Tapi ada rasa syukur saat suaminya bertemu dengan orang sebaik Naira, jika bukan Naira yang jadi korban kejahatan Angga, mungkin Angga sudah berakhir di kantor polisi, atau lebih parahnya lagi tewas di tangan massa.
Mobil taksi yang di tumpangi Angga dan keluarga kecil nya berhenti di depan mulut gang.
"Udah sampe, bang?" tanya Naira saat melihat Angga dan keluarga kecil nya turun dari mobil taksi.
"Dikit lagi, tinggal jalan sebentar... nanti sampe." ujar Angga yang menggendong Dela.
Naira langsung membayar ongkos taksi, "Makasih ya, pak." ucap Naira
Naira mengikuti dari belakang dengan sepedah motornya.
"Jadi, abang tinggal di sini?" tanya Naira yang kini sudah duduk melantai di rumah sepetak yang di tempati Angga.
Kontrakan sepetak yang kamar mandinya hanya di batasi dengan dinding setinggi satu meter, tidur pun dengan beralaskan kasur lantai dengan di depan nya terdapat kompor dan juga alat masak seadanya.
'Ternyata bener apa kata mama dulu, aku harus banyak bersyukur atas apa yang aku miliki saat ini, aku jadi kangen mama.' batin Naira saat matanya memperhatikan isi rumah kontrakan yang di tempati Angga, jauh berbeda dengan rumah orang tuanya.
"Di minum dulu, Nai... maaf ya cuma ada air putih." ucap Dewi ramah dengan mata yang sembab.
Naira di buat bingung dengan perubahan sikap Dewi dari yang menatapnya jutek dan ucapan ketus, kini menatapnya dengan tatapan bersalah dan tutur katanya juga lebih ramah. Berbanding terbalik dengan pertemuannya tadi saat di rumah sakit.
"Eh emm iya ka, ini juga alhamdulillah banget .. tau aja kalo Nai lagi haus." Naira langsung menengguk minumnya hingga habis.
"Bang Angga udah ceritain semuanya Nai sama ka Dewi, maafin bang Angga ya Nai, maafin ka Dewi juga yang sempat mengira Naira itu ada main dengan bang Angga." ujar Dewi dengan raut wajah menyesal.
"Iya ka, kalo bukan kejadian itu, Nai gak akan ada di sini ka." tutur Naira.
Dewi dan Angga menatap Dela.
"Mungkin saat ini Dela juga belum ada di rumah kalo bang Angga gak ketemu kamu, Nai." ucap Dewi dengan mata berkaca kaca.
"Udah ka, mungkin ini udah jalannya untuk Nai bisa kenal dengan keluarga ka Dewi dan bang Angga." Naira mengusap punggung Dewi seolah memberi nya ketenangan, ada saatnya seseorang bisa ke luar dari masalah.
Keesokan nya saat pulang dari sekolah Naira langsung ke rumah kontrakan Angga.
Dela yang melihat Naira langsung berlari menghampiri Naira yang baru saja memarkirkan sepedah motornya di depan rumah Angga.
"Ka Nai." teriak Dela dengan suara cempreng nya.
"Hai anak cantik, waah Dela sekarang udah sehat ya?" tanya Naira dengan mengelus kepala Dela.
"Udah dong, kaka bawa apa?" Dela menunjuk ke arah kantong plastik yang menyantel di sepedah motor.
Naira menyerahkan kantong plastik pada Dela, "Ini hadiah buat Dela karena udah sembuh."
"Makasih ka Nai." Dela memeluk kaki Naira yang jenjang.
"Ayo ka masuk, ada ibu di dalam." ucap Dela sambil menuntun jari Naira masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum, ka." ucap Naira.
"Waalaikum salam, duduk Nai, maaf ya Nai, duduknya di lantai." ujar Dewi.
Dewi melihat Naira yang masih mengenakan seragam putih abu-abu, "Jadi kamu itu masih sekolah, Nai?" tanya Dewi pada akhirnya.
"Hehe iya, ka." ucap Naira dengan menarik sudut bibirnya.
Dewi menyuguhkan minum pada Naira, "Jangan bosen ya Nai, cuma ada air di rumah kaka."
"Jangan gitu ah, ka." Naira melihat Dela yang langsung membuka hadiahnya sembari mendudukkan dirinya di atas kasur lantai.
Dela mengabsen hadiah yang ia terima dari Naira satu persatu pada Dewi, "Ibu, lihat ka Nai beliin Dela boneka, tas, buku, pensil warna."
"Bilang apa sama ka Nai?" seru Dewi.
"Tadi Dela udah bilang terima kasih sama ka Naira, ibu." celoteh Dela dengan bibir mengerucut.
"Kamu jadi repot, Nai... lain kali gak usah belikan hadiah untuk Dela, nanti kebiasaan, mending uangnya kamu simpan buat keperluan kamu sekolah." ujar Dewi yang merasa tidak enak pada Naira, orang yang baru ia kenal begitu baik pada Dela.
