Di kampus.
Fais dan Akmal sedang memesan bakmi di kantin. Mi adalah makanan sejuta umat yang membuat Akmal tidak pernah absen untuk menyantapnya. Bukan hanya Akmal, Fais juga tergila-gila dengan Mi. Makanan kesukaan sama, sekolah dari jaman SD sampai sekarang sama, asalkan jangan wanita yang dicintainya sama. Eheeii emang bisa begitu? sahabatan tapi suka sama pacar sahabatnya? rasa-rasanya bagi mereka tidak. Sebab mereka terkenal akan kesetiaannya. Dimana ada Fais, disitu pasti ada Akmal.
"Is, lu lagi garap apa si? perasaan kagak lepas itu hp dari lu masih orok." kesal Akmal.
"Lagi garap sesuatu yang bisa membuat gua hidup lebih baik."
"Sesuatu nya itu apaan?"
"Pokonya sesuatu."
"Tau ah, mendingan gua makan mi. Jangan lupa tuh punya lu makan juga. Lepasin dulu hp nya. Apa mau gua suapin?"
"Emang gua cowok apakah di suapin sama lu." Fais sudah melepaskan ponselnya dan beralih pada semangkuk mi yang terhidang.
Saat sedang mengusir uap panas dari mi yang baru matang, Nabila datang dan duduk di meja sebelah. Sekonyong-konyong membuat keduanya terpaku dan juga salah tingkah. Mau nanya malu, gak nanya tambah malu. Akhirnya Akmal memberanikan diri untuk menyapa gadis cantik tersebut.
"Hai Nabila, mau makan juga ya?"
dih apaan si Akmal gak banget. Kalau ke kantin pasti mau makan. nggak mungkin mau macul. Batin Fais.
"Iya kak. Oh ya mumpung ketemu kak Fais disini, Nabila mau ngucapin terimakasih sudah di bantu ngerjain tugas."
"Is, gua yang ngajak ngomong, lu yang di respon." Akmal berbisik pada Fais membuat Fais mengulum senyum. Mentang-mentang Fais lebih ganteng.
"Yang sabar ya haha" Begitulah kira-kira artinya senyuman Fais pada bocah hitam manis bernama Akmal.
"Iya, sama-sama." Jawab singkat Fais kepada Nabila.
"Gimana sebagai ucapan terimakasih, Nabila traktir makannya?" Gadis itu sudah berpindah tempat karena Akmal meminta untuk satu meja. Alasannya sih agar perbincangan di antara mereka tidak terlalu jauh.
"Gak usah, makan bareng aja gak usah traktir."
"Bu mie ayam satu gak pake daun bawang ya. Sama minumnya rasa taro satu." Ujar Fais pada penjaga kantin.
"Ok siap."
"Pesan buat siapa?" tanya Akmal.
"Buat Nabila."
Nabila tersenyum, tidak menyangka jika Fais tahu tentang detail makanan yang sering dia pesan. Hal-hal semacam ini membuat wanita terkesan. Menumbuhkan sekuntum bunga di relung hati Nabila tanpa Fais sadari.
Setelah mengeluarkan tindakan menarik perhatian, Fais mengaduk lagi mi nya yang sudah menghangat.
"Is, di aduk terus itu mi. Udah kaya perasaan gua aja."
Fais diam tidak menimpali Akmal. Jika tidak ada Nabila di depannya, mereka berdua pasti sudah sahut menyahut bak pelawak ulung. Beruntung, pesanan Fais sudah datang. Jadi tidak perlu lama canggung makan di hadapan seorang gadis. Mereka makan dalam diam lalu tenggelam dengan pikiran masing-masing.
................
Setelah mata kuliah selesai, Fais memutuskan untuk segera kembali ke rumah. Melakukan aktivitas rebahan bin mager setiap hari yang membuatnya nyaman tak terhingga. Dan jangan lupakan soal bercengkrama dengan ponsel kesayangan.
Dalam perjalanan menuju rumah, Fais yang sedang fokus menyetir tiba-tiba saja mendapat wangsit. Fais mendapatkan ide untuk tulisan di episode selanjutnya. Ya, dia merupakan penulis novel. Pemuda itu mencatat baik-baik idenya dalam ingatan sembari menyunggingkan senyum. Dan di saat tidak sabar ingin cepat kembali ke rumah. Takdir berkata lain.
Ponselnya berdering.
"Ada apa Nabila?"
------
"Gak sibuk, kenapa memang?"
------
"Oh yasudah, kakak jemput kamu disitu. Nanti kita ke toko buku bersama. Santai aja, kalau membantu orang lain itu memang jangan setengah-setengah."
Sambungan terputus. Niat yang sudah terkumpul untuk mengerjakan tugas negara dia urungkan. Yang penting ide yang sudah muncul segera dicatat agar tidak lari kemana-mana.
Yaelah kalau cewek yang minta tolong kenapa gak bisa nolak ya?
Fais menertawakan dirinya sendiri. Jika dipikirkan secara matang, sering sekali dia menolak permintaan Akmal, padahal Akmal sahabat yang selalu setia menemani Fais di kala susah dan senang. Begitu pun dengan Ibunya, kalau di suruh nanti-nanti saja jawabnya. Memang Fais selalu mengerjakan permintaan sang Ibu, tapi kurang afdol kalau tidak sampai mengulur waktu.
Begitu pun dengan Maya, saat diminta untuk mampir dahulu dia bahkan bisa untuk menolak halus. Tapi kepada Nabila dia tidak bisa berkutik.
Ada apakah gerangan.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Maya●●●
1 iklan untukmu kak
2022-11-14
1
nowitsrain
Huuu dasar si Faiz
2022-11-01
1
Inru
Bener thor, jangan lupa bahagia!
2022-08-07
2