Berhubung hari ini jadwal kuliah ditiadakan karena alasan tertentu, dengan waktu yang kosong ini Fais berniat untuk memanfaatkannya pergi berkunjung ke rumah Akmal sesuai janjinya tempo hari. Janji dimana Akmal protes selama berteman dengannya selalu bocah itu yang mencari-cari keberadaan Fais.
Fais berdandan rapi, dengan memakai jaket jeans abu-abu di padukan kaus putih polos. Tatanan rambutnya juga tak kalah klimis, tidak lupa juga dengan minyak wanginya yang semerbak mengharum sepanjang hari. Persiapan Fais bak Melancong ke rumah seorang pujaan hati.
Tidak hanya itu, Fais juga membawa banyak seserahan kue dan buah untuk di persembahkan kepada Akmal dan ibunya. Biarpun Fais orangnya kadang-kadang, tetapi jauh di dalam secuil hatinya ia adalah orang yang manis dalam menyalurkan kepeduliannya.
Akmal tidak seberuntung dirinya. Di kala waktu senggang seperti ini Fais hanya bisa rebahan dan bermain-main, berbeda dengan Akmal yang justru menggunakan waktu ini untuk mencari pundi-pundi rupiah. Kehidupannya yang hanya memiliki ibu sebagai tulang punggung, membuat Akmal tidak serta merta bersantai-santai ria.
Di dalam perjalanan mobil yang melewati gang kecil sedang menunggu giliran lewat, Fais yang sedang menepikan mobilnya untuk mengalah kemudian teringat akan Akmal bagaimana jika ia tidak ada di rumah. Sia-sia persiapannya dari pagi hari serta membeli ini itu sampai dua plastik penuh.
Sia-sia? Tentu tidak kawan. Sebab jarak rumah Akmal denga rumah Maya tidaklah jauh. Jika Akmal memang tidak ada, tidak ada salahnya kan kalau Fais melipir ke rumah Maya? Hehe, Fais saja cengar cengir sendiri dengan pemikirannya yang super ajaib. Sampai-sampai dia tidak menyadari mobil berlawanan arah yang sedang ia beri jalan sudah melewatinya dan menyapa Fais dengan bunyi klakson.
Setelah perjalanan lancar jaya tanpa adanya hambatan, otak Fais kemudian menyadarkannya kembali untuk menelpon Akmal memastikan. Namun pikiran degil nya bilang, memangnya kenapa jika tidak menghubungi? Kan biar surprise nantinya. Gak kebayang kan ekspresi Akmal saat tahu teman yang selama ini dia kejar-kejar malah datang untuk menghampirinya. Dan jika memang tidak ada, ya gak papa. Kan ada Maya sebagai opsi kedua.
Berdebat dengan pikiran sendiri memang banyak menyita waktu, hingga tidak terasa kini mobil telah menepi di kediaman Akmal.
Dari balik kaca mobil pun Fais dapat melihat Akmal sedang membereskan benda plastik dan lainnya di samping rumah. Akmal adalah seorang pengepul barang rongsokan.
"Assalamualaikum, wahai sahabatku." Ucap Fais sambil menenteng belanjaan yang begitu penuh di kedua tangannya.
Kalau kalian pikir Fais berbelanja ini itu menggunakan uang saku dari orang tuanya, kali ini kalian salah. Fais si tukang rebahan diam-diam juga punya uang hasil usahanya sendiri. Selama ini ia beli ini itu, beli bensin mobilnya, bahkan bayar pajak kendaraannya selalu menggunakan uang miliknya.
Uang saku yang di beri orang tuanya selama ini ia simpan dengan begitu rapi di bawah kasur. Terkadang saat ia memeriksa keadaanya, uang-uang itu gempi (rata seperti di setrika) karena terlalu lama tertimbun.
"Wa'alaikumsalam. Eh si Fais kata gua siapa?!" Akmal berjingkrak kegirangan. Sosok Fais akhirnya muncul mencari dirinya. Berarti istilah pertemanan bertepuk sebelah tangan dapat di patahkan oleh kenyataan hari ini.
Mereka lalu berbincang seperti biasa. Membicarakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dibicarakan.
....
Berjam-jam kemudian.
"Mal, emak lu kemana?" Fais baru sadar jika dari tadi ia berbincang tidak ada sosok ibunya Akmal tertangkap mata.
"Emak gua kan kerja is. Di pabrik konveksi. Sedikit lagi juga pulang."
"Oh"
"Kerjaan gua sudah beres semua nih. Bosan juga kalau kita terus-terusan disini. Gua punya ide bagus." Seru Akmal bersemangat.
"Apa?"
"Kita main ke rumah Maya yuk." Ajaknya, namun Fais masih memasang muka datar-datar saja.
"Ngapain? Malas ah" Jawab Fais, terdengar begitu munafik di telinga. Padahal jika kita perbesar menggunakan miksorskop, ada garis senyum yang tertarik di ujung bibir.
"Gua mau jahitin celana gua yang pada sobek di Bu Nur. Dan Bu Nur itu merupakan ibunda dari seorang gadis bernama Maya. Jadi mau tidak mau kita harus ke rumah Maya."
"Anjjjirr,,bahasa lu Mal bikin bulu roma gua berdendang."
"Kan gua ngikutin lu, si penulis novel ulung berdawai asmara. Hehe"
"Bukan genre gua itu mah."
"Yasudah, kalau begitu daripada kita berdebat mending lu siapin Mobil. Sementara itu gua mau menyiapkan buntelan celana sobek gua." Kata Akmal seperti seorang majikan pada supirnya.
"Ya ampuuun, mobil gua yang keren dan gagah ini cuma buat nganterin buntelan celana lu yang pada somplak. Sungguh mengerikan."
Mereka bubar dan berjalan menuju tempat tujuan masing-masing. Akmal ke dalam rumah sembari tertawa terbahak-bahak, sedangkan Fais menghampiri mobilnya sambil cekikikan.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Dewi Payang
Selalu bahagia kak author😁👍
2022-11-29
1
Dewi Payang
Cieee Fais, tapi Akmal okelah, tahu aja sasaran yg pas utk dikunjungi.
2022-11-29
1
Dewi Payang
Itu lah temen gak datang saat ada perlunya aje, omongan angin yg gak perlu2 pun dibahas😁
2022-11-29
1