"Kenapa sih dua hari ini banyak diem? Bete kah?" tanya Givan, dengan memijat kedua pundak istrinya.
Bagaimana tidak bad mood, dua hari setelah kejadian itu Givan begitu sibuk. Sedangkan Canda yang takut tersesat di kota ini, lebih memilih untuk mengurung diri di kamar hotel.
Ingin mengajak pun bagaimana, lingkungan Givan dikelilingi banyak laki-laki buas. Givan tidak ingin, para teman-temannya menatap istrinya dengan tidak sopan.
"Baru kali ini, aku tak dibawa-bawa sama Mas. Biasanya, cek ke lapangan tambang pun aku dibawa."
Pertambangan, adalah usaha utama suaminya yang paling dominan di antara usaha yang lain. Canda pun selalu ikut serta, dalam kesibukan suaminya mengurus pertambangan batu bara tersebut.
"Besok diajak kok. Nanti aku minta pendapat kau, tentang lokasi yang aku pilih ini. Tak cuma sekali cek lokasi, tapi baru yang ini aku ngerasa cocok dan aman misal kau tinggal di sana untuk sementara. Kalau kata kau oke, kita langsung pagar beton terus bangun bangunan untuk neduh kita. Terus setelahnya, kita mulai garap mebel-mebel kita." Givan memutari sofa, kemudian ia duduk di samping istrinya.
Givan memiliki rencana besar, untuk menstabilkan ekonomi mereka sampai mereka menua dan meninggalkan dunia ini. Jika sudah seperti itu, anak-anak mereka kelak nanti tidak akan kesulitan dalam perekonomian lagi.
"Hmm...." Canda hanya menjawab dengan deheman saja.
"Mandi bareng yuk?" ajak Givan di hari menjelang sore ini.
Canda melirik tajam suaminya. Terbaca sudah, gerak minat suaminya.
"Jangan nolak, Canda!" peringatan tersebut turun begitu saja.
"Iya deh, iya deh." Canda berjalan menuju ke kamar mandi.
Patuh, adalah surga untuknya. Jadi, Canda tidak memiliki alasan lagi untuk membantah suaminya.
Senyum bahagia menghiasi wajah tampan itu. Lelahnya tidak sia-sia, ia akan menghendaki semua keinginannya sendiri pada istrinya.
Malam pun tiba. Givan berpikir, ia akan melanjutkan pekerjaannya esok pagi. Sayangnya, tidak selaras dengan rekan kerjanya. Farhad menghubunginya berulang kali, karena ia sudah berada di suatu tempat di hotel Givan menginap tersebut.
"Mau ke mana lagi, Mas?!" tegur Canda, ketika melihat suaminya beranjak dari tempat tidur.
"Farhad nelponin terus." Givan menunjuk layar ponselnya. "Aku udah chat, biar dilanjut besok aja. Tapi katanya, biar besok aku bisa langsung ke lokasi aja." Givan setengah hati untuk meninggalkan ranjang kemesraannya.
"Ikut, Mas," rengek Canda, dengan menarik ujung piyama tidur suaminya.
"Besok aja ya, Canda? Nanti kau capek." Givan hanya tak mau, jika kesehatan istrinya menurun.
Ia tahu pasti, tentang fisik istrinya yang lemah. Ia pun paham, akan Canda yang mudah jatuh sakit.
Namun, pemikiran Canda mengarah bahwa suaminya ingin bersenang-senang malam ini tanpa gangguan darinya.
"Ikut, Mas!" Canda segera memeluk lengan suaminya.
Givan menghela nafasnya. "Sebentar kok, aku janji." Givan sudah mengatur alasan, agar cepat undur diri dari temannya.
"Tapi pesankan bakso pedas dulu, Mas. Nanti sok boleh keluar kamar."
Givan terkekeh kecil, mendengar syarat yang keluar dari mulut istrinya.
"Oke, aku langsung pesankan." Laki-laki tegap tersebut, duduk di tepian ranjang dengan mengutak-atik aplikasi pemesan dan pengantar makanan.
Setelah Canda mendapatkan makanan yang ia inginkan, Givan lekas bersiap dengan kemeja putihnya. Celana jeans dengan ikat pinggang mahal sebagai pelengkap penampilannya, membuat Givan terlihat sempurna meski usianya terlampau matang.
Cup....
"Abis makan nanti istirahat ya? Besok kita jalan-jalan ke lokasi usaha kita." Givan mencuri kecupan kecil, sebelum dirinya keluar dari kamar hotel tersebut.
Dengan petunjuk dari pesan chat temannya, Givan melangkah dan terus mencari tempat yang dicari. Sampai akhirnya ia menyadari, bahwa ini adalah tempat karaoke kelas VVIP.
Temannya mengajaknya membahas tentang pekerjaan, dalam ruangan yang seperti itu?
Di benaknya banyak pertanyaan.
Belum lagi, bayangan tentang Ai Diah yang berjoget bersama para laki-laki. Membuat Givan bertambah ragu, untuk masuk ke dalam ruangan yang dimaksud.
Ia khawatir, istrinya menangis kembali. Ia memang ingin membuat Ai Diah kapok, tetapi tidak untuk sekarang. Ia ingin fokus pada usahanya dulu, baru ia akan memikirkan untuk membuat Ai Diah kapok bertegur sapa dengannya.
