Mamah melihat temuan Fais yang sudah menggegerkan pagi. Ternyata, pohon semangka beserta buahnya yang masih kecil tumbuh dipekarangan rumah menjadi penyebab Fais berteriak histeris.
"Lah iya ini ada semangka beserta pohonnya." Mamah tak kalah kagumnya seperti Fais, bahkan ia mencabuti rumput-rumput liar disekitarnya agar tidak mengganggu pertumbuhan penemuan anaknya tersebut.
Semangka memang banyak di temui dimana-mana, pohonnya pun tidak begitu sulit untuk di budidayakan. Karena diantara dua orang tersebut tidak ada yang bercocok tanam buah itu, maka kedatangannya bagai anugerah terindah untuk pasangan ibu dan anak ini.
Sementara Mamah mencabuti rumput liar, Fais berinisiatif memberi tanah lagi dari gundukan tabunan. Setelahnya dia menyiramkan air sambil bergumam agar lekas membesar dan ia bisa dengan bangga membelahnya.
Di belah aja dulu, kalau urusan memakannya Fais sudah membayangkan dari sekarang jika dia tidak akan tega menelan hasil disayang-sayangnya selama ini.
Bagaimana jika tanaman itu sebenarnya ulah Papah? Fais rasa bukan. Karena setelah mengenal perkomuitasan, Ayahnya itu nyaris tidak pernah membersihkan halaman, apalagi sampai berkebun. Melihat fakta masih banyaknya rumput liar bertebaran, dapat dipakai untuk memperkuat alasan bahwa ini memang murni tumbuh dengan sendirinya.
"Sekarang sudah rapih, Fais mau siap-siap kuliah dulu ya Mah."
"Iya is, jangan sampai telat pokoknya."
"Siap bos."
.............
Sejak hari itu, semenjak ditemukannya penyemangat hidup, taraf kehidupan Fais naik lima belas derajat lebih rajin ketimbang kemarin-kemarin. Setidaknya ada kegiatan lain selain rebahan di kasur dapat menyebabkan Fais jauh lebih sehat. Membakar seluruh kalori segala jenis mi dari Sabang sampai Merauke.
Setiap pagi dan sore Fais rajin menyiram semangka di halaman rumahnya. Mengukur, masih sama kebulatannya dengan kemarin atau tidak.
"Is, gua bawa sukro nih." Akmal yang baru datang langsung mengambil posisi duduk berhadapan. Tanpa basa-basi ia menuang isi sukronya ke atas tutup Tupperware milik Fais yang sebelumnya di pakai sebagai wadah kue buatan sang ibu.
"Terus kenapa emang kalau lu bawa sukro?" Fais menjawab tanpa mengalihkan fokusnya dari depan laptop. Walau begitu, tangannya tetap tidak pernah menyasar untuk mengambil Sukro satu persatu yang akan disuapkan ke mulutnya.
"Tadi gua mampir ke warung ngelihat ada Sukro jadi keinget sama lu, yaudah gua beli aja."
"Kok bisa begitu Mal?"
"Iya soalnya muka lu mirip sama Sukro." Habis mengatakannya, Akmal menyuap lima Sukro berbarengan. Ada bunyi krauk-krauk yang lebih membahana sambil takut-takut akan reaksi Fais. Tidak disangka, sahabatnya itu menanggapi hanya menoleh sebentar lalu tersenyum sumir.
Mendapat reaksi datar, Akmal tidak berhenti sampai disitu. Ia terus saja berceloteh yang menurutnya berbicara apa adanya adalah bentuk Mengekspresikan diri.
"Is"
"Hem"
"Kalau gua perhatiin nih ya, selama kita temenan, gua mulu yang nyamperin lu."
"Emang ya?" Kali ini Fais mencurahkan atensinya pada Akmal. Bagaimanapun, Akmal adalah satu-satunya sahabat yang paling setia berada disisi Fais. Di saat yang lain mendekatinya hanya ingin menyanjung lalu berharap ada secercah pundi-pundi traktiran, hanya Akmal yang mau pontang-panting menemaninya cuma untuk mengata-ngatai.
Fais kejam, Fais tukang rebahan, Fais gak normal, Fais playboy, yang terakhir Fais mirip Sukro. Walaupun begitu, Akmal adalah yang paling tulus dan setia.
"Iya is, coba dah lu ingat-ingat kapan sih lu nyamperin gua gitu?!"
"Oh jadi Dede Akmal mau di perhatiin nih. Yaudah besok gua samper lu berangkat ke kampus. Gua baik kan? Iya lah gua mah baik orangnya."
"Hehehe, jadi tersanjung nih." Melihat Sukro sudah tandas, Akmal tadinya mau menuangkannya kembali dalam jumlah banyak, dan saat ia melirik jam di pergelangan tangannya menunjukan waktu tujuh belas menit lagi kelas akan di mulai, Akhirnya Akmal meminta pendapat pada Fais.
"Is, tujuh belas belas menit lagi masuk. Kira-kira kalau gua tuang semua, abis gak ini?"
Fais memperhatikan lalu menimbang, "abis, tuang semua aja." Katanya, tapi belum sampai mulutnya tertutup rapat lagi, Fais mengeluarkan statement baru. "Eh, gatau deh Mal abis apa gak."
Sontak Akmal yang sedang enak-enaknya menjatuhkan bulatan Sukro menerpa tutup Tupperware hingga bernada tuk..tuk..tuk, langsung kembang kempis lubang hidungnya mendengar perintah susulan Fais. Perintah terlambat tapi belum sangat terlambat. Karena di dalam kemasan plastik masih tersisa dua belas butir lagi.
"Emangnya kenapa?"
"Kita kan gak tau kedepannya kaya gimana." Jawab Fais. Lagi-lagi Akmal mendapati jawaban yang non rasional. Saking sudah terbiasa berbicara dengan orang puitis modelan Fais, Akmal hanya menghela nafas.
Dan tanpa banyak berbicara, Akmal menutup sobekan kemasan menggunakan karet gelang. Ia dan Fais terus memakan butiran yang telah tertuang seperti sedang berlomba.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Maya●●●
semangka semangat kakak author yang cantekkkk
2022-12-02
1
Dewi Payang
kenapa ditutup Akmal, kan tinggal 12 biji, abisin aja😁
2022-11-22
2
Dewi Payang
Akmal😄
2022-11-22
2