Semoga saja barang furniture aman dan selamat sampai tempat tujuan, meski perasaan ku dari setadi merasa tidak enak, entah apa yang akan terjadi, aku harap hanya akan ada hal baik yang aku dengar hari ini dan hari hari berikutnya.. batin Atmaja menatap beberapa konteiner yang meninggalkan pabrik satu persatu.
Barang yang di kirim sudah tiba di hotel Pelangi dengan memakan waktu perjalanan kurang lebih 3 jam dari Bandung ke Jakarta.
Anak buah Pram yang di tugaskan untuk menurunkan serta menata furniture yang baru tiba pun langsung bergerak sesuai dengan instruksi yang sudah di arahkan oleh Dev.
Semua nya bergerak dengan gesit serta ke hati hatian. Mereka semua benar benar anak buah Dev yang bisa di andal kan meski pun Dev sedang tidak ada di tempat untuk mengawasi nya secara langsung.
Di tempat lain.
Meeting tengah berlangsung di Hotel Pelangi yang berada di kota Surabaya, Pram memimpin langsung jalannya meeting yang beragendakan evaluasi kinerja dari setiap devisi.
Sedangkan selama meeting berjalan, Dev selalu siap siaga berdiri di samping belakang Pram.
Bagi yang kinerjanya yang menurun, Pram tidak akan segan untuk memecat nya.
Di depan meja Pram duduk, terdapat beberapa map yang berisikan data diri dari setiap masing masing devisi.
Pram meraih 1 map dan membuka nya, membacanya dengan teliti, sementara Pram membaca map, semua kepala devisi yang hadir harap harap cemas dengan isi pemikiran masing masing. Takut jika ini adalah hari terakhir mereka di pekerja kan oleh Pram.
"Dita, kamu sebagai kepala devisi front office, arahkan kepada bawahan mu untuk tetap standby.. saya tidak mau mendengar ada keluhan dari setiap tamu yang datang." ucap Pram tegas dengan wajah dingin.
"Iya, pak." Dita mengurut dada aman, wajah yang semula tegang berubah menjadi tenang, karena Pram tidak melihat ada yang salah dalam bagian yang di pimpin oleh nya.
"Andra." pria yang berusia 39 tahun dengan kumis tipisnya langsung menatap wajah Pram saat nama nya di sebut.
"Saya mau, bagi setiap housekeeping yang bertugas dalam membersihkan kamar itu kurang dari 50 menit."
"Apa, pak? 50 menit? mana cukup pak, apa lagi jika kamar yang di tinggalkan dalam keadaan berantakan dan kacau." ucap Andra yang tidak mungkin langsung mengiyakan permintaan dari CEO nya.
"Bodohhh, bisa di tambah kan dari yang tadi nya hanya 1 orang yang mengerjakan menjadi 2 orang yang mengerjakan dalam 1 kamar. Ingat, tamu adalah raja, saya tidak mau jika tamu yang akan kembali ke kamarnya melihat kamar yang masih berantakan." ucap Pram tegas.
"Iya, pak."
"Iya, iya, begitu saja tidak becus!" bentak Pram.
"Lolita, food and beverage." mata Pram langsung menatap tajam ke arah wanita yang bertubuh langsing dengan rambut pirang di gerai.
Mati gw, kenapa pak Pram natap gw kaya gitu, gila serem banget, jangan sampe gw ngelakuin kesalahan. batin Lolita saat mendapati sorotan tajam dari Pram.
"Apa ini? ada keluhan dari tamu?" Pram bertanya pada Lolita dengan melempar map ke arah Lolita.
"Maaf pak, tapi itu salah bagian waiters yang menyajikan karena ada sehelai rambut yang ada di makanan yang akan di hidangkan." ujar Lolita dengan wajah yang sudah pucat pasi.
"Bodohhh..." Pram menggelengkan kepalanya, tidak menyangka ia mengerjakan orang seperti Lolita di hotel nya, "Dev!" Pram menaikkan suara 1 oktaf.
Dev yang sedari tadi diam berdiri di samping belakan Pram langsung maju mendekat.
"Jelaskan!" perintah Pram.
"Baik tuan... semua waiters yang bekerja di wajibkan perempuan dan mengenakan kerudung atau harnet, hingga kecil kemungkinan bila ada rambut yang akan jatuh ke dalam makanan yang akan di hidangkan." tutur Dev.
Mata Lolita membulat sempurna saat menyadari kesalahannya, jelas salah karena Lolita sudah memecat waiters yang saat itu menghidangkan makanan nya tanpa mencari tahu dulu asal muasal rambut yang berada di makanan yang di hidangkan ke pada tamu.
Brak.
Pram menggebrak meja dengan ke 2 kepalan tangannya, semua devisi yang berada di sana sampai terjingkat tidak berani menatap wajah Pram yang sedang murka.
