RASA INI MENYAKITKAN

Setelah kejadian apa yang terjadi hari ini, gue merasa ingin hilang ingatan sejenak. Masalah yang semakin rumit, Dara yang tiba-tiba pulang hingga sekarang Nadia yang tidak pulang ke rumah dan memutuskan untuk menginap di rumah kedua orang tuanya. Gue tidak ingin menjadi pria yang egois seperti ini, tapi gue bingung harus bagaimana lagi.

Sekarang, masalah akan menjadi semakin rumit setelah Dara mengutarakan perasaaanya dan kami sekarang secara tidak langsung sudah menjalin hubungan. Mungkin gue adalah salah satu pria paling brengsek di muka bumi ini. Di sisi lain gue tidak ingin menyakiti Nadia, tapi gue juga sama sekali tidak ingin membuat Dara merasa tersakiti. Kenapa hidup ini begitu rumit sekali?

“Nik. . . Niko. . .Niko!” panggil seseorang yang membuyarkan lamunan gue.

“Hah? Iya, ada apa?”

“Elo denger apa yang gue omongin gak, sih? Ini udah jam setengah 12, tugas harus cepat selesai. Waktunya tinggal 30 menit lagi!” seru Nina yang membuat gue mengacak\-ngacak rambut gue sendiri saking frustasinya.

“Elo kenapa, sih? Elo lagi ada masalah?” tanyanya ketika kami sedang berada di lab.

“Nggak ko, gue baik\-baik aja,” jawab gue terpaksa berbohong.

Mana mungkin gue bilang kalau gue sedang dilema di antara dua pilihan yang menyulitkan untuk gue saat ini. Hari ini gue benar-benar kacau sekali, selama perkuliahan berlangsung gue sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Bahkan, saat kami mengerjakan tugas kelompok di lab saja, fikiran gue melayang kemana-mana.

“Nik, elo bisa kan profesional? Elo bisa gak meninggalkan sejenak masalah pribadi lo untuk tugas kita sekarang?”

Nina menatap gue tajam. Rambutnya yang ikal panjang membuat gue jadi teringat Nadia beberapa saat. Seketika, gue tersadar kalau mereka berdua terlihat mirip. Kalau difikir-fikir, ukuran tinggi Nina hampir sama dengan Nadia.

Kulitnya yang putih pucat juga sama. Dan, yang lebih gue yakini kalau mereka mirip itu adalah senyumannya. Senyuman mereka sama percis, mereka bagaikan pinang dibelah dua. Astaga! Kenapa gue jadi membanding-bandingkan mereka berdua? Sadar Niko sadar, mereka itu dua manusia yang berbeda.

“Iya Nin, gue bisa, ko. Maaf yah, gue sejak tadi tidak fokus dengan tugas,” ucap gue menyesal.

Nina menyunggingkan senyum dan membuat gue semakin merasa bersalah. Karena tidak ingin mengecewakan kelompok, gue harus menyelesaikan tugas gue ini dalam waktu 30 menit. Kurang dari 30 menit, akhirnya gue bisa menyelesaikan tugas dengan aman. Akhirnya, gue bisa bernafas lega saat keluar dari lab.

“Ini baru Niko yang gue kenal, yang selalu semangat mengerjakan tugas dan selalu smart dalam pengerjaannya,” kata Nina saat kami baru saja keluar dari ruangan lab.

“Iya, Nin. Fikiran gue soalnya lagi bercabang, jadi gue sempat tidak fokus tadi.”

Nina melepaskan ikat rambut elmo miliknya yang mengikat di rambutnya sejak di lab tadi. Sambil menatap gue dengan tajam, ia melipat kedua tangannya dan menghela nafas pendek.

"Entah apa yang menjadi beban fikiran elo saat ini, tapi gue harap permasalahan lo tidak mengganggu perkuliahan lo. Elo itu calon dokter, Nik! Gue harap, elo bisa sukses di masa depan nanti,” katanya yang membuat gue hanya bisa tersenyum kecil.

