Segera Siska pergi ke kantor besar milik, Michelson. Dia menggunakan identitas palsu pula untuk melamar pekerjaan.
Tapi dia kecewa karena dia tak langsung bisa berhadapan dengan, Mickelson. Interview dia lakukan dengan salah satu asisten pribadi, Michelson. Dia juga kecewa karena di tempatkan di bagian yang tak di inginkannya.
"Sial, bagaimana aku bisa mendekati si tampan kaya raya tersebut? jika aku di tempatkan di bagian resepsionis! padahal aku berharap menjadi sekretaris pribadinya!"
"Heran jahat, kenapa bukan si tampan langsung yang mengurus interview aku?"
Siska hanya bisa mengerutu di dalam hati. Ingin dia menyerah tapi masih. penasaran dengan, Michelson.
"Ini, Tuan. Karyawati barunya yang untuk sementara waktu aku tempatkan di sini."
Siska tersentak kaget, karena dia sama sekali tak tahu jika tiba-tiba datang, Michelson dan salah satu asisten pribadinya.
"Selamat pagi, Tuan."
"Pagi juga, siapa namamu?"
"Nama saya Mika, Tuan. Apa saya perlu menunjukkan CV saya kembali beserta identitas saya?"
"Tidak usah, saya sangat percaya dengan cara kerja asisten saya ini. Kamu atur saja baiknya bagaimana, Ron."
Michelson berlalu pergi dari hadapan, Siska. Dia melangkah pasti menuju ke ruang kerjanya.
"Sialan, aku pikir akan di pindah di tempatkan di bagian sekretaris pribadinya! kenapa dia bersikap dingin padaku? padahal aku sengaja merubah penampilan aku semurup mungy dengan, Ka Rose. Supaya dia bisa langsung fokus padaku. Bukan malah seperti ini!"
Terus saja Siska menggerutu di dalam hatinya. Dia sangat kesal dengan sikap dingin, Mickelson padanya.
"Ahhh, nggak semangat sekali jika seperti ini caranya!"
Pada saat jam istirahat tiba, Rose tak seperti biasanya. Dia ingin menyambangi kantor suaminya.
Sejenak dia menatap heran pada, Siska.
"Kenapa aku merasa tak asing lagi dengan wanita yang ada di hadapanku ini?" batin Rose terus saja menatap Siska.
Siska mencoba tersenyum ramah walaupun hatinya geram.
"Hay, mom. Kok kamu kemari sih?"
Michelson mengecup lembut kening Rose tepat di hadapan Siska. Hal ini membuat hati Siska semakin panas.
"Iya, dad. Lagi kepengen ke kantor kamu saja. Ini karyawati barulah? sepertinya aku baru melihatnya."
"Iya, dia baru. Namanya siapa tadi, aku lupa."
"Mika, Tuan."
Siska berucap dan ini semakin membuat Rose merasa curiga.
"Ko suaranya seperti tak asing lagi bagiku? Hem seperti...yah... seperti suara, Siska. Tapi penampilannya beda, kok dia seperti diriku gayanya?" batin Rose terus saja menatap penasaran pada, Siska.
"Mom, ada apa?"
"Nggak ada apa-apa, Daddy. Yuk kita makan siang, aku sudah sangat lapar sekali."
Rose bergelut manja di lengan, Michelson.
"Sialan! kenapa Ka Rose memamerkan kemesraan di depanku sih! tunggu saja ya, sebentar lagi aku pasti bisa merebut suamimu! seperti aku merebut, Raymond dulu."
Dengan penuh rasa kebencian, Siska mengepalkan tinjunya dan memukul-mukul di meja.
Pandangan Siska terus saja menatap tak suka pada sepasang suami istri ini. Pada saat Rose menoleh ke arahnya, pandangan mata mereka beradu. Siska langsung membuang muka, karena dia tak ingin terbongkar penyamarannya.
"Daddy, apa kamu tak merasakan ada yang aneh dengan karyawati barumu?"
"Aneh bagaimana, mom?".
"Penampilan dia kok mirip denganku, dan dari suaranya aku sepertinya kenal sekali."
"Mom, menurutku penampilan dirimu tidak ada yang bisa menandingi. Aku masih bisa membedakan dari segi apa perbedaan orang yang ingin menyamai penampilanmu."
"Memangnya suara, Mika mirip siapa?"
