Tak berselang lama, datanglah Roy dengan membawa obat di tangannya.
"Tuan, ini obatnya.
Mickelson menerima obatnya, dan dia mengambil satu macam satu tablet dan diberikannya pada, Rose.
"Minumlah obat ini, supaya kamu lekas pulih."
"Nggak, aku nggak mau! obat apa itu?"
Rose menggelengkan kepalanya menolak pemberian obat dari, Mickelson.
"Kamu curiga padaku? kamu pikir aku akan berbuat jahat padamu? aku hanya ingin membantumu saja. Kamu bisa cek sendiri obatnya."
Mickelson memberikan bungkus obatnya, supaya Rose percaya padanya jika dia itu tak ada niat jahat padanya.
"Sekarang, minumlah obat ini."
Dengan perasaan enggan dan ragu, Rose menuruti kemauan Mickelson.
Dia pun meminum obatnya.
"Sebenarnya kamu akan pergi kemana?"
"Entahlah, tuan. Aku hanya menuruti langkah kaki ini saja, sama sekali aku tak tahu harus melangkahkan kaki kemana lagi. Jujur saja, aku sudah tak punya sanak saudara. Aku pergi hanya bermodalkan nekad saja."
"Rose, bagaimana dengan pekerjaanmu di butik jika kamu pergi? dan bagaimana pekerjaanmu sebagai kurir?"
Rose terhenyak kaget.
"Tuan, bagaimana anda bisa mengetahui semua tentangku?"
"Rose, kamu tak perlu kaget seperti itu. Sangat mudah bagiku untuk mengetahui siapa pun orang yang ingin aku ketahui latar belakangnya."
"Lantas, untuk apa anda ingin mengetahui semuanya tentangku?"
"Karena aku suka padamu, Rose. Aku ingin mempersunting dirimu menjadi istriku."
Mickelson adalah orang yang tegas dan tak suka berbasa basi. Dia adalah seorang pria yang simpel apa adanya. Dia juga bukan type pria perayu dengan segala ucapan manis, seperti pria yang lain pada umumnya.
"Apa? anda jangan becanda dengan saya, tuan."
"Saya bukanlah orang yang suka bercanda, dan bukan pria penggoda seperti, Raymond yang hanya bisa mempermainkanmu dengan rayuan palsunya saja."
"Menikahlah denganku, dan aku akan membantumu membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitimu."
Sejenak Rose terdiam, karena dia tak bisa mengambil keputusan secepat mungkin apa lagi dia baru mengenal pria yang ada di hadapannya.
"Tuan, pernikahan itu sakral dan bukanlah suatu permainan. Lagi pula kita kenal juga baru hari ini. Kita belum tahu masing-masing sifat baik dan buruknya kita."
"Rose, kita bisa saling mengenal setelah menjadi suami istri. Dan aku bukan tipe pria yang mudah jatuh cinta. Hanya padamu saja, aku merasakan hal ini. Makanya aku menyelidiki dirimu."
Rose semakin gundah gulana dengan semua yang dikatakan oleh, Mickelson.
"Aku tahu, Rose. Kamu belum bisa memberikan sebuah keputusan untuk saat ini. Aku tidak akan memaksamu untuk memberikan keputusannya sekarang. Pikirkanlah dengan matang."
"Rose, kamu tak perlu ke luar kota. Tetaplah di kota ini, aku akan membantumu mendapatkan pekerjaan yang layak untukmu. Supaya kamu tak di rendahkan lagi oleh mereka."
"Hadapi masalahmu, Rose. Janganlah kamu lari dari masalah dengan pergi ke kota lain. Itu sama saja kamu seorang pengecut."
"Hadapi musuh-musuhmu, Rose. Aku janji akan selalu membantumu melawan semua musuhmu."
"Istirahatlah beberapa hari, karena itu adalah saran dari dokter."
Setelah mengucapkan banyak kata, Mickelson berlalu pergi dari kamar tersebut. Sementara Rose hanya diam terpaku menatap kepergian, Mickelson.
"Aneh, baru saja ketemu. Kenal saja belum, tetapi berani mengajakku menikah. Huft, ujian apa lagi ini ya, Allah."
"Tolong bantu aku ya Allah, supaya bisa menyelesaikan permasalahanku ini."
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kini Rose telah pulih. Dia mengurungkan niatnya untuk keluar kota. Tetapi dia melanjutkan pekerjaannya di butik dan sebagai kurir.
Semua kegiatannya selalu di pantau dan di amati oleh beberapa anak buah, Mickelson.
"Rose, ternyata tak mudah meluluhkan hatimu. Kamu memang berbeda dengan gadis lain yang hanya mengincar hartaku saja."
"Sampai detik ini, kamu tak memberi kesempatan kepadaku untuk mencintaimu."
"Tapi aku takkan menyerah untuk bisa mendapatkan hatimu, Rose. Kamu lain dari pada yang lain. Kamu adalah gadis yang spesial penuh dengan kharisma."
