Keluar dari gedung paviliun obat mereka berdua menuju toko tani dimana terdapat semua jenis perlengkapan pertanian juga pupuk dan bibit tanaman, tak lupa mereka juga singgah ditoko pakaian dan membeli beberapa stel pakaian termasuk pakaian wanita untuk istri masing masing. Total belanjaan mereka menghabiskan beberapa ratus koin perak sudah termasuk biaya makan berdua disalah satu restoran sederhana di kota itu.
Tak sampai 2 jam mereka tiba di desanya dan Tulong mengantar Piyo terlebih dahulu sebelum kembali ke rumahnya, dalam perjalanan pulang, mereka berdua telah membagi uang hasil penjualan untuk mereka berempat secara merata masing masing 4 koin emas dan 137 perak dan untuk bagian Randang akan disampaikan oleh Tulong sedangkan milik Bua akan diantar oleh PiYo besok hari sekalian mengambil Pil.
PiYo terkejut saat memasuki rumahnya karena melihat pintu tidak terkunci, khawatir terjadi sesuatu dengan rumahnya segera mencabut belati berburunya dan lepas dari sarung. Perlahan Piyo memeriksa semua sudut rumah termasuk sebuah kamar kosong yang dijadikan tempat menyimpan perlengkapan berburunya sampai kedapur, tapi dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan hingga akhirnya masuk dengan perlahan kekamarnya sendiri. Kembali dia terkejut karena melihat istrinya sedang tidur padahal hari masih sore.
"Sayang.. kamu kenapa...? apa kamu kelelahan...? jam segini sudah tidur...!", kata PiYo sambil membelai rambut istrinya.
MaiLang membuka matanya kemudian tersenyum melihat suaminya menatap cemas kearahnya...
"Kau sudah pulang suamiku...? ahh... ini...! dari siang aku sudah kembali kerumah... karena setelah tiba di sawah tadi pagi aku merasa mual dan agak pusing...! tapi aku baik baik saja mungkin dengan istirahat mual dan pusingnya akan hilang...", kata Mailang yang kemudian bangkit dari atas tempat tidur.
"Baiklah... istirahatlah dulu... dan ini...! tolong simpan uang hasil jualan berburu... ini sudah dibagi empat secara merata... dan didalam kantong penyimpanan... ada aku belikan beberapa stel pakaian baru untukmu...!", kata PiYo.
"Ya... terimakasih sudah mengingatku... ayo sana...! bersihkan dirimu...!", perintah sang istri kepada suaminya.
"Ohh iya... pohon bunga anggrek aku bawa kembali karena yang dilelang hanya kelopak bunganya saja... semuanya ada dalam kantong penyimpanan diatas meja...! aku mandi dulu...", kata PiYo sambil berlalu pergi kekamar mandi.
Selesai mandi PiYo mendapatkan istrinya masih terbaring diatas tempat tidur...
"Apakah masih merasa pusing sayang...?", tanya PiYo kepada sang istri.
"Ahh... tidak... aku hanya merasa lelah saja... hingga membuat aku malas untuk beranjak dari tempat tidur...!", kata MaiLang dengan suara terdengar lemas.
"Bagaimana kalau kita kerumah Tulong sambil bertemu dengan paman Builang... agar paman bisa memeriksa tubuhmu dan memberikan resep obat... sekalian aku ada perlu juga kerumah paman Roulang sambil memberikan uang hasil penjualan bagiannya saudara Bua...", bujuk Piyo.
"Terserahmulah... aku ikut saja...!", jawab istrinya terdengar agak ketus.
Diufuk barat langit terlihat berwarna kemerahan mengiringi sang matahari keperaduannya pertanda malam menjelang, sepasang suami istri itu berjalan beriringan sambil tangan sosok perempuan lengket memeluk lengan sang suami. Dari jauh terlihat rumah keluarga paman BuiLang pintunya tertutup rapat, dan setibanya didepan pintu rumah dengan perlahan PiYo mengetuk.
Tok... tok... tok...
"Siapa...?", terdengar suara sosok pria dari dalam.
"Salam paman...! ini aku PiYo bersama MaiLang ingin bertemu...!", kataPiYo.
Krieeekkk...
suara pintu terbuka...
"Salam nak...! mari masuk dan duduklah... bagaimana kabar kalian berdua...!", kata Builang ayah Tulong yang seorang Tabib terkenal di desa Klentang.
"Terimakasih paman... kabar kami baik-baik saja hanya ini... istriku...! tadi siang pulang dari sawah merasa pusing...!", kata PiYo.
"Ohh...! coba mendekat kesini nak MaiLang... ulurkan tangan kirimu dan lemaskan...", kata sang Tabib.
Sambil duduk BuiLang memeriksa denyut nadi kemudian memijit beberapa titik dibagian tangan, pinggang, leher dan punggung, kemudian paman BuiLang berdiri menuju belakang sambil menyiapkan sesuatu. Tidak berapa lama kemudian sang Tabib kembali dan berkata...
"Bagaimana perasaanmu sekarang nak...?", kata Builang.
"Emm.... masih seperti tadi paman hanya saja... ini... aku... mohon permisi mau... mau.... pinjam kamar kecilnya paman ma.. maaf...!", kata MaiLang terbata bata kemudian bergegas menuju kamar mandi yang berada dibagian belakang rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Karya Sujana
bunting
yess
booom
2024-02-25
0
Haikal Akbar
Next
2022-10-01
2
longdress
👌👍👍👍
2022-09-09
2