Desa Kentang
"Sudah seminggu suamiku pergi berburu bersama saudara-saudaranya... apakah mereka baik-baik saja...?, tangkapan apa saja yang mereka dapatkan...? semoga saja mereka membawa hasil yang banyak... terlebih mereka dalam keadaan baik-baik saja dan pulang kembali kerumah dengan selamat...!" batin seorang perempuan dewasa yang tak lain adalah MaiLang istri PiYo.
Piyo dan Randang adalah saudara sepupu karena ayah keduanya adalah kakak beradik, Putong ayah PiYo sekarang menjabat sebagai kepala Desa Klentang berusia 57 tahun. Sedangkan ayah Randang adalah Ratong kakak Putong seorang ahli beladiri berusia 60 tahun dan memimpin Perguruan Beladiri di desa Klentang, merangkap Guru dengan tingkat Coklat Ahli, adapun tingkatan ilmu beladiri di Benua Pulau Hijau ini memakai sistem warna yaitu : Putih, Kuning, Hijau, Biru, Merah, Coklat, Ungu, Hitam dan Emas serta masing masing tingkat mempunyai 3 tahap yaitu Awal - Mahir - Akhir.
Tulong juga merupakan sepupu MaiLang karena Builang ayah Tulong adalah adik laki-laki Kailang ayah Mailang sedangkan Roulang ayah Bua adalah kakak laki-laki Kailang dan Roulang, karena hubungan kekeluargaan yang dekat diantara mereka membuat keluarga mereka semakin akrab. Dari keempatnya hanya Randang yang belum menikah, Tulong dan Bua masing masing sudah mempunyai seorang anak perempuan.
Hihiiieeekk,.... hiihiiieekkkk....
Suara berisik ringkikan kuda dari luar rumah kediaman PiYo, segera MaiLang berlari membuka pintu dan mendapatkan suami tercinta yang dirindukan telah kembali setelah seminggu pergi berburu.
"Hai... sayangku...! kami pulang... apakah kau merindukanku...?", kata PiYo.
"Hmm...!", hanya suara itu yang keluar dari mulut MaiLang sambil tertunduk malu.
Dia mengambil kantong kulit yang dibawa sang suami dan membantu membawa barang bawaan tersebut kedalam rumah...
"Saudara PiYo istirahatlah...! biarkan kami bertiga yang mengurus hasil tangkapan ini...!", kata Randang.
"Oh ya... jangan lupa segera kerumahku saudara PiYo...! untuk mengambil bagian daging hasil buruan dan jangan lupa bawalah bunga itu sekalian...!", sambung Bua.
"Ahh... baiklah saudara saudaraku...!", kata PiYo sambil masuk kedalam rumah dengan menggenggam jemari tangan sang istri Mailang.
Sepulang ketiga saudaranya, PiYo segera mengeluarkan Bunga anggrek dari kantong penyimpanan dan meletakkannya diatas meja,...
"Wah...! bunga anggrek yang bagus dan sedang mekar... bisa-bisanya kau mengingatku disaat berburu sayang...!", kata MaiLang dengan manja, tiba-tiba sebuah pelukan hangat datang dari arah belakang...
Chhuuupphh....
Sebuah ciuman mesra tiba-tiba mendarat dipipi sang istri tercinta kemudian terdengar bisikan...
"Ini berkah...! dan juga sebagai hadiah untukmu dan untuk kita...!", kata PiYo sambil tetap memeluk MaiLang dari belakang.
Sang istri yang masih menatap bunga tersebut tersenyum bahagia, dengan mata berbinar dia merasa senang karena mendapatkan ciuman dan belai kasih sayang dari suami tercinta yang membuat wajahnya merah merona bagai tomat setengah matang yang siap untuk dipetik.
"Ahh... sudah sana... bersihkan dulu dirimu...! itu masih ada aroma kuda tungganganmu... setelah itu kita makan malam bersama...", kata MaiLang.
Sehabis membersihkan diri dan berganti dengan pakaian yang bersih, pasangan suami istri itu menuju meja makan untuk menikmati hidangan makan malam mereka. Canda dan tawa menghiasi makan malam pasangan itu, hal itu karena sang istri mendengar cerita PiYo selama mereka melakukan perburuan dan cerita khasiat Anggrek Hitam. Senyum bahagia terlintas diwajah MaiLang karena selain hasil buruan yang banyak terlebih akan khasiat dan nilai dari Anggrek Hitam temuan sang suami PiYo di hutan.
"Sayang...! aku berangkat sekarang...! biar mereka tidak menunggu lama... terlebih paman Roulang (ayah Bua yang seorang Alkemis) pasti sudah mendengar cerita dari saudara-saudaraku itu tentang temuanku ini...!", kata PiYo
"Baiklah... cepat kau berangkat suamiku...! dan kembali jangan sampai larut... dan juga jangan terlalu banyak minum arak... ingat...! hal itu tidak baik untuk kesehatanmu...!", kata MaiLang mengingatkan sang suami.
Bergegas PiYo berjalan menuju rumah Bua sambil menenteng kantong kulit kayu berisikan pot bunga Anggrek Hitam miliknya, dan sesampainya disana...
"Salam... Paman... Bibi...! dan saudara-saudara semua... maaf aku agak terlambat...!", sapa PiYo kepada seisi rumah.
"Ahh... PiYo...! salam kembali nak...! mari duduklah... bagaimana kabar istrimu...? dan mana bunga itu...?", kata Roulang sang Alkemis ayah Bua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Karya Sujana
booom
2024-02-25
0
Karya Sujana
sampi disini masih terasa hampa.. blm ada ketegangan
booom
2024-02-25
0
Izhar Assakar
imajinasiku entak ke abad mana nih,,,entah era kultivator ato era prabu airlangga ato simalungun kgk tau jga,,,
2024-01-07
1