Naira membatin, Pria ini bener benar membuat ku naik darah, aku muak dengan nya.
Tanpa pikir panjang, Naira melayangkan kaki kanan nya di antara ke dua kaki Pram yang berdiri di depan nya.
Bughh.
"Akhhhhh... tidak burunggg kuuuu, aseet berharga kuuu... kurang ajar kau." Pram berteriak dengan kedua tangan menutupi aset berharga nya yang baru saja kena tendang Naira, Pram meringis ke sakitan.
Naira tersenyum puas melihat Pram yang kesakitan.
Rasain lu, makan tu tendangan gw. Nyahoo lu. batin Naira.
"Pak, anda baik baik saja pak?" tanya Dev dengan wajah pias takut akan mendapat amukan dari Pram.
"Bodohhh, masih berani bertanya kau... cepat bawa mereka ke luar dari sini! Dan ingat 1 hal Naira, dalam waktu 24 jam kau tidak bisa membuktikan papa mu tidak bersalah, maka kau harus menuruti semua perkataan ku! camkan itu." sarkas Pram sambil meringis kesakitan.
Di jalan
"Bagaimana ini, Nai? kita harus memulai nya dari mana? waktu kita tidak lah banyak Nai?" pertanyaan yang terlontar dari mulut Angga justru membuat Naira semakin pusing.
"Iya gw tau bang, waktu kita emang gak banyak, kenapa juga itu orang harus kasih kita waktu cuma 1 hari." Naira mengepal kan tangannya.
"Apa di gudang furniture ada cctv, Nai? kalo ada mungkin kita bisa temuin jawabannya di sana." ucap Angga.
"Ia bang, lu bener... kenapa gw gak kepikiran ke arah sana ya?" Naira langsung menghubungi Aziz selaku orang kepercayaan papa nya di gudang.
"Kaya nya kita perlu minggir dulu deh, bang... biar gw enak ngomong sama pak Aziz di telpon nanti!" seru Naira.
Angga pun meminggirkan laju motornya dan berhenti di sebuah terotoar.
"Assalamualaikum pak Aziz, bisa tolong Naira pak?" seru Naira saat sambungan telepon nya di jawab oleh Aziz.
"Waalaikum salam, neng... kalo bapak bisa, pasti bapak bantu, neng." ucap Aziz
"Begini pak, bapak coba periksa cctv di hari pengiriman barang furniture yang papa kirim buat pak Pram... kalo ada yang mencurigakan, jangan lupa kabarin Nai ya pak!" oceh Naira.
"Baik, neng... biar bapak cek dulu cctv nya." jawab Aziz.
"Gimana, Nai?" tanya Angga.
"Lagi di selidikin sama pak Aziz." Naira menyimpan kembali ponsel nya di saku celana jins yang ia kenakan.
"Terus kita sekarang mau kemana lagi?"
Sebenarnya gw juga binging mau gimana lagi, tapi gak mungkin gw nyerah semudah ini... nyawa papa dalam taruhannya. batin Naira.
"Naira?" Angga memanggil nama Naira dengan nada tinggi, membuyarkan Naira dari lamunannya.
"I- iya, bang?" Naira gelagepan menjawab nya.
"Kita balik ke kedei aja ya? kali aja di sana kita bisa mikir." saran Angga.
"Iya udah iya, kita ke kedei."
Angga melajukan sepedah motor Naira menuju kedei.
Kalo gw gagal, apa yang bakal di minta Pram dari gw? secara gw cuma anak sma yang dikit lagi mau lulus. Jangan sampe deh gw jadi salah satu mainan nya Pram, amit amit. Naira bergidik ngeri membayangkannya.
Mikirin apa si gw? buang jauh jauh Naira pikiran jelek lu ke Pram... inget, dia biang masalah dalam keluarga lu, sekarang aja papa masih ada di tangan nya... jangan sampe Pram nyakitin papa. seruan batin Naira.
Di tempat lain.
Pramana memilih beristirahat di markas, tempat penyekapan Atmaja.
Ia duduk bersandar di sandaran tempat tidur nya yang nyaman dan empuk.
Sialannn gadis itu, awas kau Naira, kau harus merasakan apa yang aku rasakan sekarang.
Untung saja dokter bilang burunggg ku tidak apa apa, kalo sampai terjadi apa apa dengan burunggg ku, bagaimana bisa aku mewariskan kekayaan ku pada keturunan ku nanti?
