Papah mengeluarkan sepuluh lembar uang dengan pecahan seratus ribu rupiah. Aroma uang yang tersimpan lama menyeruak ke dalam rongga hidung. Sepertinya, jika dilihat dari posisi dimana Papah menyimpan uang tersebut, Papah sedang menyembunyikan uang simpanan dari transaksi sehari-hari.
Tangan yang sejak tadi tergantung di udara menunggu, langsung menyergap kemudian dengan gerakan cepat memasukan ke dalam...
"Eeeittss.. kok dimasukin kesitu sih mah? Ayah Fais protes menggebu-gebu manakala uang itu akan mengambil area kesukaannya.
"Hehehe, panik ya? Mamah cuma becanda pah" dengan sisa-sisa tawa kecil, Mamah mengamankan uangnya ke dalam dompet berukuran kecil yang dapat di peroleh saat membeli perhiasan emas.
"Berhubung belum memasuki tanggal belanja bulanan, papah kasih uang gak cuma-cuma ya" Papah berujar sontak mengagetkan sang istri.
"Dih sih Papah!, Memang Papah mau apa?"
"Mau cium" Jawab Papah.
Pernyataan genit lolos begitu saja sembari mengetuk-ngetuk pipi sebelah kanan dengan jari telunjuk. Wajah Mamah yang tadinya sudah mau menerkam lantaran seorang istri harus membayar atas nafkah yang memang sudah seharusnya, berubah menjadi raut wajah cengengesan.
"Hehehe"
................
Meninjau yang sedang makan mi ayam.
Awan yang sempat cerah berganti menjadi abu-abu kelam. Gemuruh samar terdengar di bagian belahan bumi yang lain beriringan dengan awan pekat yang berarak.
Fais, Akmal, dan Maya sudah selesai dengan pemanjaan lidah. Dan sekarang sudah saatnya mereka kembali ke sangkarnya masing-masing.
"May, kamu pulang bareng sama Aa aja ya. Kalau naik ojol, takut kamu kepegung hujan." Fais menawarkan tumpangan pada Maya, bukan dalih merayu untuk mengambil kesempatan dekat-dekat dengan perempuan itu, Fais memang tidak bisa melihat perempuan sampai kehujanan. Apalagi sampai menggigil kedinginan dalam kesendirian.
"Iya May, bareng kita aja. Cuaca udah gelap. Kasihan Fais, sepertinya khawatir banget sama Maya." Selesai berbicara seperti itu, Akmal mendapat tatapan mengiris tulang. Kepercayaan dirinya hancur berkeping-keping, manakala Fais belum merubah tatapannya tersebut.
Bukannya mau jahat sama teman, Fais hanya tidak mau memberikan harapan lebih pada perempuan bernama Maya. Bukan cuma padanya, pada Nabila juga. Fais merasa dirinya belum pantas untuk diperebutkan.
"Iya sudah, Maya ikut sama kalian. Terimakasih ya Aa, sudah banyak merepotkan."
"Sama-sama May, gak ngerepotin kok. Santai saja." Jawab Fais.
Fais mengantarkan pulang Maya dengan tidak ada maksud lain memang benar adanya. Fais mempersilahkan Maya untuk duduk di bangku penumpang, sedangkan Akmal yang masih terjebak kaku melihat ekspresi Fais tadi sudah mulai cengar-cengir mendapati raut wajah sahabatnya mencair.
Akmal duduk di samping kemudi tanpa banyak berkomentar.
Hening menjadi satu-satunya kata yang tepat untuk menggambarkan suasana di dalam mobil. Hujan yang turun deras seolah sedang memukuli kaca kendaraan roda empat tersebut. Fais berkendara dengan pelan sambil bergumam dalam hatinya.
Kalau lagi hujan kaya gini, jadi ingat author idola itsnowrain. Rain.. hujan..
.
.
Waktu cepat berputar. Akmal sudah sampai di depan rumahnya. Kondisi yang hujan deras tidak bisa membuat Maya untuk bertukar posisi di depan mengisi kekosongan ruang.
Mobil perlahan berlari kembali dengan Fais yang terlihat seperti supir. Tujuh menit berlalu, Fais menghentikan laju mobilnya. Ia keluar menerobos hujan dengan payung yang diambilnya dari tempat tersembunyi.
"May, pindah ke depan ya." seru Fais, Maya hanya mengangguk setuju lalu berpindah tempat.
Suasana tidak seperti tadi, dengan pembawaan Fais yang supel mereka terlibat obrolan lebih intens. Yang namanya rasa canggung sudah lenyap tersapu oleh derasnya hujan.
"Aa Fais penulis novel ya?"
"Kata siapa?" Fais senyum menandakan pertanyaannya berupa pertanyaan retoris.
"Maya sudah baca semua karya Aa, bagus semua. Maya senang, saat kagum sama sebuah karya ternyata Maya bisa ketemu sama penulisnya langsung." Bola mata Maya berbinar.
Fais hanya tersenyum, tidak mengiyakan jika itu memang dirinya dan juga tidak mengelak kalau dia adalah pelakunya. Maya melirik sekilas senyum candu itu dari ujung mata. Celaka, degup jantungnya berdetak diatas rata-rata.
"Terimakasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca karya itu May."
"Sama-sama a, Maya suka sama sastra. Lain waktu Maya boleh belajar tentang bahasa sama Aa Fais?"
"Boleh, sekarang Aa Fais juga bisa. Nanti sampai rumah Maya, Aa mampir sebentar"
Apa?
"Sekarang lagi hujan a, memangnya tidak apa-apa?"
"Selagi hujan masih berupa air, tidak masalah untuk Aa Fais datang ke rumah kamu May."
Tidak adanya Akmal, kita jadi tahu situasi apa yang telah terjadi. Namanya juga manusia, suatu saat akan berubah. Tidak harus menunggu hingga bertahun-tahun lamanya, lima menit saja manusia bisa berubah.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Maya●●●
1 iklan untukmu kak
2022-11-28
1
Maya●●●
maya juga senang kak. hehehe
2022-11-28
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Ry gk sengaja ketemu ama seorg Readers di Real
Dy seorg Cowk
Perjuangan Ucup mampir
2022-11-15
2