Saat makanan yang tertuang sudah tandas, dua manusia yang saling bersahabat itu berlalu mengikuti kelas yang akan segera di mulai. Mereka berjalan beriringan dengan Fais yang setia mendengarkan ocehan Akmal.
Badan keduanya mendadak terhuyung, hingga hampir rubuh dalam berdiri tegak. Masing-masing berkutat dalam asumsinya sendiri tentang penyakit yang mungkin di alami.
"Asam lambung gua naik kayanya, kepala rasa kleyengan." Oceh Fais. "Kayanya darah gua juga lagi rendah, lanjung banget kepala." Yang ini kata Akmal. Tidak berselang lama dari obrolan mereka tentang penyakit yang diderita, terdengar alarm berbunyi disertai orang-orang yang keluar dari gedung.
Fais dan Akmal yang masih berada di luar ruangan sontak terpaku lalu menyadari bahwa saat ini telah terjadi gempa bumi.
Panik? Sudah pasti. Guncangan Gempa berlangsung sekitar lima menit. Tidak ada kerusakan maupun korban jiwa di tempat ini, namun setelah orang-orang mencari informasi mengenai gempa yang barusan terjadi, titik gempa berada di kota xx sebelah timur mengalami kerusakan serta menelan korban jiwa.
Benar kata Fais kita gak tahu kedepannya kaya gimana. Batin Akmal.
Baik Fais maupun Akmal, kedua remaja lelaki itu saling berkutat dengan ponsel masing-masing untuk menghubungi keluarga. Akmal yang sambungannya sudah terangkat tanpa basa-basi menanyakan kabar sang ibu, sedangkan Fais dari tadi masih mondar-mandir belum mendapat kepastian.
"Assalamualaikum, Mamahku yang cantik. Baik-baik sajakah disana?" akhirnya Mamah mengangkat teleponnya.
"Wa'alaikumsalam, baik is. Mamah baru bangun tidur, kebangun karena kamu telepon. Ada apa emang? duit jajan kamu habis?" Fais meringis mendengar kata-kata ibunya.
.............
Di rumah dengan pemandangan hujan kecil.
Selepas kembalinya Fais dari kampus, anak itu menghabiskan waktu di dalam kamar dengan jendela terbuka menghirup petrikor (bau tanah saat di terpa hujan).
Hujan kecil yang tidak disertai petir memudahkan Fais untuk menikmati alam yang sedang basah. Memperhatikan tumbuhan disekitar sedang berdendang ria menyambut tetesan hujan yang penuh berkah.
"Hai Zenun."
Fais menyapa semangka temuannya yang telah di beri nama Zenun. Zenun tidak menyahut, hanya berdiam diri merasakan rintikan air yang membasahinya.
Yang bertanya senyum sendiri sembari memandangi kelat buah yang semakin hari bertambah ukuran. "Jangan cepat-cepat gede ya nun, kalau gak mau cepat-cepat gua belah." Anak itu tertawa sumir, seolah sedang menakuti Zenun. Sebagai orang yang sering berhalu untuk membuat sebuah tulisan, Fais saat ini juga berhalu jika Zenun sedang ketakutan akan ancaman abal-abalnya.
Kita kan tidak tahu kedepannya bagaimana. Bisa jadi saat itu tiba, anak itu yang malah menangis tidak tega.
"Tok..tok..tok.."
Ketukan pintu membuyarkan dunia halu Fais, serta memberhentikan kegiatan anak itu memamerkan pisau buah kepada zenun. Ia lantas gerak cepat membukakan pintu untuk sang ibu. Ya, itu ibunya. Siapa lagi di rumah ini kalau bukan mereka berdua.
"Mamah boleh curhat is?" Kata Mamah yang masih berdiri di ambang pintu.
"Boleh, ayo masuk Mah."
Mamah mengambil posisi duduk di tepi ranjang, sedangkan putranya memilih untuk tiduran di pangkuan sang ibu. "Mamah mau curhat apa?" Kata anak itu.
"Tadi Mamah ke warung Bu Romlah, tiba-tiba di tagih hutang. Katanya Papah kamu pinjam uang sama dia."
"Mamah sudah konfirmasi sama Papah belum?"
"Sudah, kata Papah iya benar dirinya mengutang hu..hu..hu.. Baru kali ini is Papah kamu mau ngutang sama orang. Dulu waktu jamannya susah, Mengutang itu adalah kerjaan Mamah dan Papah tugasnya cuma bayarinnya aja. Saking Papah pemalunya buat sekedar menghutang is."
"Tapi kenapa sekarang malah jadi kebalikannya ya?" Lanjutnya lagi.
"Tapi kita gak ngerasa lagi kekurangan ya Mah. Apa jangan-jangan sebenarnya Papah lagi ada masalah tapi gak mau melibatkan kita?"
"Nah itu dia masalahnya, Papah kamu itu kalau ada masalah suka di pendam sendiri."
Mereka panjang lebar membahas perubahan sikap Papahnya yang cenderung menarik diri dari keluarga. Tanpa terasa hari sudah mulai menunjukan senja.
Mamah pamit pada Fais untuk memasak, menyiapkan makan malam nanti dengan lauk sesuai request Fais dan juga suaminya. Sedangkan Fais sibuk mengontak Rozak sebagai ketua HIMA, membahas penggalangan dana untuk donasi korban gempa.
.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Maya●●●
halo kak yanti. aki mmpir bawa iklan harian untukmu
2022-12-04
1
Dewi Payang
Pasti Fais yg nangis😄
2022-11-24
1
Dewi Payang
Zenun alis semangka, jangan ngomong ya, aku pasti histeris klo tau ada semangka yang bisa jawab😄
2022-11-24
1