“Cinta memang rumit, Nik. Tapi, gue yakin elo mampu melalui permasalahan yang membelitkan elo saat ini. Sekarang ini elo sudah menjadi kepala keluarga, seorang kepala keluarga harus bisa menuntun keluarganya ke arah yang baik dan benar. Seorang kepala keluarga juga harus bijaksana dalam memutuskan sebuah pilihan, meski itu sulit sekali pun.”

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Nina kemudian pergi bersama teman-temannya yang lain. Beberapa saat gue mencoba untuk mencerna apa yang sudah dilontarkan Nina tadi. Iya, sekarang gue sudah menjadi kepala keluarga dan gue harus bisa bijaksana dalam mengambil keputusan.

Gue mencoba untuk mencari Nadia ke dalam kelasnya. Namun, sialnya gue malah harus berjumpa dengan Maxime dan saling berhadapan dengannya. Pandangan mata kami berdua terlihat tidak bersahabat. Bahkan, aura kami memancarkan aura permusuhan.

“Mencoba lari dari masalah?” tanyanya dengan ekspresi wajah dinginnya.

“Gue nggak pernah sama sekali yang namanya lari dari masalah!”

“Sebagai seorang pria, seharusnya elo harus bisa menyelesaikan masalah lo dengan cepat. Bukan berbelat-belit di ruang lingkup yang sama. Elo mau jadi seorang pecundang sejati?” katanya dengan senyum sinisnya.

“Gue tahu arah pembicaraan lo ke mana!”

“Kalau elo tahu dan mengerti, seharusnya elo tahu dong apa yang harus elo lakukan saat ini,” katanya pelan kemudian melangkahkan kakinya dengan perlahan ke arah gue yang sedang berdiri.

“Jangan sampai gue merebut harta lo yang paling berharga dan jangan sampai itu semua jatuh ke tangan gue.”

Gue berdesis. Memalingkan wajah sejenak kemudian menatapnya kembali dengan mata seorang pembunuh berantai.

“Elo mana mungkin bisa merebutnya dari tangan gue, gue dengannya sudah memiliki keterikatan dan tidak semudah itu untuk dilepas!”

“Benarkah? Gue rasa, gue sudah berhasil mendekatinya selangkah demi selangkah. Bahkan, gue sudah berhasil mengambil kepingan hatinya yang hancur.”

Maxime terlihat percaya diri sekali. Bahkan, dia menatap gue tanpa memandang arah yang lain. Seketika, gue merasa kecil di hadapannya.

“Kalau elo nggak mau gue mengambil sisa kepingan hatinya, jaga dia baik-baik dan jangan buat dia menangis lagi. Kalau gue sampai lihat dia menangis lagi, gue nggak akan segan-segan mengambil dia dari tangan lo!” katanya yang kemudian pergi dan membuat gue mengepalkan tangan gue dengan kuat.

Maxime berbeda dengan pria yang selama ini gue kenal. Dia tampak lebih tangguh dan berani melawan gue. Baru kali ini, gue menemukan pria yang bisa melindungi Nadia selain gue sebagai suaminya. Dia terlihat begitu yakin bisa memiliki Nadia dan merebutnya dari tangan gue.

Dan, gue merasa seperti pencundang sejati di hadapannya. Bahkan, gue sendiri tidak berani menatap wajah Maxime. Apa mungkin gue bisa bahagia dengan Nadia? Apa mungkin gue rela melepaskan Nadia untuk Maxime yang lebih pantas bersanding dengannya?

Gue menatap ke arah depan. Nadia tengah berdiri dan menatap wajah gue yang tampak kusut. Gue melihat bayangan Nadia semasa kecil, ia sedang tersenyum ke arah gue dan menatap wajah gue dengan penuh kasih sayang.

Sekarang, wanita kecil yang berdiri di hadapan gue ini sudah beranjak dewasa. Dia sudah menjadi istri gue dan tanggung jawab gue. Tanggung jawab apa yang harus gue berikan padanya? Apa pernikahan muda ini salah untuk dilakukan?

