Setibanya di rumah, Fais memarkirkan mobil merahnya di garasi. Sang Ibu pun menyambut Fais dengan segudang pertanyaan beruntun. Seperti petasan yang di nyalakan saat menyambut besan. Dar-der-dor.
Fais bingung untuk menjawab, karena dari pertanyaan ibunya yang terlampau cepat dan banyak, membuat Fais tidak menangkap satu pertanyaan pun dengan baik.
"Is kok gak di jawab?"
"Satu-satu mah kalau nanya?"
"Ya sudah yang pertama kamu darimana jam segini baru pulang?"
"Kuliah." Fais menjawab dengan tatapan mata yang tidak pernah berpaling dari ponsel.
"Masa?"
"Iya Mah." Jatuhnya jadi seperti berbohong, padahal tujuannya hanya ingin mempersingkat pertanyaan sebab sibuk dengan ponsel. Tidak ada pancaran mata Fais menatap ibunya yang sedang ingin bercerita. Fais terus menyeret langkah ke dalam kamar, mengabaikan Mamah yang kini mulai berhenti berbicara.
Fais merebahkan tubuhnya sebentar sebelum dia beranjak membersihkan diri. Memakai obat tetes mata kemudian, sebab dia merasa matanya begitu kering dan penglihatannya memburam. Detikan jam berjalan, sayup-sayup mengiringi Fais yang tertidur pulas.
..................
Gelap malam sudah menyergap. Suara hewan serangga menjadi suara yang menghiasi telinga. Fais terbangun karena itu. Dan untuk pertama kalinya Mamah tidak membangunkan Fais ketika ketiduran seperti ini. Jujur, Fais sedang tak enak hati ketika mengingat apa yang sebelumnya terjadi sebelum ia tertidur pulas.
Fais keluar kamar mencari tanda kehidupan. Celingak-celinguk mencari sosok yang selalu di cari jika sepi melanda rumah. Pandangannya menangkap ibunya yang sedang menonton televisi dengan nanar.
"Mah?"
"Eh, is udah bangun. Mandi sana terus makan malam." Nadanya lebih pelan dari biasanya. Terrkesan sedang menahan sedih yang di pendam.
"Iya Mah." Fais menjalankan apa yang di perintah sang ibu. Meskipun dirinya sangat ingin menanyakan ada apakah ini? dia lebih memilih menutup rapat mulutnya.
"Dasar Pelakor, mati apa Luh." Teriak ibunya Fais, sambil terus menuding televisi.
Ada rasa lega di hati mendapati ibunya normal seperti biasanya. Meski Ia hampir tersedak karena umpatan sang ibu yang sedang meluapkan emosi.
"TV di marahin." Seru Fais dari arah dapur.
"Biarin, daripada marahin kamu terus capek. Mendingan marahin tv."
Di luar rumah, suara deru mesin mobil tak asing mendekat. Ayah Fais telah pulang dari kantor dengan tentengan hadiah untuk istrinya serta camilan buah yang sudah memenuhi tangan. Seperti biasanya, Papah selalu pulang dengan tidak membawa tangan kosong
"Waduh, papah balik kagak di sambut nih?" Ujar Papah masih menenteng belanjaan yang memenuhi rongga jarinya. Ajaibnya, ibunya Fais tidak terlalu antusias. Dia langsung saja membenahi apa yang di bawa oleh suaminya dengan diam.
"Papah mandi sana, habis itu makan bareng Fais." Akhirnya Mamah bersuara.
"Mamah kenapa?" to the point. Papah adalah tipe orang yang tidak suka bertele-tele. Menyadari sikap dingin istrinya, dia langsung gerak cepat mengambil langkah untuk bertanya di banding menerka yang tidak-tidak.
"Gak kenapa-kenapa Pah, memang mamah kenapa? perasaan biasa aja deh pah."
"Masa?"
"Iya suamiku yang paling ganteng."
Kalimat pamungkas mendiamkan ayah Fais keluar dari mulut Mamah. Setelahnya dia sibuk lagi dengan tontonan kesukaan. Sibuk mencak-mencak menghajar pelakor di dalam televisi menggunakan sapu lidi.
"Mah, tau gak? tadi papah gaya banget beli kaus kaki sampai ke mall." Fais mengadu. Sengaja pula di depan Papahnya.
"Tadi juga Fais pacaran mah di mall" sahut ayah Fais tidak mau kalah.
Deg, hati Mamah teringat kejadian tadi siang.
Flashback
Pukul satu siang, pengendara motor berambut pirang berhenti di depan rumah. Melihat siapa yang datang, Mamah pun mengerutkan dahinya. Mamah mengenal mereka, namanya Dayat dan Titin. Mereka adalah teman satu komunitas mobil si Papah. Tapi ada apakah gerangan datang ke rumah di saat Papah tidak ada?
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam, eh Bu Titin." sapa Mamah berpura-pura conggah.
"Ada pak Dayat juga ternyata. Oh iya, Bapaknya kan kalau jam segini masih di kantor." Bu imah belum sampai tamunya menjawab dan menjelaskan maksud kedatangan, sudah memberikan info terlebih dahulu jika Papah tidak sedang di rumah. Bukan apa-apa, Sebab Bu imah tidak terlalu suka dengan keluarga yang terkesan terlalu nyentrik ini.
"Oh bapaknya masih kerja ya, ya sudah saya tidak apa-apa ngopi di luar saja." Jawab pak Dayat.
"Kalau saya ada yang mau di omongin sama Bu imah." Lanjut Bu Titin sekarang yang berbicara. Matanya mulai berkaca-kaca walau belum mengucapkan sepatah katapun.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nenieedesu
jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak dinovel aq kak dear Handana
2023-06-15
1
Maya●●●
1 iklan untukmu kak yanti
2022-11-16
1
Dewi Payang
si ibu lagi menghayati film indosiar😁
2022-11-14
1