Uang Sabun

Aneh, sejak menggaungkan pertanyaan yang mungkin tidak lumrah untuk seukuran orang yang baru kenal, pemuda pembawa jajanan berasap itu masih saja melemparkan cengengesan kepada Akmal.

Akmal mengerutkan dahi kebingungan. Ia berfikir perbincangan sudahlah cukup dengan keterkejutan Akmal akan jawaban pemuda itu. Namun alih-alih pergi meninggalkan Akmal dengan sejuta keheranan, pemuda itu malah semakin mendekati Akmal lalu memiringkan kepalanya menatap lekat Akmal yang dia rasa tidak banyak berubah pada kontur wajah.

"Mal, serius lu gak ngenalin gua?" Katanya, masih di bubuhi tawa jenaka.

Akmal dan Fais menoleh kaget dengan kening yang berkerut, mereka berusaha menodong otak agar menampilkan memori nama, siapakah gerangan yang ada di hadapan mereka. Fais dan Akmal saling melempar pandangan.

"Masih belum ingat?" Tanya pemuda itu lagi.

"Oh lu, gua kira siapa." Akmal menyudahi kecanggungan yang mengudara. Tahu tidak, di saat dia mengatakan itu, Akmal pun sedang berusaha mengingat-ingat namanya.

Siapa si ya, anjiir gua gak ingat namanya. Tapi mukanya mah kenal. Batin Akmal merutuki daya ingat yang dimiliki.

"Coba lu sebutin nama gua" tantang pemuda itu.

Mammpuss lu Mal, gua tahu sebenarnya lu belum ingat. Soalnya ketahuan dari muka lu kalau lagi pura-pura. Muka lu kalau lagi sok tahu kaya sapi angob (sapi menguap). Batin Fais.

Bukannya membantu teman, Fais malah mengalihkan atensi pada semangkuk mi yang menggugah selera. "Mending kita makan duluan May, Akmal masih sibuk sama kawan lamanya."

"Iya a" Maya meraih sumpit yang sudah di sediakan, memisahkannya dari pembungkus lalu siap untuk di gunakan sebagai sarana gulung menggulung mi. Rasa canggung yang menyeruak membuat Maya lupa bagaimana cara menggunakannya.

Fais yang sudah berhasil menikmati suapan pertama mi-nya sambil membuka ponsel, seketika mendapat perintah dari otaknya bahwa dia harus menoleh pada Maya. Wanita di depannya tidak sanggup walau hanya sekedar mendisiplinkan tangan. Gemetar yang begitu kontras telah menerbitkan seutas senyum kecil di wajah Fais.

Fais merebut sumpitnya dari Maya, perempuan yang memang sejak tadi meletup-letup malu semakin berwajah pias. Jika disandingkan dengan merahnya tomat, pipi Maya akan menjadi juaranya. "Sini aa Fais suapin". Ujar Fais dengan menggelungkan mi milik Maya.

"Sudah a, saya saja yang meneruskan. Aa Fais lanjut makan saja." Pinta Maya setelah suapan pertama sudah berhasil ia telan.

"Yasudah, kalau gitu Aa ajarin caranya dulu." Maya semakin frustasi saat tangan hangat Fais menyentuh permukaan kulit punggung tangannya. Bisa is, Maya bisa sebenarnya, justru kamulah sumber ketidak bisaan itu.

Disaat situasi memacu adrenalin untuk Maya, dan untuk lelaki di hadapannya hanya sebuah kenikmatan hakiki menyantap makanan kesukaan di temani seorang perempuan, ada Akmal yang masih sibuk dengan urusan kawan lama. Di telinga Fais, perbincangan Akmal bahkan hanya terdengar seperti kerumunan lalat hijau yang sedang berkoloni.

.............

Di rumah.

Selepas matahari merangkak naik dan waktu telah menunjukan lewat tengah hari, Mamah yang seharusnya sibuk dengan pekerjaan rumah kini hanya bisa bermalasan di ruang tamu.

"Enak ya Mah kalau anak kita lagi rajin kaya gini. Semua pekerjaan rumah sudah beres sama dia" Papah membuka obrolan dengan mata yang masih melekat di layar ponsel. Bakat terpendam Fais yang tak lepas dari benda pintar itu mengikuti jejak ayahnya.

Ralat, bukan Fais yang menurunkan kebiasaan itu, melainkan Ayahnya yang mengikuti jejak anak muda. Kenapa demikian? dahulu Papah bahkan hanya sibuk menggoda istrinya yang sedang memasak, membersihkan pekarangan rumah lalu membetulkan kerusakan yang ada.

Dengan kepintarannya mencerna pola bangunan, kepiawaiannya bereksperimen, serta masih banyak hal-hal kecil lainnya, semua itu dapat mengisi waktu di hari libur seperti hari ini. Hari yang semakin hari akan terkikis oleh keberadaan ponsel miliknya dan membunuh semua cerita masa lalu yang indah.

