"Sudahlah, Mamah mengantuk mau on the way tidur." Pamit Bu Imah tanpa minat. Mamah tidak mau ada dalam tengah-tengah pengaduan antara anak dan bapak tersebut.
Jika sedang tidak ada pikiran yang mengganggu, Mamah sudah pasti masuk dalam perbincangan yang akan menimbulkan gelak tawa tak berkesudahan. Keluarga ini adalah keluarga humoris, dimana sudah bercengkrama bertiga mereka seperti lakon pertunjukan lenong.
"Masih juga sore mah, tumben juga Mamah gak mau makan dulu bawaan Papah."
"Lagi diet Pah."
"Mamah kan udah langsing, cantik lagi. Nggak usah ada diet-diet segala." Ayah Fais mengusap pipi istrinya, merayu agar Mamah tidak beranjak tidur dan menemaninya di ruang tamu. Saat wajahnya mulai maju untuk mengecup pipi, suara Fais menginterupsi begini: "Eheemmm, ada anak kecil." Praktis Mamah dan Papah langsung melirik anak semata wayangnya. Namun tidak ada sahutan dari mereka untuk menanggapi Fais yang sedang pura-pura ehem. Mereka malah melanjutkan aksinya kembali.
"Eheemmm, ada Fais." Fais berujar lagi sambil berlalu ke kamar melewati dua orang yang akan beradegan mesra. Berharap ada kata sambutan dari kalimat pembukanya.
"Kamu kenapa is? kalau tenggorokanmu gatal minum minyak kelapa sana." Sambut Papah. Akhirnya kehadiran Fais bukan sekedar angin kentut belaka.
"Lah kok minyak kelapa sih Pah, minyak kayu putih kali." Mamah menimpali, sudah sedikit mencair suasana hatinya.
"Ehhemm Fais pengen kawin." Kalimat terakhir sambil cekikikan. Setelah mengeluarkan gurauan ini, Fais langsung ngacir bersembunyi di dalam kamar. Dia berlindung diri dari adegan orang dewasa yang bisa saja menjitak kepalanya dengan jempol kaki.
"Dih bocah!" sahut orang tuanya bersamaan.
...............
Di dalam kamar dengan nuansa serba putih dan rapi, berjejer buku-buku sesuai gradasi warnanya. Dari mulai pelajaran, komik sampai dengan buku novel. Buku-buku yang berbaris tersebut menyaksikan bagaimana Fais menyelimuti diri dengan selimut bermotif MU. Berguling kesana kemari mengerjakan tugas negara yang katanya akan berpenghasilan lumayan.
Dia membuka sosial media dan meninggalkan story disana. "Sudahkah kalian bersyukur hari ini?" Status baru terkirim satu menit yang lalu, namun sudah ada beberapa pasang mata yang melihat.
Ada pesan masuk mengomentari status, pesan tersebut berasal dari Nabila. "Sudah kak." Begitu kira-kira isinya.
"Bersyukur untuk hal apa?" Balas Fais.
"Bersyukur sudah di pertemukan oleh kak Fais🥰"
Cie..cie..cie...
Fais tersenyum lebar. Dia bangkit dan merapikan tatanan rambutnya di depan cermin. Emang Fais begitu mempesona, gumamnya dengan percaya diri berlebih.
"Hari ini temanya bersyukur, masih bisa bernafas, masih sehat, masih bisa melihat kedua orang tua bahagia. Ekonomi pun ya lumayan lah." Fais bermonolog untuk dirinya sendirill.
"Setidaknya banyak orang di luaran sana yang masih belum seberuntung apa yang kita punya. Tapi mereka masih bisa menampakkan senyum." Monolognya lagi. Dia nampak berfikir, apa yang disebutkan tadi tentang keadaan keluarganya memang patut di syukuri. Kata orang hidup itu akan ada selalu cobaan, tapi sampai saat ini Fais belum menemukan itu. Ataukah dia tidak menyadari cobaan tersebut akan datang menghampiri siapa saja.
Bersamaan Fais menatap bayangannya di cermin, pintu kamar berderik terbuka. Kemudian Mamah masuk ke kamar sang putra.
"Is, kenapa kamu dari tadi ngomong sendiri sih?"
"Hehe, lagi latihan drama. Mamah ada apakah gerangan ke kamar Fais?"
"Mamah kepikiran sesuatu is, mamah mau cerita tapi jangan main hp terus ya?"
"Iya mamahku sayang, Fais dengarkan."
Fais mengecas ponselnya yang sudah tinggal 10 persen. Sudah saatnya dia mendengarkan keluh kesah ibunya yang sempat tertahan saat dirinya sibuk dengan ponsel dan tidak memperhatikan ibunya ingin sekali berbicara.
"Is, tadi siang ada Pak Dayat dan Bu Titin kesini. Bu Titin sambil menangis cerita ke Mamah kalau papah ada main sama istrinya Badrun." Mamah gusar.
"Hah, serius Mah?"
"Ya Mamah gak tahu sih benar atau tidak, Kamu tahu sendiri kan bagaimana mereka. Yang pasti mamah temuin kamu mau minta tolong coba kamu selidiki itu benar atau tidak".
"Kalau menurut Fais kayanya gak benar deh Mah. Kalau memang apa yang dikatakannya benar, harusnya kita sudah merasakan gelagat aneh atau kejanggalan-kejanggalan yang mengindikasikan ciri-ciri kebangsatan."
"Waktu Fais ketemu Papah di Mall harusnya dia berdua dong. Tapi papah sendirian kok. Pulang kerja telat enggak? kalau libur Papah sama Mamah terus kan?"
"Iya sih is, mamah periksa hp nya juga tidak ada ada apa-apa, tidak ada pesan atau panggilan dari perempuan saat Papah kamu tidur."
"Masa iya Papah kamu selingkuh di hari tua. Kenapa gak pas dari dulu saja masih muda ya." Mamah mencerna keadaan.
"Iya Mah, Mamah jangan khawatir. Nanti Fais akan bicara sama Papah deh buat memastikan."
"Iya is, terimakasih ya."
"Sama-sama mah."
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Hafin lubi
cobaan mulai muncul nih
2024-12-17
0