Gue melewati Nadia begitu saja, rasanya sangat menyakitkan sekali ketika gue harus bertemu dengannya tapi gue tidak bisa menyapanya atau pun menggandeng tangannya. Berbicara dengannya saja tidak bisa, apa rumah tangga ini hanya bisa bertahan selama 1 tahun saja?

“I love you, Niko,” ucapnya pelan saat melewati gue begitu saja kemudian pergi.

Plakkk. . . ini seperti sebuah tamparan keras untuk gue. Apa gue salah dengar? Apa yang tadi gue dengar itu benar? Apakah Nadia benar-benar mengucapkan kalimat itu? Gue membalikkan badan dan menatap wajah Nadia yang tengah menatap gue dengan nanar.

Nadia tersenyum tipis dengan mata sendunya. Dengan kedua tangannya, ia menyimpan kedua tangannya dalam dadanya. Kemudian, ia membuat sebuah tanda hati dengan kedua tangannya itu.

Dengan jantung yang berdegup kencang, gue mulai panik sendiri saat melihat Nadia memberikan bahasa isyarat seperti itu. Nadia pun melanjutkan bahasa isyaratnya dengan menunjuk ke arah gue.

Matanya langsung berkaca-kaca, ia seperti berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Dan, gue bisa melihat dengan jelas bibirnya yang seolah-seolah mengucapkan kalimat ‘i love you’, walau gue sendiri tidak bisa mendengarnya.

Nadia tersenyum ke arah gue dan ia kembali mengucapkan kata ‘sorry’ walau tanpa suara yang keluar dari mulutnya. Kemudian, ia pun pergi dan membalikkan badan kembali sembari menatap wajah gue lagi.

Ya Tuhan, kenapa cinta ini harus datang terlambat? Kenapa gue terlambat menyadari kalau Nadia begitu berarti untuk gue?

Gue sekarang benar-benar terlambat untuk kembali padanya dan menanti kehadirannya. Apa ada kesempatan kedua untuk gue saat ini? Rasa ini benar-benar menyakitkan, Tuhan. Hati ini sakit dan gue tidak tahu obat apa yang pas untuk menyembuhkan hati yang terluka ini.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menggandeng tangan gue. Gue menatap wajahnya, dia adalah Dara yang sedang tersenyum lembut ke arah gue. Dara menatap wajah gue dengan senyuman termanisnya, gue membalas senyumannya sembari membalas genggaman tangan hangatnya.

“Kamu ada masalah, Nik?” tanya Dara.

“Iya, sepertinya aku sedang ada masalah berat, Ra,” jawab gue murung.

“Masalah apa kalau aku boleh tahu?” tanyanya

dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu mengkhawatirkan gue.

“Apa kamu yakin bisa membantuku, ketika aku menceritakannya padamu?”

Dara tersenyum dan menggenggam erat kedua tangan gue sembari menatap wajah gue dengan lembut.

“Sebesar apa pun masalah yang sedang kamu hadapi, asalkan kamu berada di sampingku, masalah itu pasti akan menjadi ringan. Kalau kamu mau berbagi beban masalahmu padaku, aku yakin kita bisa melewati masalah itu dengan cepat,” katanya pelan.

“Apa kamu bahagia?” tanya gue sembari menatap wajah Dara yang kecil.

“Aku bahagia karena ada kamu di sampingku. Kamu itu bagaikan vitamin untukku. Berkat kamu, aku bisa kuat menahan rasa rindu selama 5 tahun. Makasih yah, Niko.”

“Terimakasih untuk apa, Ra?”

“Terimakasih karena telah menungguku dan membuatku menjadi wanita yang tangguh, kuat dan juga tegar.”

Gue tersenyum tipis dan mendekapnya dengan erat. Sekarang gue bingung, gue tidak tahu harus bersandar kepada siapa lagi. Penyesalan memang selalu datang di akhir dan gue menyesal karena tdak cepat tanggap atas perasaan Nadia selama ini terhadap gue.

Kini, gue malah menyakiti kedua perempuan yang sangat gue sayangi. Seketika gue bingung dan rasanya ingin sekali menghilang dari muka bumi ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!