"Tapi sekarang mamah mau minta uang sabun sama papah. Fais udah numpahin banyak sampai tersisa sedikit kaya gitu. Paling nahan sampai dua hari saja tuh." Jawab Mamah santai. Dia tidak lagi terkejut dengan apa yang telah terjadi. Justru fakta yang barusan ia lihat membuktikan bahwa Fais tetaplah Fais, si anak yang selalu membuat greget bagi seorang ibu. Sekaligus mematahkan asumsi bahwa anak itu telah berubah.

Huh dasar anak itu.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

nowitsrain

nowitsrain

Pegang-pegang lagi 😒

2022-12-14

1

nowitsrain

nowitsrain

Aa Fais, itu kasian anak gadis orang nanti pingsan

2022-12-14

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Ah aa Fais, kau membuat maya bertambah merona sajahhh😁

2022-11-18

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Penurut
3 Tidak Bisa Berkutik
4 Mencari buku
5 Kedatangan tamu
6 Sebuah Informasi
7 Sarapan Bersama
8 Narsis
9 Sekarang sama Maya
10 Uang Sabun
11 Namanya Juga Manusia
12 Kemelut Cincin
13 Coba Dah Lihat!
14 Semangka, Semangat Kakak
15 Sore Itu
16 Ucapan selamat pagi
17 Ke rumah Akmal
18 Ngerujak
19 Jam tangan ketinggalan
20 Fais mau bicara
21 Rencana Fais
22 Sudah saatnya
23 Rencana Ibu
24 Bertemu pelaku
25 Membahas cita-cita
26 Jam tangan Akmal
27 Fais di tembak
28 Kecemasan
29 Terungkap
30 Kemarahan Fais
31 Serumit inikah?
32 Di tengah kegalauan
33 Jangan kabur-kaburan
34 Mamah sudah tahu
35 Hujan yang mengingatkan
36 Akmal dapat tugas
37 Fais memilih pergi
38 Uji diam-diam
39 Tentang Sasmitha
40 Berdua lagi dengan Nabila
41 Apa ini?
42 Detik lembaran baru
43 Akmal nginep
44 Patah hati
45 Yang terbaik
46 Fais pergi
47 Obrolan berat
48 Mamah dan segala kekecewaannya
49 Sudah terealisasi
50 Brownies lumer
51 Selesai ya selesai aja
52 Setelah putus
53 Cerita di balik hujan
54 Perasaan sesungguhnya
55 Healing
56 Tidak terduga
57 Membantu Mamah
58 Kondangan
59 Gagal
60 Kejutan
61 Hadiah Maya
62 Teman
63 Curhatan Fais
64 Selamat Malam
65 Di warung
66 Kenapa?
67 Tidak Menyangka
68 Lelah
69 Obrolan biasa
70 Pesan dari Maya
71 Kencan
72 Berharap Ini Cuma mimpi
73 Hari Kedua
74 Yang Terberat
75 Hilang arah
76 Menuju Akhir Cerita
77 Rindu Dengannya
78 Kembali
79 Akhir Cerita
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Prolog
2
Penurut
3
Tidak Bisa Berkutik
4
Mencari buku
5
Kedatangan tamu
6
Sebuah Informasi
7
Sarapan Bersama
8
Narsis
9
Sekarang sama Maya
10
Uang Sabun
11
Namanya Juga Manusia
12
Kemelut Cincin
13
Coba Dah Lihat!
14
Semangka, Semangat Kakak
15
Sore Itu
16
Ucapan selamat pagi
17
Ke rumah Akmal
18
Ngerujak
19
Jam tangan ketinggalan
20
Fais mau bicara
21
Rencana Fais
22
Sudah saatnya
23
Rencana Ibu
24
Bertemu pelaku
25
Membahas cita-cita
26
Jam tangan Akmal
27
Fais di tembak
28
Kecemasan
29
Terungkap
30
Kemarahan Fais
31
Serumit inikah?
32
Di tengah kegalauan
33
Jangan kabur-kaburan
34
Mamah sudah tahu
35
Hujan yang mengingatkan
36
Akmal dapat tugas
37
Fais memilih pergi
38
Uji diam-diam
39
Tentang Sasmitha
40
Berdua lagi dengan Nabila
41
Apa ini?
42
Detik lembaran baru
43
Akmal nginep
44
Patah hati
45
Yang terbaik
46
Fais pergi
47
Obrolan berat
48
Mamah dan segala kekecewaannya
49
Sudah terealisasi
50
Brownies lumer
51
Selesai ya selesai aja
52
Setelah putus
53
Cerita di balik hujan
54
Perasaan sesungguhnya
55
Healing
56
Tidak terduga
57
Membantu Mamah
58
Kondangan
59
Gagal
60
Kejutan
61
Hadiah Maya
62
Teman
63
Curhatan Fais
64
Selamat Malam
65
Di warung
66
Kenapa?
67
Tidak Menyangka
68
Lelah
69
Obrolan biasa
70
Pesan dari Maya
71
Kencan
72
Berharap Ini Cuma mimpi
73
Hari Kedua
74
Yang Terberat
75
Hilang arah
76
Menuju Akhir Cerita
77
Rindu Dengannya
78
Kembali
79
Akhir Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!