Lima desa, dua sungai dan empat perbukitan telah dilewati 4 sosok pemburu berbadan kekar itu, dan tanpa terasa enam jam telah berlalu sejak mereka keluar dari perbatasan desa Klentang. Dibawah sinar cahaya bulan terdengar derap langkah kaki kuda memacu di keheningan malam,...
"Kita cari tempat beristirahat dulu...! kuda kuda kita mulai terlihat letih...!", kata Piyo.
"Kearah timur... satu kilometer ada padang rumput...! tempat yang bagus buat kuda-kuda kita beristirahat dan makan...!", kata Bua.
"Baik....! sekalian untuk tempat kita beristirahat malam ini...", kata Piyo.
10 menit berselang nampaklah hamparan padang rumput seluas area satu kilometer, tampak didepan hutan berbukit area luar dari hutan Tembo tempat mereka akan berburu. Hutan itu terkenal karena banyaknya jenis hewan buruan didalamnya, apalagi di area dalam yang terdapat beberapa jenis hewan buas dan didalam kawasan area inti hutan terdapat sebuah area yang dinamakan kawasan terlarang. Area inti hutan tersebut selain dikelilingi rawa yang bisa menyedot apapun diatasnya, juga karena terdapat berbagai hewan siluman, dan sepanjang sejarah perburuan di benua pulau hijau belum ada satupun pemburu yang berani memasuki area inti hutan Tembo tersebut makanya area inti tersebut dinamakan area hutan terlarang.
Barang bawaan sudah diturunkan semuanya dari punggung kuda dan mereka membiarkan kuda kuda itu bebas disekitar mereka. Piyo dan teman-temannya berbagi tugas mendirikan tenda dan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api, selain untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya malam juga untuk menakuti hewan buas untuk mendekat. Aroma harum arak wangi sambil makan roti kering yang menemani keheningan malam dari keempat pria tersebut, mereka duduk mengelilingi api unggun sambil menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah. Randang dan Piyo mendapat giliran jaga pertama dan akan bergantian 3 jam kemudian.
Sinar matahari mulai memancarkan cahayanya dari timur, keempat sosok pemburu mulai menyiapkan kuda dan barang bawaan mereka diatas punggung kuda, setelah memadamkan sisa bara api unggun semalam dengan perlahan mereka bergerak menuju hutan didepan mereka. Dua jam kemudian mereka telah memasuki area luar hutan, kicauan burung dan suara binatang lainnya menyambut keempat pemburu perkasa dari desa Klentang itu, 4 pria dewasa berbadan kekar dengan usia kisaran 30 sampai 33 tahun perlahan mengamati hutan yang dikelilingi pohon pohon besar ukuran pelukan 2 sampai 3 orang dewasa.
Dalam hutan terdapat juga berbagai jenis tanaman obat dan herbal yang berguna untuk kesehatan dan pengobatan, juga dapat dijual dalam bentuk cairan obat maupun dalam bentuk pil. Keluarga Tulong terkenal dengan keluarga Tabib (ahli pengobatan) dan keluarga Bua dikenal dengan keluarga Alkemis (ahli membuat obat), dan tak jarang ada juga diantara mereka yang ahli keduanya sebagai Alkemis juga menjadi seorang Tabib. Sebagai pimpinan kelompok Piyo mengatur tugas, Bua dan Tulong mencari kayu ukuran lengan orang dewasa untuk dibangun pondok kecil tempat tinggal mereka selama 5 hari masa perburuan. Demikian juga dengan Randang dan Piyo yang bertugas menurunkan semua barang-barang bawaan mereka, kemudian mengeluarkan semua jaring yang terbuat dari anyaman tali kulit kayu untuk disambung menjadi satu. Pekerjaan persiapan ini membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam, dan mereka selesai ketika waktu sudah tengah hari.
"Saudara Randang... Tulong dan Bua kita istirahat dulu dan mengisi perut...! dan akan mulai berburu sore nanti sampai malam hari...!", kata Piyo.
"Baiklah saudara Piyo...! pondok sudah selesai tinggal memasukkan semua barang bawaan kita...!", kata Tulong.
Selesai mengisi perut mereka beristirahat melemaskan otot-otot, mengumpulkan tenaga untuk persiapan mulai berburu sore nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
ups
2024-07-28
0
Karya Sujana
booommm
2024-02-25
0
Karya Sujana
masih nyimak
booom
2024-02-25
0