"Gak apa ka."
"Jadi kamu siswi di sekolah SMA Pelita Jaya, Nai? kamu kelas berapa sekarang, Nai?" tanya Dewi.
"Iya ka, sekarang Nai kelas 3."
"Waaah dikit lagi lulus ya? kamu lanjut kuliah atau langsung cari kerja, Nai?" tanya Dewi lagi.
"Mungkin Nai mau ambil ke duanya ka, kerja sambil kuliah." ujar Naira, "Oh iya ka... bang Angga ada ka?"
"Bang Angga lagi markir di minimarket yang gak jauh dari gang, Nai... apa mau kaka suruh bang Angga pulang Nai?" tanya Dewi.
Naira menyerahkan selembar kertas pada Dewi, "Gini aja deh ka, besok bang Angga suruh dateng ke alamat ini jam 2 siang."
Kedei Start, Jalan Emeral - Tangerang, ruko Emeral cat hijau.
Angga membatin saat melihat Naira ada di rumah nya, 'Mau apa Naira ke rumah? apa jangan jangan Naira berubah pikiran dan mau melaporkan gua ke polisi? apa jangan jangan Naira mau minta uangnya di balikin buat dia mengurus keperluan sekolah nya?'
"Naira? kamu sedang apa di sini?" tanya Angga yang masih berdiri di depan pintu.
"Ah kebetulan, bang Angga besok dateng ya ke alamat yang tertera di kertas itu." Naira menunjuk kertas yang di pegang Dewi.
Dewi menyodorkan selembar kertas pada Angga, Angga membacanya dengan alis terangkat.
"Untuk apa, Nai?" tanya Angga.
"Nai mau nawarin kerjaan buat bang Angga, buat kerja di Kedei Start, emang si gajinya gak sebesar gaji pabrik, tapi lumayan dari pada abang markirin." ujar Naira.
Kini Angga ikut bergabung duduk melantai.
"Mau mau, abang mau kerja di kedei, jadi tugas abang di kedei ngapain Nai? tukang cuci piring apa yang nganterin makanan?" tanya Angga antusias.
"Buat makanan sama minuman."
"Tapi abang ga tau bisa masak atau gak, bisa bikin minuman nya atau gak Nai." ucap Angga.
"Abang tenang aja, Nai udah siapin orang untuk ngajarin abang ko." Naira mengeluarkan kunci dari dalam tas selempang nya.
Nai menyerahkan kunci pada Angga, "Untuk tanggung jawab kedei, Nai serahin ke bang Angga."
"Ini kamu beneran, Nai?" mata Angga mulai memanas, ada bulir bening yang siap menerobos pelupuk matanya begitu juga dengan Dewi.
"Iya, Nai serius... Nai kan gak selamanya ada di kedei." Naira menunjuk ke dirinya sendiri.
"Jadi kamu beneran masih sekolah, Nai?" tanya Angga setengah tidak percaya.
Naira menganggukkan kepalanya.
"jadi urusan Kedei itu Nai serahin ke bang Angga, kalo ada yang kurang apa pun, kasih tau Nai." ucap Naira.
"Ya Allah, Nai... mimpi apa abang semalam.... kamu itu udah baik banget malaikat penolong buat keluarga abang Nai." ucap Angga dengan berurai air mata.
Dewi langsung memeluk Naira sambil menangis, "Terima kasih banyak ya Nai, kaka gak tau harus bilang apa lagi sama kamu Nai, kamu baik banget sama keluarga kaka, terbuat dari apa hati kamu Nai?"
"Jangan bilang makasih mulu ah ka, mungkin doa doa yang kaka panjatkan selama ini di dengar sama tuhan, tuhan pun tidak akan memberikan cobaan di luar batas kesabaran umatnya ka." ujar Naira.
Flashback off.
Naira menyeruput minuman yang ia buat sendiri, "Kalo bukan karena bang Angga, kedei ini belum tentu bisa bertahan sampai saat ini bang."
"Abang cuma bisa berbuat apa yang abang bisa, Nai... selebihnya ini kerja keras Nai." ujar Angga.
Tring tring, tring tring.
Hape Naira berdering, panggilan masuk dari mama.
Calling mama
"Assalamualaikum, mah..." ucap Naira saat hape menempel di telinganya.
Suara tangisan dari mama yang Naira dengar.
"Mama kenapa mah?" tanya Naira panik.
...💖💖💖💖💖...
Yuk dukung karya author, like dan komen 😊
No julid 😀
🤔 Kenapa ya sama mamanya Naira?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Ni.Mar
Beruntung bgt bang angga langsung di kasih kepercayaan pegang kunci kedai
2022-09-20
1
Raras Ariyanti
baru gabung toor🥰
2022-09-02
1
Anita_Kim
Semangat ya Kak. 🌹🌹
2022-08-21
2