[Saya di depan pintu,] tulis Givan, dalam pesan chat pada Farhad.
Tidak lama, sambutan datang pada Givan. Yang membuatnya kesal kembali, karena ada Ai Diah di dalam ruangan tersebut.
Jadi, pekerjaan apa yang akan dibahas dengan LC dan minuman keras ini?
Givan hanya bisa geleng-geleng kepala, melihat orang-orang di ruangan ini yang sudah lancar mengayun tubuhnya. Padahal, baru pukul sembilan malam.
"Kerjaan apa yang mau kita bahas?" tanya Givan, dengan duduk di sofa yang berwarna merah ini.
"Tolong berhenti dulu!" Salah satu teman memberi peringatan.
"Jadi gini, Bang. Kan besok Abang ini mau akad pembelian tanah. Barangkali berminat, Saya ada rumah gak jauh dari tempat tersebut. Gak terlalu besar, gak terlalu kecil juga. Tapi aman, udah pagar beton mengelilingi batas tanahnya." Teman yang memberi peringatan tadi, langsung mengutarakan niatnya.
Ai menyimak rencana jual beli tersebut. Dulu saja Givan begitu kaya, apalagi sekarang.
"Apa udah ada furniturnya juga? Minimalis? Atau mewah?" Dengan lontaran pertanyaan tersebut, seorang teman tersebut menunjukkan layar ponselnya yang menyala.
Givan membandingkan hunian tersebut, dengan beberapa hunian miliknya yang tersebar di beberapa pulau. Satu yang menjadi pantangan untuknya adalah, rumah subsidi minimalis. Karena pasti akan mengingatkan kenangan buruk istrinya pada dirinya.
Givan manggut-manggut. "Kirim aja fotonya, Mas. Nanti Saya kasih tunjuk ke istri dulu, soalnya kan dia yang pasti bakal habisin waktunya di rumah." Givan menunjukkan nomor aplikasi chattingnya pada temannya.
"Barangkali langsung aja, Bang? Biar sekalian akadnya."
Givan membaca, bahwa temannya tersebut membutuhkan uang.
"Akad pun, harus ada istri Saya, Mas. Lokasi usaha juga, mau akad dengan atas nama dia," terang Givan.
Ai menyimak segalanya. Ia tidak menyangka, ternyata Givan sekarang seperti itu pada istrinya.
Sifat cuek Givan, wajah ketus Givan, amarah Givan. Ai pikir, hal-hal kurang baik seperti itu, yang Givan berikan pada istrinya. Persis seperti padanya dahulu. Apalagi Ai tahu, bahwa mantan pacarnya tersebut menikah bukan karena cinta.
"Oh begitu ya, Bang? Baik, Bang. Nanti besok kita atur waktu, buat sekalian nengok rumah yang mau Saya jual." Temannya mencoba mempertahankan calon pembeli rumahnya itu.
"Oke, siap. Kalau gitu, Saya langsung pamit aja ya? Ada janji buat keluar sama istri." Tetep Canda yang menjadi alasannya.
"Tunggulah sebentar, Bang. Kita baru pada masuk juga nih. Gak lama, nanti kita keluar kok. Kita habiskan ini dulu," ujar salah satu teman yang terlihat sudah begitu payah.
Belum lagi teman-temannya yang lain, yang menahannya untuk tidak pergi. Mau bagaimana lagi, pintu pun sudah dihadang oleh seseorang.
Terbawa suasana. Givan berakhir mencicipi minuman berbusa tersebut, pandangannya seolah kosong menatap mantan pacarnya itu.
Entah apa yang ia pikirkan, dengan kesadaran yang mulai mengambang.
~
"Cukup, A! Kita udahin aja hubungi kita. Ai gak mau terus-terusan nambah dosa, setiap kali Aa ingin. Aku perempuan baik-baik, A. Ai perempuan baik-baik yang Aa rusak, juga Aa anggap murahan. Kalau cinta, kalau sayang, Aa gak mungkin inginkalau Ai di akhirat nanti ditusuk dari inti sampai tembus ubun-ubun. Cinta Aa cuma pelarian, dari pacar Aa sebelum Ai. Juga mungkin Aa bosan dari dia. Terus jadikan Ai mainan baru yang kapan pun Aa bosan, Aa bisa ninggalin Ai, kaya Aa ninggalin dia. Ai capek jadi budak s**s Aa, Ai capek mesti jadi kaya yang Aa mau, kaya yang keluarga Aa mau." lanjut Ai dengan mendorong tubuh Givan, yang berada di atas tubuhnya tersebut.
~
Kenangan akan hal itu, tiba-tiba terlintas tanpa ia kehendaki. Sesuatu dalam dirinya mulai bangkit, fantasinya yang tengah lama padam dihidupkan kembali.
"Ai...." Givan memanggil perempuan yang memakai rok seksi tersebut.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Alea Wahyudi
Yayah.....🤦🤦🤦harus nya Ra ikut
2022-07-22
0
Bat Riani
nah lo.... van... sadar woy. bini no. nungguin. ingat.
2022-07-18
1
Red Velvet
mas Givan benar2 cari mati itu namanya😖😖😖
2022-07-14
1