Rose sama sekali tak iba atau luluh dengan bujuk rayu Siska. Dia bahkan menepis pegangan tangannya.
Rose merasa jijik dengan adik tirinya.
"Lepaskan aku, enyahlah kamu dari hadapanku! kamu pikir dengan kamu minta maaf dan aku memukulmu, semua akan kembali seperti sedia kala! jangan mimpi!"
Rose mendorong perlahan tubuh adik tirinya, tetapi dia tersungkur jatuh. Membuat Raymond marah pada Rose.
"Heh, apa yang kamu lakukan
padanya? jika kamu ingin lampiaskan amarahmu seharusnya padaku bukan pada, Siska!"
"Whats, aku tidak berbuat apa pun padanya. Dia sengaja menjatuhkan dirinya sendiri," Rose mencoba membela dirinya.
"Omong kosong apa lagi, apa kamu tidak lihat Siska meringis kesakitan gara-gara kamu dorong dirinya hingga jatuh!"
"Sayang, apa kamu tak apa-apa? apa ada yang luka padamu?"
"Raymond, aku tak apa-apa kamu tak usah khawatir. Jangan menyalahkan Ka Rose, karena dia tak salah. Jika pun dia ingin memukulku aku rela."
Pandangan mengejek sangat terlihat pada mata, Siska. Dia tersenyum sinis penuh kemenangan menatap pada Rose.
"Prok prok prok"
"Hebat kamu, Siska. Bakatmu di dunia akting kamu praktekan pula di dunia nyata."
Rose bertepuk tangan seraya mencibir sinis pada adik tirinya.
"Dan kamu, Raymond. Aku merasa kasihan sekali padamu!"
"Kamu pikir aku mendorong nya hingga jatuh?"
"Kamu tak perlu membel diri, karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Aku selalu merasa kamu memang agak berhati dingin, tetapi kamu tetap orang baik. Baru kali ini aku menyadari bahwa kamu kejam dan pendendam. Aku telah salah menilaimu selama ini!"
Mendengar akan apa yang di katakan oleh Raymond, Rose hanya tersenyum sinis. Rose melihat ke arah Siska yang matanya bersinar dengan kebanggaan dan kebencian.
"Bukankah kalian saling mencintai? baiklah aku restui kalian."
"Waktuku sangat berharga untuk di sia-siakan di sini bersamamu. Mulai sekarang tolong jaga si penghianat yang ada di sampingmu itu dan enyahlah dari pandanganku! Aku mengharapkan yang terbaik untuk kalian berdua."
"Semoga anjing dan kekasihnya bisa hidup berbahagia."
Rose berlalu pergi dari hadapan Raymond dan Siska. Tanpa memberi mereka kesempatan untuk berbicara.
Raymond sangat marah." Apa yang kamu katakan! berhenti kamu!"
Akan tetapi Rose terus saja berjalan pergi tanpa menghiraukan panggilan dari Raymond. Tanpa Rose sadari ada sepasang mata tengah melihat semua adegan tersebut dari balik kaca mobilnya .
"Gadis yang kuat dan baik juga tegar. Biar pun sedemikian rupa dia di sakiti tetapi tak setetes pun air mata keluar dari matanya ."
Rose menahan sesak yang mendalam, dia masih belum percaya dengan apa yang telah terjadi.
Rose melajukan sepeda motornya menuju ke suatu tempat yang sunyi. Tempat yang selalu dia kunjungi di kala hatinya sedih. Dia pergi ke makam mamahnya.
"Ikuti motornya." Perintah seorang kepada sopir pribadinya, pada saat mengintai Rose.
Tanpa Rose sadari, ada sebuah mobil mengikuti laju motornya. Hanya beberapa menit saja, dia telah sampai di makam mamahnya.
"Mah, kenapa dulu mamah tak mengajak ku serta ikut pergi. Kini aku merasakan pula apa yang pernah mamah rasakan dulu."
"Padahal aku selalu berusaha baik pada adik tiriku, mah. Walaupun aku selalu di perlakukan tak baik oleh Tante Merry dan Siska."
"Aku selalu berusaha menjadi kakak yang baik pada, Siska. Aku rela banting tulang demi dirinya bisa berpendidikan tinggi."
"Tapi seperti ini balasannya padaku, sakit sekali rasanya, mah. Apakah lebih baik aku menyusul mamah saja?"
"Orang yang selama ini aku sayang dan cinta, tega dia berkhianat dengan adik tiriku."
"Kini aku bagaikan sebatang kara, tak ada yang membela diriku sama sekali. Paman Sam yang aku pikir sebagai pengganti papah, dia juga bertindak sama."
Air mata yang sedari tadi di tahannya, kini tertumpah di pusara almarhumah mamahnya.
