Mencari Calon

Keesokan harinya. Miting keluarga diadakan di rumahnya ustadz Soleh untuk mencarikan jodoh buat Fadlan. Fadlan hanya bisa diam dan pasrah ketika keluarganya sibuk mencarikan jodoh untuknya. Ustadz Soleh sengaja membantu mencarikan jodoh untuk Fadlan karena ia tau putranya itu susah sekali dekat dengan perempuan. Sifat pemalu Fadlan terhadap perempuan membuatnya susah mendekati perempuan.

Ustadz Soleh, Ustadz Usman, Aisyah, Sarah, Fadli dan Fadil sudah sibuk mencari data-data yang akan dijodohkan untuk Fadlan.

"Fadlan, kau nyari perempuan yang seperti apa?" Tanya ustadz Usman.

Fadlan bingung sendiri, ia menyerahkan semua pada mereka.

"Terserah kalian saja."

"Ya sudah kalau begitu cari selebritis saja." Ujar ustadz Usman.

"Kenapa kau mencarikan selebritis untuk menjadi menantuku." Protes ustadz Soleh.

"Putramu bilang terserah."

"Tapi ya jangan selebritis juga." Gerutu ustadz Soleh.

Fadil dan Fadli sudah berpikir dan memutar otaknya, mengingat-ingat takutnya mereka punya kenalan yang bisa dijodohkan dengan Fadlan.

"Ya sudah kalau sedikit sulit mencarinya, yang penting dia perempuan saja." Ujar ustadz Usman. Ustadz Soleh langsung menepuk pundak adiknya itu.

"Jangan asal perempuan doang Man. Selain nyari perempuan baik, dia juga harus sayang pada Zidan dan Pipit." Gerutu ustadz Soleh.

"Gini saja, gimana kalau kita sama-sama merekomendasikan perempuan yang kiranya cocok untuk Fadlan. Minimal satu orang satu kandidat." Ujar Aisyah.

"Nanti sore kita kumpul lagi disini untuk miting lagi." Ujar ustadz Usman.

Fadlan hanya tersenyum saja melihat mereka sibuk mencarikan jodoh untuknya.

***

Sore pun tiba, miting kembali digelar di rumahnya ustadz Soleh. Aisyah sudah membawa selembar kertas yang isinya data seorang perempuan. Fadil sudah membawa empat data seorang perempuan begitu juga dengan ustadz Usman dan Fadli.

"Aku sudah mengumpulkan semua data. Dua orang calon dariku, satu orang calon dari Aisyah, satu calon dari Sarah, satu orang calon dari Mbah Husen, satu calon dari Usman, satu calon dari Zahira, dua calon dari om kembar, dua calon dari Fadil, dua calon dari Fadli satu calon dari Dewi. Semuanya jadi ada 14 calon yang akan dikenalkan pada Fadlan." Tutur ustadz Soleh.

"Coba sebutkan nama-namanya." Pinta Fadli.

"Dariku ada Ainy dan Sofia. Dari Aisyah ada Nafisa. Dari Sarah ada Asma, dari Mbah Husen ada Maryam, Maya dari Usman, dari Zahira ada Bu Erni."

Semua langsung terdiam dan mengernyit.

"Apa maksudnya si Selebor merekomendasikan ibunya untuk menjadi calon istrinya si Fadlan. Mentang-mentang si Fadlan Duda dan Bu Erni janda, sempat-sempatnya punya pikiran pengen menjadikan ibunya sebagai menantu kak Soleh. Eh tapi ngomong-ngomong lucu ya kalau Bu Erni jadi menantunya kak Soleh." Ujar ustadz Usman sambil cekikikan hingga ustadz Soleh langsung menepuk pundaknya.

"Sembarangan kalau ngomong." Gerutu ustadz Soleh. Fadlan juga sudah mengerucutkan bibirnya.

"Kak Selebor pelanggaran." Ujar Fadil sambil tertawa.

"Aisyah, adik iparmu kumat."

"Coba calon selanjutnya siapa."

Kembali ustadz Soleh membacakan nama calonnya.

"Michelle dan Veronica calon dari Yudi dan Yuda."

Tiba-tiba Fadil dan Fadli tertawa.

"Itu kandidat dari om kembar namanya pada keren ya, kira-kira orangnya kaya gimana ya, jadi penasaran." Ujar Fadil.

"Winda dan Windi calon dari Fadli."

"Fadli, kau merekomendasikan perempuan kembar untuk kakakmu?, Itu kalau salah satunya diterima nanti yang satunya marah mereka nanti musuhan. Sudah pasti yang berdosa itu kau, kalau mereka sampai saling membenci bahkan main bunuh-bunuhan gimana." Protes Fadil.