Sementara Pram beristirahat, Dev dan Haikal beserta anak buahnya di kerahkan untuk mencari tahu kejadian yang sebenarnya terjadi pada barang furniture yang harus nya di kirim ke Hotel Pelangi daerah xx yang ada di Jakarta.
Dengan ke ahlian orang orang yang berada di belakang Pram, semua nya tidak lah sulit untuk pram mencari tahu dalam waktu yang singkat.
5 jam kemudian
Pram mendapatkan panggilan telepon dari Dev yang merupakan asisten sekaligus sekretaris nya yang paling di andal kan.
Calling Dev
"Halo, pak... semua sudah terbukti bukan kesalahan dari pak Atmaja, melainkan Bayu, orang yang berada di balik ini semua... barang yang harus nya di kirim, masih aman di gudang milik Bayu." ujar Dev, menunggu langkah selanjutnya.
"Kirim barang itu ke tempat yang seharusnya. Habisi Bayu dan semua orang yang membantu nya." ucap Pram.
"Baik, pak."
"Dev, lenyap kan semua bukti jangan beri kesempatan pada Naira untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya." ucap Pram yang langsung mematikan sambungan teleponnya.
Di gudang furniture milik keluarga Bayu.
Tangan dan kaki Bayu terikat dengan mulut tersumpal kain.
"Eeemm." Bayu hanya bisa menatap memelas dengan meronta meminta di bebaskan pada orang yang kini berada di hadapan nya.
Orang orang dengan pakaian serba hitam dengan badan yang kekar, seolah menjadi malaikat maut untuk Bayu.
Berharap banyak memperoleh keuntungan dengan rencana yang sudah ia atur untuk keluarga Atmaja kini semua nya justru berbalik kemalangan untuk diri nya sendiri.
Wajah nya sudah babak belur di hajar Dev, karena ulah Bayu... Dev harus terbang Jakarta Bandung untuk memusnahkan bukti kejahatan yang ia lakukan. Dan membiarkan semua kesalahan seolah di lakukan oleh Atmaja.
Dev masuk ke dalam ruangan yang di jadikan kantor oleh Bayu di gudang furniture keluarga nya.
Dev menyeringai pada wajah Bayu.
Tangan Dev terulur mengangkat dagu Bayu untuk menatapnya, "Aku kan sudah memperingati mu, lupakan mimpi mu untuk bekerja sama dengan pak Pram, sekarang rasakan sendiri akibatnya... kau menggali kuburan mu sendiri... dasarrr bodoh." Drv menghempaskan nya kasar.
Ruang yang tadinya tertata rapih, kini porak poranda, di buat seperti kapal pecah, buku buku berserakan semua barang berantakan.
"Bakar gudang ini, buat seolah olah terjadi kosleting listrik, cctv... musnahkan cctv yang ada." perintah Dev.
Dalam sekejap gudang furniture keluarga Bayu di lalap si jago merah.
"Dengan begini, semua bukti sudah lenyap... nona Naira tidak akan bisa mendapatkan bukti apa apa." ujar Dev.
"Kau benar, Dev... apa yang akan bos lakukan pada nona Naira nanti nya?" tanya Haikal.
"Hanya pak Pram yang tahu jawabannya." jawab Dev.
Dev dan Haikal tersenyum puas, mereka bertos ria sebagai tanda keberhasilan mereka.
Haikal dan Dev beserta anak buah nya pergi meninggalkan gudang furniture yang terbakar, tidak lupa pula ia membawa furniture yang seharusnya berada di Hotel Pelangi.
Dev melanjutkan perjalanan nya menuju markas dengan Helikopter dan menyelesaikan tugas yang di berikan Pram.
Membuat surat pernyataan yang nantinya akan di tanda tangani oleh Naira.
Dev tidak habis pikir dengan bos nya Pram, mengenai isi dari surat yang ia buat, hanya helaan nafas berat yang keluar dari bibirnya saat mengetikkan kata demi kata.
Bersambung....
...💖💖💖💖...
Salam manis, jangan lupa dukung author dengan jempol dan komen ya 😊
No komen julid nyelekit 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Tati Suwarsih
licik!...kasihan naira!
2023-08-03
1
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
rasain 🤣
2022-10-31
1
Zєє wallupattma
apaan nih surat oerjanjianya..pasti yg enak enak wkwkwk🌹🌹
2022-09-08
1