Lolita bicara dengan menundukkan kepalanya dengan isak tangis, "Maaf, pak... saya janji tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi."
"Kau tahu, apa hukumannya bagi orang yang gegabah dalam mengambil keputusan?" seringai serigala muncul di bibir Pram.
Mendengar perkataan Pram, membuat Lolita bergidik ngeri.
"Mohon ampuni saya, pak.. saya benar benar membutuhkan pekerjaan ini, saya minta ampun pak." ucap Lolita dengan menatap iba ke arah Pram.
"Dev!" Pram menyebut nama Dev lagi.
Dengan menekan earphone yang terpasang di telinga kanannya, Dev berbicara dengan seseorang, "Cepat masuk, ada yang perlu kalian bereskan!"
Seketika itu wajah Lolita yang mendengar nya di buat tercengang, Lolita langsung berlari ke arah Pram dan berlutut di hadapan nya, tidak hanya itu... Lolita juga memeluk kaki Pram.
Lolita mendongakkan kepalanya, "Saya mohon pak, ampuni saya, saya butuh pekerjaan ini pak... jangan pecat saya pak, saya akan bekerja lebih baik lagi pak, apa pun yang bapak perintahkan, saya akan lakukan, tolong ampuni saya pak." ucap Lolita dengan isak tangis nya.
Dua orang pria berbadan kekar dengan pakain serba hitam masuk ke dalam ruang meeting.
Mereka langsung menjalankan tugas nya tanpa di beri perintah lagi.
Keduanya memegangi ke dua lengan Lolita dan menyeretnya ke luar dari ruang meeting.
"Tidaaak, tolong pak, tolong saya, jangan lakukan ini pada saya pak." teriak Lolita yang semakin histeris.
🤔 Nah luuu, da lagi ini korban nya, di apain ya itu si Lolita?
Pram berdiri dan sesekali mengetukkan jari telunjuk kanannya ke meja sambil berkata, "Dengar kalian semua, saya mempekerjakan kalian untuk memajukan hotel kita bersama, jika hotel ini berkembang, maka saya tidak akan segan untuk memberikan kalian bonus, tapi bila saya lihat ada di antara kalian yang bersikap seperti teman kalian yang bodohh itu, tamat lah riwayat kalian! mengerti?" ucapan Pram yang tegas seakan mengancam para devisi yang sudah getar getir akan nasib nya.
"Kalian mengerti?" tanya Pram yang kini memasukkan tangan kirinya ke saku celana bahannya.
"Mengerti, pak." ucap semua kepala devisi dengan serempak.
Pram mengambil map lainnya lagi dari atas mejanya, "Marketing dan sale, Meli." ujar Pram.
"Iya, pak."
Pram menatap sekilas penampilan Meli, "Pilih salah satu bawahan mu yang menurut mu, mampu memimpin devisi mu." ujar Pram.
"Maksud bapak, saya di pecat?" tanya Meli dengan penasaran.
"Apa kau dengar aku memecat mu?" bukan nya menjawab, Pram justru kembali bertanya pada Meli.
"Tidak, pak."
"Itu artinya kau akan di pindah tugas kan, Mel." bisik Nisa yang duduk di sebelah Meli.
Kalau aku di pindah tugas kan, apa ada kinerja ku yang buruk? batin Meli yang masih belum mengerti maksud dari penjelasan Nisa.
"Meli! kau mendengar ku!" bentak Pram.
"Iya, pak dengar."
"Lakukan apa yang aku perintahkan dengan segera." ucap Pram lagi.
"Iya, pak."
"Devisi accounting dengan kepala devisi Nisa, tingkatkan lagi kinerja mu." ucap Pram saat meraih map yang berbeda.
"Siap, pak."
Pram melihat laporan devisi HRD, tanpa ia panggil nama kepala devisinya, ia langsung menyerahkan laporan itu pada Dev.
"Human resources / HRD, Nusi?" Dev yang menyebutkan nya.
"Iya, pak?" pria dengan perut buncit menegakkan kepalanya saat di sebut namanya oleh Dev.
Pram menarik sudut bibirnya, berani sekali orang ini mengambil hak orang lain di perusahaan yang aku pimpin dengan mengatas nama kan nama ku! batin Pram.
Dev berbicara di earphone, "Masuk, bawa si tikus got ini keluar." ucap Dev.
Bersambung....
...💖💖💖💖💖...
Naaah kan, ada lagi... mau di apain itu si Nusi?
Yuk dukung karya author, like dan komen 😊
No julid 😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Tati Suwarsih
sadiiis...
2023-08-03
1
Ni.Mar
jahat bgt dev, manggil tikus dot
2022-10-03
1
Ni.Mar
dasar bodoh gitu aja ko repot
2022-10-03
1