Waktu berjalan begitu cepat, kini Siska telah melahirkan seorang anak lelaki. Dia merasa terbebas dari belenggu kehamilannya.
"Kalau begini kan aku bisa melancarkan aksiku untuk bisa merebut, Tuan Michelson yang kaya raya itu."
Dia sama sekali tak memperdulikan bayi yang baru di lahirkannya. Bahkan tak mau memberikan ASI pada anaknya.
"Sayang, anak kita sudah lahir. Tetapi kenapa kamu sama sekali tak mau menyusuinya? padahal ASI sangat penting untuk tumbuh kembang anak kita."
Raymond mencoba membujuk Siska untuk bersedia menyusui anaknya.
"Nggak, Ray. Biar saja minum susu formula kan sama saja, dan baby sitter yang mengurusnya."
"Sudah cukup aku menderita karena, sembilan bulan aku mengandungnya. Tidak ada rasa bahagia sama sekali, lelah cape tak karuan."
"Astaga, kenapa kamu mengatakan hal seperti itu? dia ini anakmu darah dagingmu, lagi pula sudah kodrat seorang wanita seorang ibu mengandung dan melahirkan. Seharusnya malah merawatnya dan mendidiknya."
"Enak di kamu nggak enak di aku. Kamu hanya merasakan enaknya saja, sedangkan aku harus menderita berbulan-bulan. Sekarang aku harus berjuang lagi untuk membuat tubuhku indah seperti dulu lagi."
"Siska, kenapa kamu berubah seperti ini? apa yang telah merubahmu hingga bersikap dingin seperti ini?"
Raymond merasa ada yang janggal dengan perubahan, Siska.
"Intinya aku itu menyesal menikah denganmu, apa lagi sampai mengandung dan melahirkan anakmu."
"Siska, kenapa kamu berkata seperti itu? bukankah dulu kamu yang mengharapkan pernikahan kita, bahkan di awal kehamilanmu kamu merasa bahagia dan selalu bercerita macam-macam untuk kelahiran anak kita?"
"Itu dulu, pada saat aku berpikir telah berhasil mengalahkan, Ka Rose. Tetapi tidak untuk sekarang, ternyata dia malah lebih bahagia dari pada aku."
"Lantas apa maumu?padahal aku rela meninggalkan, Rose dan lebih memilihmu. Tetapi dirimu berubah seperti ini."
Ada rasa penyesalan pada diri, Raymond yang telah mencampakkan, Rose demi Siska.
"Kamu tanya apa mauku? aku akan mengurus perceraian kita secepatnya. Dan bayi itu ambil saja untukmu, karena aku tak ingin ada penghalang di dalam hidupku."
"Aku ingin berkarir seperti dulu lagi, dan aku tak ingin terbebani dengan adanya bayi tersebut."
Raymond terhenyak kaget mendengar pernyataan yang di lontarkan oleh, Siska. Dia sama sekali tak menyangka jika Siska bisa berubah sebegitu cepatnya.
Dia tak menyangka pula, pernikahannya dengan Siska akan berakhir tragis. Masa indah yang mereka jalani hanyalah sekejap saja.
Pertengkaran mereka sempat terdengar oleh, Bobby adik kandung Raymond.
"Beginikah, ka? wanita yang kamu pilih menjadi istrimu, bahkan kamu tega mempermalukan almarhum papah dengan perzinahanmu dengannya?"
"Kamu telah membuang berlian hanya demi batu kali seperti dia. Kini berlian yang kamu buang , telah di ambil oleh seorang saudagar yang kaya raya. Dan dia menjadikannya lebih berarti dari pada saat denganmu dulu."
Bobby mencibir mencemooh kelakuan kakaknya tempo dulu.
"Diam kamu! tak usah turut campur urusan rumah tangga aku! janganlah kamu kurang ajar pada kakakmu!"
Hardik Raymond mendengus kesal.
"Siapa yang kurang ajar, ka? aku atau istrimu yang hanya gila harta itu?"
Bobby melirik sinis pada, Siska.
"Heh, memangnya hidup hanya cukup dengan makan cinta? memangnya cinta bisa mengenyangkan kita?"
"Hari gini tak ada istilah seperti itu! pantang bagiku untuk hidup miskin dan tak punya apa-apa."
"Aku ini masih muda dan mantan artis, bahkan jika aku ingin menjadi artis lagi pasti aku masih bisa, hanya tinggal memperbaiki tubuh aku ini."