"Kasihan sekali gadis itu, selama ini berbuat baik tapi bukan hal baik yang dia dapatkan melainkan pengkhianatan."
Seseorang ini terus saja mengintai Rose dari jauh.
Sementara seperginya, Rose. Telah terjadi sesuatu pada, Siska.
"Raymond, tolong aku." Rintihnya tiba-tiba dia pingsan begitu saja.
Raymond lekas membawa, Siska ke rumah sakit. Dan Siska langsung mendapatkan pemeriksaan intensif.
"Selamat ya, nona. Saat ini anda sedang mengandung empat Minggu."
Mendengar kabar tersebut, mengembanglah senyuman di bibir, Siska.
"Yes, usahaku untuk menjebak Raymond ternyata sukses. Tak butuh waktu lama untuk diriku hamil.
Walaupun sebenarnya ini bukanlah anak, Raymond," batinnya riang.
"Nona, ini ada obat penguat kandungan dan juga vitamin. Kalau bisa anda juga harus mengkonsumsi makanan yang bergizi serta susu khusus ibu hamil."
Setelah cukup lama berada di rumah sakit, Raymond mengajak pulang Siska.
"Ray, aku hamil. Lantas bagaimana dengan hubungan kita berdua?"
"Sayang, kamu tak usah khawatir karena aku akan bertanggung jawab dengan segera menikahimu."
"Lantas bagaimana dengan, Ka Rose?"
"Kamu nggak usah memikirkan dirinya. Pikirkan saja calon anak kita supaya selalu sehat."
Siska sangat bahagia karena dia merasa begitu mudahnya menjebak, Raymond.
"Terima kasih, Ray. I love u."
"Sayang, kamu tunggu sebentar di lobi rumah sakit, karena aku akan membeli susu ibu hamil. Supaya nanti sudah sampai di rumah, kamu tinggal meminumnya."
Seperginya, Raymond. Siska sengaja menelpon Rose.
[Hallo, kakakku tersayang.]
[Untuk apa lagi kamu menelpon?]
[Jangan marah dulu, ka. Bagaimana pun kakak harus mendengar kabar baikku ini. Saat ini aku tengah hamil anak dari, Raymond. Kakak udah kalah telak dariku]
[Aku tidak yakin jika anak yang sedang kamu kandung itu adalah anak, Raymond. Aku telah tahu bagaimana pergaulanmu selama menjadi artis.]
[Terserah apa yang ingin kakak katakan, yang terpenting Ray percaya sepenuhnya padaku. Dan posisimu tergeser olehku. Aku yang akan menikah dengan, Ray bukan kamu Ka Rose.]
Setelah cukup lama menelepon Rose hanya untuk mengejeknya. Siska menutup panggilan telepon nya .
Di depan Raymond dan Siska, Rose bisa berpura-pura kejam dan percaya diri. Tetapi sebenarnya hatinya sangat hancur. Rasa ini hanya dia yang tahu.
Sejenak Rose melamun, dia masih tidak percaya jika hubungan kasihnya dengan Raymond selama tiga tahun terjalin, kini musnah karena suatu perselingkuhan.
"Aku yakin mampu melewati semua ini. Lihat saja kamu Raymond, Siska. Suatu saat nanti kalian berdua pasti akan bertekuk lutut di hadapan ku! juga ibu tiri dan Paman Sam. Semua akan aku balas suatu saat nanti!"
Mendengar kabar kehamilan Siska, hati Rose remuk.
"Aku nggak menyangka ternyata hubungan mereka sudah sejauh ini. Padahal dulu saat aku masih bersamanya, kami bisa menjaga diri kami. Sehingga tiga tahun lamanya, kami sama sekali tak pernah melakukan hubungan intim."
Rose menenangkan diri sendiri, dan dia telah bersumpah tidak akan rapuh walaupun dia punya permasalahan yang sangat pelik.
Dia kini memutuskan untuk pergi dari rumah, sebelum dirinya terusir dia akan meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya yang saat ini di tempati oleh ibu tiri dan adik tirinya.
"Sudah tidak ada lagi yang bisa aku harapkan lagi. Orang tuaku sudah meninggal dalam kurun waktu yang cukup lama. Paman Sam, saudaraku satu-satunya malah membenciku dan dia lebih membela ibu tiriku dan adik tiriku."
"Lebih baik aku pergi saja, dari padaku jadi pesakitan, jadi bulan-bulanan mereka. Aku nggak mau selamanya peralat dan di tindak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Sandisalbiah
bersabar lah Ros... akan datang kebahagiaan utk org sebaik kamu krn kamu berhak bahagia...
2023-07-24
1
Alfia Amira
Paman Sam ada main sama Merry
2022-10-11
1
Nonny
senangnya dpt koment positif😍😍😘😘😘
2022-09-28
0