"Pikiranmu terlalu jauh Dil."

"Terakhir Muktar calon dari Dewi."

Semua langsung terdiam mendengarnya.

"Muktar????"

"Wah besanku minta di ruqyah. Masa dia ngasih calon laki-laki buat si Fadlan. Otaknya ketiban panci kali." Ujar ustadz Usman.

"Salah tulis kali, mungkin namanya Mutia, coba dilihat lagi data nya." Pinta Aisyah.

Ustadz Soleh pun membaca data milik Mukhtar.

"Jenis kelaminnya laki-laki." Ujar ustadz Soleh.

"Si Dewi beneran minta disembur."

"Ya sudah, mulai besok kita langsung atur pertemuan. Minimal satu hari dua calon yang akan berkenalan dengan Fadlan. Dimulai dari Ainy dan Sofia. Fadil dan Fadli yang akan menemani Fadlan untuk ketemuan. Kira-kira mau dimana ketemunya?" Tanya ustadz Soleh.

"Di restoran saja, disana pasti banyak orang, jadi gak akan mengundang fitnah." Ujar Fadil.

"Bagaimana Fadlan kau setuju?" Tanya ustadz Soleh. Fadlan hanya bisa mengangguk pasrah.

"Berarti calonnya gugur dua orang ya. Bu Erni sama Muktar."

Setelah selesai miting, semua bubar dari rumahnya ustadz Soleh. Fadlan pun hendak pulang ke rumahnya, namun ustadz Soleh memanggilnya terlebih dahulu.

"Fadlan, Abi ingin bicara dulu denganmu."

Fadlan mengangguk dan kembali duduk. Ustadz Soleh pun ikut duduk disebelah putranya.

"Kau tidak terpaksa kan untuk menikah lagi?" Tanya ustadz Soleh. Fadlan langsung menatap Abinya.

"Aku sudah sering bilang Bi, aku tidak mau menikah lagi, tapi demi anak-anak insyaallah aku bersedia menikah lagi." Jawab Fadlan.

"Tapi kau harus ingat Lan, perempuan yang kau nikahi itu, nanti bukan hanya akan menjadi ibu sambung untuk anak-anakmu saja, tapi dia akan menjadi istrimu. Kau mengerti kan apa kewajiban seorang suami kepada istrinya. Bukan hanya sekedar memberikan nafkah, bukan hanya sekedar memberikan tugas menjaga anak-anak, bukan hanya sekedar menyuruhnya untuk mengurus rumah. Tapi kau punya kewajiban untuk membimbingnya, membahagiakannya. Abi mencarikan mu calon bukan hanya untuk memberikan Zidan dan Pipit seorang ibu, tapi abi ingin memberikanmu seorang istri. Kau mengerti kan?" Tutur ustadz Soleh. Fadlan pun mengangguk.

"Tapi jangan paksa aku untuk menyukainya ya Bi. Aku terlanjur mencintai Amara." Ujar Fadlan.

Ustadz Soleh hanya tersenyum.

"Ketika laki-laki dan perempuan tinggal bersama, hidup bersama, meskipun tanpa ada perasaan apapun, tapi cepat atau lambat perasaan pasti akan tumbuh dengan sendirinya. Sekarang kau boleh bilang tidak menyukainya, tapi ingat, Allah maha membolak-balikkan hati manusia, termasuk hatimu." Tutur ustadz Soleh.

Fadlan pun tersenyum.

Setelah pulang dari rumah orang tuanya yang kini hanya bersebelahan dengan rumahnya, Fadlan langsung masuk ke rumahnya dilihatnya Zidan dan Pipit tertidur di sofa sehabis membaca buku. Fadlan tersenyum lalu membenarkan posisi mereka.

"Anak-anaku sudah pada besar, sudah bisa protes, sudah bisa mengutarakan keinginan mereka untuk mempunyai ibu baru." Batin Fadlan.

Fadlan pun masuk ke kamarnya, duduk ditepi ranjang dan mengambil Poto pernikahannya dengan Amara.

"Mar, anak-anak memintaku untuk menikah lagi, mereka ingin punya ibu. Salah tidak jika aku menikah lagi, tidak ada maksud untuk menghianati mu, Demi kebahagiaan anak-anak kita. Maaf aku hanya ingin membahagiakan anak-anak kita." Batin Fadlan sambil mengelus Poto mendiang istrinya itu.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

🤣🤣🤣🤣 you are great, readers laugh until cry very funny

2022-12-28

1

Dianherlina Siswoyo

Dianherlina Siswoyo

kocak abis😂😂😂😂

2022-12-23

1

Siti Rohaemy

Siti Rohaemy

betul Abi Soleh..👍👍👍

2022-10-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!