Mickelson belum bisa meluluhkan hati, Rose. Akan tetapi dia tak patah semangat untuk bisa mendapatkan cinta dari, Rose. Dia bahkan selalu saja ada di setiap Rose mengalami kesusahan.
"Ting tong"
Rose memencet bel rumah seseorang untuk mengantarkan barang pesanan orang.
"Hay ka, bagaimana kabarmu?"
Rose terhenyak kaget pada saat melihat siapa yang telah membuka pintu rumah tersebut.
"Siska?"
"Kenapa, ka? biasa saja kali, tak perlu terkejut seperti itu. Aku memang sengaja memesan paket dengan nama samaran. Hanya ingin tahu apakah kakak masih bekerja menjadi kurir atau tidak."
"Ternyata masih seperti ini.Ka Rose, miris sekali nasibmu. Mau sampai kapan kamu hidup seperti ini?"
"Sayang, siapa sih yang datang?"
Raymond melangkah keluar, dia sempat kaget pada saat melihat Rose.
"Oohh, kamu gadis rendahan? sayang, kenapa kamu masih berurusan dengannya? aku nggak mau, nanti anak kita yang menjadi korban kekasaran gadis bar-bar ini."
Hinaan demi hinaan terlontar dari mulut, Raymond dan Siska. Pada saat, Rose akan membalas hinaan mereka. Datanglah Mickelson.
"Tuan Mickelson, suatu kehormatan bagi kami kedatangan tamu seperti anda."
Raymond menundukkan kepalanya pada Mickelson.
"Aku kemari bukan ingin bertamu, aku hanya ingin memperingatkan kalian berdua! jangan terus menghina calon istriku!"
"Calon istri?" Raymond menautkan alisnya ragu.
"Iya, perlu kalian tahu. Rose ini adalah calon istriku! jika sekali lagi aku melihat kalian berbuat seperti ini, aku akan memberi pelajaran pada kalian berdua!"
"Sayang, ayok kita pergi. Sudah aku katakan, berhentilah menjadi kurir."
Mickelson merangkul Rose dan membawanya melangkah menuju ke mobil mewahnya.
Rose hanya diam saja seperti di hipnotis olehnya. Dia sama sekali memberikan perlawanan.
Pada saat telah ada di dalam mobil, barulah Rose seolah terbangun dari tidurnya.
"Tuan?"
"Rose, kenapa kamu keras kepala? sudah aku katakan padamu. Tapi kamu tak pernah mendengarkan aku."
"Menikahlah denganku, supaya kamu tak terus menerus di hina oleh musuh-musuhmu. Dan aku akan membantumu membalaskan dendam pada mereka semua yang telah menyakitimu."
Sejenak, Rose hanya terdiam. Akan tetapi dia pun tiba-tiba berkata.
"Baiklah, Tuan. Saya bersedia menikah dengan anda."
Entah kenapa Rose bisa berkata dengan mudahnya.
"Serius, Rose?"
"Iya, tuan. Tapi tuan janji bantu saya membalaskan dendam pada semua orang yang telah menyakiti saya."
"Pasti, sayang. Aku akan selalu berada di sampingmu dan akan turut serta menumpas semua orang yang telah menyakitimu."
"Saat ini juga, kita siapkan semuanya. Aku yang akan mengurus semuanya. Sekarang juga kita ke butik untuk membeli gaun pengantin."
Saat itu juga, Mickelson menugaskan semua anak buahnya untuk membantunya mempersiapkan semuanya untuk pernikahan mereka.
Mickelson akan membuat sebuah pesta pernikahan yang sangat mewah dan besar. Hingga dia mengerahkan semua orang kepercayaannya.
Beberapa minggu kemudian, acara pernikahan antara Rose dan Mickelson di langsungkan secara live karena Mickelson adalah seorang pengusaha yang sangat terkenal dan kaya raya.
Kekayaannya tak habis tujuh turunan, perusahaannya ada di mana-mana. Semua orang mengetahui siapa itu, Mickelson.
Pesta pernikahan begitu mewah dan meriah. Semua orang memuji pasangan pengantin ini.
"Sial, kenapa aku kalah dari Ka Rose! dia malah mendapatkan pria super kaya. kekayaan tidak ada bandingannya dengan Raymond."
"Aku pikir telah mengalahkannya dengan merebut, Raymond. Ternyata aku salah! Dia malah mendapatkan pria yang lebih kaya dan tampan!"
Siska merasa cemburu dan iri pada saat melihat live pesta pernikahan antara Rose dan Mickelson.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Sandisalbiah
nikmati hasil kerja kerasmu siska... krn di atas langit masih ada langit jd jgn sombong..
2023-07-24
1
Lina Maulina Bintang Libra
kapok loe siska
2022-12-12
0
Kod Driyah
rasakan km siska km iri sm kakakmu
2022-10-28
1