Mendengar perkataan dari Siska, Bobby semakin bersemangat menghinanya.
"Di atas langit masih ada langit, dulu kamu berpikir bisa mengalahkan Ka Rose dengan merebut Ka Raymond. Kini kamu iri kembali, dengan kondisi Ka Rose yang sangat jauh di banding dirimu ini."
Setelah cukup puas menghina kakak iparnya, Bobby berlalu pergi begitu saja. Dari dulu baik Bobby maupun almarhum Robert tidak suka dengan Siska. Mereka lebih suka pada, Rose.
Makanya pada saat Raymond memutuskan pertunangannya dengab Rose dan malah memilih Siska. Robert menjadi pesakitan, keluar masuk rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia. Robert sangat kecewa pada, Raymond.
Kini Raymond sedang merasakan penyesalan tersebut, kenapa dulu mencampakkan Rose dan lebih memilih Siska.
"Baiklah, jika kamu sudah mantap ingin berpisah denganku. Aku akan mewujudkan keinginanmu dengan berpisah denganku."
Selagi bersi tegang, Bobby datang kembali dengan membawa seorang pria yang tak di kenal oleh, Raymond.
Akan tetapi pria ini sangat mengenal, Siska. Dan Siska pun sebaliknya mengenal pria ini.
"Aduh, kenapa Rendy datang kemari?"
Mendadak wajah Siska panik dan gelisah.
"Lihatlah kepanikan istrimu, ka. Dia melihat Rendy bagai melihat hantu."
Ejek Bobby yang telah mengetahui maksud kedatangan Bobby ke rumah.
"Siska, apa kamu kenal dengan pria ini?"
Siska hanya diam seribu bahasa tanpa menjawab pertanyaan dari, Raymond.
"Siska, jawablah. Apa kamu takut akan terbongkarnya kebohonganmu?" tukas Rendy ketus.
"Sebenarnya siapa kamu? dan ada hubungan apa dengan, Siska?"
"Asal kamu tahu, akulah ayah kandung dari bayi yang di lahirkan oleh, Siska. Jika kamu tak percaya kita bisa tes DNA sekarang juga."
"Kebohongan apa lagi ini? dan kenapa kamu datang-datang mengatakan hal ini?"
"Karena aku ingin mengambil bayiku, aku tak mau bayiku di sia-siakan oleh ibunya. Aku sanggup merawatnya bersama mamahku."
"Begini ka, dia sempat mendengar pertikaian kalian pada saat dia akan masuk kemari. Dia sedari tadi ada di luar tak sengaja mendengar semuanya."
"Awal mula dia kemari hanya ingin menjenguk bayinya. Tapi dia sempat mendengar yang di katakan Siska tentang bayi tersebut."
Bobby membantu Rendy menjelaskan pada Raymond.
"Aku semakin tidak mengerti dengan semua ini!"
"Biar aku jelaskan supaya kamu mengerti. Aku dan Siksa pacaran sudah sejak lama, dia sengaja memintaku untuk bisa membuatnya hamil supaya bisa menjebakmu."
"Awalnya aku terima saja saran dia, tetapi lambat laun aku menyesal. Itupun karena aku di sadarkan oleh mamahku jika tindakan aku salah."
Mendengar penjelasan dari Rendy, rasa amarah Raymond memuncak.
"Siska! apa benar yang di katakan pria ini?" Raymond berkacak pinggang matanya melotot ke arah Siska.
"Iya, benar! memang sebenarnya bayi itu anaknya! aku sengaja melakukan hal ini supaya bisa membuat kakak tiriku menderita dengan aku merebutmu darinya!"
"Sialan kamu, Siska! ternyata kamu tak ubahnya seperti ular berkepala dua! setelah kamu patuk Rose, kini aku pula kamu patuk!"
"Hidup ini kejam, jika tidak dengan cara seperti ini. Bagaimana mungkin aku bisa menjebakmu untuk menikah denganku. Tetapi aku juga menyesal telah melakukan hal ini."
"Menyesal karena menikah denganmu. Aku pikir setelah mengalahkan Ka Rose aku akan terus bisa melihatnya menderita. Tetapi kini dia malah lebih bahagia dari pada aku."
Tanpa ada rasa malu atau takut, Siska mengakui semua yang di katakan oleh, Rendy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
hani chaq
ada ya orang sprti siska
2022-10-08
2