Seminggu telah berlalu, PiYo seperti biasa melakukan meditasi pagi terus ke sawah dan malamnya bermeditasi lagi. Dalam seminggu ini berulang-ulang dia memikirkan cara yang terbaik bagaimana memanfaatkan uang yang dimilikinya saat ini yang diam-diam masih disimpannya belum ditunjukkan kepada sang istri dan akhirnya dia memutuskan untuk bicara dengan ayahnya.
Putong ayah PiYo adalah seorang kepala desa didesa Klentang jabatan itu diturunkan sebelumnya dari kakeknya Surapong, dimasanya Surapong adalah seorang pendekar terkenal. Dimasa itu pendekar Surapong berpetualang hampir kesemua pelosok benua pulau hijau, sampai dia bertemu dengan seorang gadis pendekar pendatang dari benua lain bernama LinMei, berdua mereka berkelana membantu yang lemah dan membantai yang jahat. Mereka menikah dan menetap di daratan tengah, dan dimasa tua mereka sekarang dengan tingkat beladiri Surapong Hitam Mahir dan Lin Mei tingkat Ungu Akhir mereka tinggal di gedung kediaman anaknya Putong sang kepala desa Klentang.
Benua Pulau Hijau terbagi 3 daratan yaitu daratan Selatan, Tengah dan Utara sementara bagian timur dan barat membentang lautan luas, diseberang lautan bagian timur terdapat Benua Pulau Hitam dan sebelah barat ada Benua Pulau Merah.
PiYo yang baru saja kembali dari sawah sedang membersihkan diri, setelah selesai dia kemudian bergegas kerumah orangtuanya setelah berpamitan dengan sang istri dengan membawa beberapa lembar kertas segel bank Kota Sawang. Didalam kediaman kepala desa tampak dua sosok paruh baya Putong dan Muning orangtua PiYo, mereka duduk santai diruangan keluarga sambil menikmati secangkir teh hangat, kemudian terdengar suara ketukkan dipintu masuk...
Tok... tok... tok....
"Salam... Ayah... Ibu...!", kata PiYo kemudian masuk kedalam dan menyalami kedua orang tuanya sambil membungkuk dan mencium tangan kedua orangtuanya.
"Anakku kemari nak...! duduk samping Ibu... bagaimana kabar menantu ibu...? bagaimana kandungannya...?", kata Muning penuh selidik.
"Istriku...! biarkan anakmu duduk dulu dan minum teh hangat... nak... kapan padimu dipanen...?", kata Putong.
Sang ibu antusias dengan menantu perempuannya karena mendengar MaiLang sang menantu tengah mengandung cucunya sedangkan sang ayah bertanya tentang hal pekerjaan...
"MaiLang baik-baik saja bu... kandungannya sehat karena minum pil stamina dari paman Roulang... sedangkan padi mungkin 2 minggu lagi sudah bisa dipanen ayah...!", kata PiYo menjawab pertanyaan kedua orang tuanya.
"Bagus...! kamu memang pekerja keras seperti ayahmu ini hehehe...! Ohh...iya... apa rencanamu dengan uang yang banyak itu...?", kata Putong.
"Suamiku... biarkan anakmu yang menentukan dan mengaturnya kita jangan mencampuri... ingat...! dia sudah berkeluarga bukan anak kecil lagi...!", kata Muning tegas.
"Bukan aku mengaturnya istriku...! tapi paling tidak sebagai orangtua aku akan memberikan saran yang terbaik buat anakku... tinggal bagaimana mereka mau menerima atau tidak...!", kata Putong menjelaskan maksudnya.
"Ya... ya... baiklah itu terserah kamu...! aku tinggal dulu kebelakang mengurus yang lain...", kata Muning sambil berlalu menuju bagian belakang kediaman kepala desa itu dan meninggalkan ayah dan anak itu.
"Baik ibu... dan ayah... aku kesini memang membutuhkan nasehatmu...! terus terang aku masih bingung untuk menggunakan uang sebanyak itu...! apakah harus kubelikan harta...?", kata PiYo.
Maklumlah cara berpikir Piyo juga rata-rata orang didesa Klentang karena kesehariannya bertani, berburu dan berlatih beladiri, tidak ada pikiran berbisnis seperti jaman dunia nyata sekarang ini yang modern segala sesuatunya serba online.
"Nak... semua yang kau miliki sekarang adalah berkah... juga hasil kerja kerasmu jadi saranku sebagai orang tua pergunakan semuanya... pertama untuk keluargamu apalagi sebentar kau akan memiliki keturunan persiapan segalanya untuk kesejahteraan keluargamu...!", kata ayahnya memberi saran.
"Baiklah ayah... saya mohon bantuannya nanti untuk mencarikan tukang dan pekerja untuk membangun rumah kami yang baru... juga bantu mencari orang orang yang dapat dipercaya untuk bekerja sebagai penjaga pengurus rumah di kediamanku nantinya...", kata PiYo.
"Bagus...! setidaknya kamu telah membantu dengan memberikan pekerjaan kepada para penduduk desa... tenanglah akan ayah usahakan secepatnya...!", kata Putong.
Dari belakang rumah datang sosok pria lanjut usia, seluruh rambutnya telah memutih dan jenggot putih panjang melewati dagu menghiasi wajah tuannya, namun tubuhnya masih terlihat kuat dan bertenaga sosok tersebut adalah Surapong yang diwaktu mudanya terkenal dengan julukan sang 'Pendekar Belati Emas'. Surapong berjalan sambil memegang sebuah tongkat kayu hitam berkepala naga yang terbuat dari emas murni, dia berjalan menemui ayah dan anak yang sedang duduk berbincang.
"Salam kakek...!", sapa PiYo sambil berdiri kemudian membungkuk dan mencium tangan sang kakek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Haikal Akbar
Next
2022-10-01
1
longdress
buat baik, dapat yang terbaik...👍
2022-09-09
5
longdress
lanjut....👉🆙️
2022-09-09
2