Selepas kegiatan pagi menguras energi dan ketampanan, sudah saatnya sibuk bergulat dengan pemikirannya yang kusut akan tulisan. Memang benar, saat badmood mulai menyerang, disitulah waktu yang buruk untuk mencurahkan isi pikiran ke dalam tulisan.
Fais adalah seorang penulis novel pria bergenre fantasi. Hasil menghalunya sudah menghasilkan pundi-pundi rupiah yang cukup lumayan besar. Ia kumpulkan nanti sampai menggunung sembari menunggu bom waktu yang akan meledakkan namanya.
Ini loh, si Fais yang suka rebahan main ponsel. Yang katanya masa depan buram karena identik dengan pemalas. Asalkan pemirsa tahu, Fais rebahan bukan sembarang rebahan. Rebahannya Fais dapat menyebabkan kantong kempes menjadi berisi. Diam-diam ia telah mengumpulkan banyak fans yang menjulangkan novel-novel online miliknya.
Karena pikirannya semakin kusut dan tidak ada kata satupun yang tertulis, Fais beranjak dari kasurnya lalu melihat wastafel pencuci piring cukup memprihatinkan. Fais melihat wadah-wadah penuh noda itu seolah berteriak padanya, hei cucilah diri kita ini.
Fais pun mengiyakan dengan memutar bola mata malas. Sabun sudah dituangkan dengan sedemikian banyak sampai tumpe-tumpe menetes jatuh di kakinya.
"Fais, lagi ngapain lu?"
Akmal datang tiba-tiba tanpa assalamualaikum.
"Sedang menghapus jejak bibir."
"Huaayooh, bibir siapa yang udah lu nodain hah? si Nabila? apa si Maya? gua bilangin emak lu nih ya." Akmal tidak tahu duduk perkaranya mencoba main hakim sendiri.
"Yang gua nodain itu lagi gua cuci sekarang."
Akmal yang belum mengerti arah pembicaraan Fais, berinisiatif untuk mencari kejelasan sendiri. Ia menoleh pada apa yang sahabatnya cuci sampai berbusa banyak.
"Menghapus jejak bibir disamakan dengan mencuci gelas, perpaduan hiperbola yang sangat membagongkan is." Kata Akmal setelah tahu duduk perkaranya. Fais hanya diam lalu menaikan alisnya agar lebih terlihat seperti pria dingin.
"Lu mau minum apa biar gua yang bikinin." Fais bertanya, jarang-jarang dia bersikap seperti itu. Biasanya dia bertanya "mau apa lu kesini?" pantas saja wastafel masih tergenang air, pertanyaan Fais barusan dapat menyebabkan saluran air menjadi mampet.
"Tumben lu nawarin gua minum, biasanya gua datang kesini galak banget nyambutnya." Akmal terkekeh mengatakannya, sembari meledek Fais juga yang sedang kesusahan melancarkan peredaran pembuangan air.
"Ah, air ini aja ya gua taruh di gelas. Buat di persembahkan kepada tamu yang bernama Akmal." Fais sekarang yang tersenyum lebar. Gurauan Fais memaksa Akmal menelan bulat-bulat tawanya tadi.
"Gua mending gak usah di kasih minum dah."
Sebenarnya Fais anaknya baik. Dia juga tidak banyak tingkah jika lawan bicaranya juga Soleh dan Soleha. Namun ketika dihadapkan dengan orang yang rumit seperti Akmal, jika di sambut dengan baik malah ngalor ngidul, tentu Fais menyeimbangkan dengan tingkah yang ngulon ngetan (kemana bae).
"Is, gua tadinya kesini mau ngajak lu makan mie ayam yang lagi viral. Mau gak? mau lah masa gak."
Fais menghela nafas.
"Kalau soal mi, gak ada alasan buat gua nolak. Kuy lah, tapi jangan minta bayarin gua ya. Lu yang ngajak soalnya, lu kan kadang gitu orangnya."
"Hehehe, gak is. Kali ini gua yang bayarin lu. Tapi perginya naik mobil lu ya, terus lu dandan jangan sampai ganteng, tar gua kalah saing."
"Iya,,iya,, gua tau kalau lu kalah saing sama gua, nanti disana lu disangka sumpit mie ayam. Eh tapi gua mau gimanapun tetap ganteng mal, terus gua harus bagaimana dong?" Fais mengangkat bahunya.
Benar, perawakan Fais beserta wajahnya lebih tampan dibanding Akmal. Terlebih lelaki itu memiliki penunjang lain untuk menarik kaum hawa mengaguminya. Akmal hanya bisa menelan ludah mendengar kepercayaan diri Fais yang sangat narsis.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Maya●●●
1 iklan untukmu kak
2022-11-22
1
nowitsrain
menghapus jejak bibir nggak tuh 😭😭
2022-11-18
1
Dewi Payang
Oh mie ayam😁😁😁laper laper😁
2022-11-15
1