"Suaranya mirip, Siska. Adik tiriku, Daddy."
"Siska? yang benar saja, mommy. Bukannya saat ini Siska sudah menjadi istri, Raymond?"
"Ada-ada saja kamu, mommy. Lagi pula untuk apa Siska bekerja di sini dan berpenampilan seperti dirimu. Kalau menurutku tidak mirip denganmu, sayang."
Michelson terkekeh seraya mencubit gemas pipi Rose. Tanpa mereka sadari, Siska mengikuti kemanapun mereka pergi.
Siska sengaja makan siang di cafe yang sama dengan dimana Rose dan Michelson. Siska sengaja mencari tempat duduk yang strategis supaya bisa mengintai kebersamaan, Rose dan Michelson.
"Daddy, kenapa karyawati barumu kok mengikuti kita? aku kok jadi tambah curiga padanya?"
"Kamu sedang ngomong apa sih, mom?'
"Lihatlah di seberang pojok kanan, dia sedang duduk di sana. Sepertinya dia sedang mengintai kita."
Sejenak Mickelson melirik ke arah yang di beritahu oleh, Rose.
"Mungkin serba kebetulan saja, mom. Dia sedang ingin makan siang di sini. Kamu tak usah khawatir, aku pasti akan menyelidiki dirinya."
"Baiklah, Dady. Aku harap kamu lebih waspada, secara kamu ini orang sukses. Banyak sekali pastinya musuh yang sedang mengintai dirimu. Baik yang berupa sahabat, rekan kerja, atau pun berpura-pura jadi karyawanmu."
"Iya, sayang. Aku akan. mendengarkan nasehatmu."
Michelson selalu memperhatikan nasehat dari, Rose. Dia akan melakukan apa pun yang Rose sarankan.
Diam-diam dia memerintah salah satu anak buah yang terpercaya untuk menyelidiki, Mika.
"Kita lihat saja, apakah kecurigaan istriku ada benarnya atau hanya perasaan khawatirnya saja yang terlalu berlebihan."
Siska sama sekali tak merasakan jika kehadirannya di cafe tersebut telah di ketahui oleh, Rose dan suaminya.
"Lihat saja, Ka Rose! kebahagiaanmu sebentar lagi akan berakhir! aku pastikan suamimu akan berpindah tangan padaku!"
Rasa benci dan iri, Siska pada Rose telah mendarah daging. Dia sama sekali tak mengingat kebaikan, Rose.
Setelah cukup lama berada di cafe, Rose dan suaminya lekas kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
"Mom, aku sebenarnya berat loh berpisah denganmu. Rasanya ingin selalu bareng denganmu."
"Ah, gombal banget. Sudah sana, Daddy kembali bekerja karena sudah waktunya mencari sesuap nasi untuk istrimu ini," Rose terkekeh.
"Senangnya hati ini melihat keceriaan istriku. Kadang aku ingat tempo dulu, bagaimana dia murung dan bersedih karena penghianatan kekasih dan adik tirinya."
*******
Sore menjelang waktu pulang kerja telah datang. Tanpa sepengetahuan dari, Siska. Dirinya di ikuti dan di intai oleh anak buah, Michelson.
Dia mengikutinya hingga sampai ke rumah, Merry. Bahkan dia merekam semuanya di ponselnya. Setelah itu dia melaporkannya pada, Michelson.
"Sepertinya kecurigaan istriku ada benarnya. Kenapa pula, Mika pulangnya masuk ke rumah Siska?"
"Ini sangat menarik, aku harus menyelidikinya secara langsung."
Michelson sangat menyukai hal-hal berbau detektif. Dia sangat suka jika mengusut sebuah kasus.
Pagi menjelang, Michelson meminta Siska menemui dirinya di ruangannya.
"Ada apa gerangan, Tuan Michelson memanggilku? wah, bisa jadi dia telah terpikat diriku."
Siska terlalu percaya diri, dia mengira usahanya memikat, Michelson telah berhasil.
"Tok tok tok"
"Masuk!"
"Duduklah, aku ingin berbicara denganmu sebentar saja!"
Siska yang menyamar menjadi Mika duduk tepat di hadapan, Michelson.
"Kamu tahu nggak, kenapa aku memanggil dirimu kemari?"
"Saya tidak tahu, Tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
mei
mimpi!
2022-10-10
0
mei
semirip mungkin
2022-10-10
0