keluar dari restoran itu. Kali ini hasilnya Nihil. Ainy dan Sofia gugur. Fadlan hanya bisa diam di mobil.
"Sabar ya kak, nanti juga kalau jodoh pasti akan ketemu perempuan yang baik. Jangan patah semangat. Masih banyak kandidat lain. Besok kita mulai perkenalan lagi" Fadil dan Fadli mencoba memberi semangat. Fadlan hanya tersenyum, sebenarnya ia belum siap untuk mencari pengganti istrinya, namun demi anak-anaknya ia rela membuang rasa ego nya.
Mereka kembali pulang ke pesantren.
Ustadz Soleh, Sarah, Zidan dan Pipit sudah menunggu didepan rumah, mereka sudah tidak sabar ingin tau apa Fadlan menyukai kandidat dari Abi nya itu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Pipit berlari masuk ke mobil mencari cari calon ibu barunya itu.
"Abi, mana Tante cantik yang akan jadi ibunya Pipit?" Tanya Pipit tidak sabar.
Semua terdiam.
"Bagaimana calonnya, apa ada yang nyangkut dihatinya Fadlan?" Tanya ustadz Soleh pada Fadil dan Fadli.
"Nyangkut apaan, Abi kalau ngasih kandidat itu yang beneran dikit. Yang satu udah punya calon suami, yang satu matrenya kebangetan. Ainy sama Sofia gugur." Tutur Fadli.
Ustadz Soleh dan Sarah sudah saling lirik.
"Tidak apa-apa Fadlan, masih banyak kandidat lain, besok kau masih bisa berkenalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
bunda syifa
belom apa" udah d tolak aja
2023-08-28
1
Neulis Saja
Thor, ko bilang ngeblur kaya foto yg gagal yah 🤣🤣🤣
2022-12-28
1
Muhtar Ndori
mungkin ada yg punya calon untuk fadlan tuliskan aja🤣🤣🤣🤣🤣
2022-10-20
2