Dari arah belakang Bobby, sudah nampak Bella dan juga Nadia yang menghampiri meja kami berdua. Sambil membawa makanan mereka, Bella duduk di sebelah Bobby hingga membuat Nadia yang hendak duduk, harus berpindah posisi dan duduk di samping gue.
“Kamu diet?” tanya gue saat melihat Nadia hanya membawa satu buah roti dan satu botol air mineral.
“Iya, Nadia diet biar gak dibilang gendut sama lo,” jawab Bella hingga membuat Nadia menjitak kepalanya dengan kasar.
“Sok tahu lo! Aku bukan diet, aku cuma nggak begitu lapar aja.”
“Tumben banget gak laper, biasanya selera makan kamu besar. Kamu makanlah, kamu kan punya magh. Nanti, magh kamu kambuh lagi.”
“Ciee . . . ciee yang perhatian!” goda Bella dan juga Bobby yang sejak tadi melihat ke arah kami berdua.
“Apaan sih kalian berdua, norak banget!” timpal gue sinis.
“Eh . . . eh . . . lihat, deh. Si Nina di belakang ngelihatin kalian berdua terus,” ucap Bobby setengah berbisik.
“Nina? Siapa?” tanya Bella bingung.
“Itu, cewe cantik yang duduk di belakang kita. Dia itu temen satu kelas kita berdua, naksir berat itu kayanya si Nina sama lo, Nik.”
“Udahlah biarin aja, lo ribet banget ngurusin hidup orang terus dari tadi.”
Bella dan Nadia sepertinya tampak penasaran. Mereka melihat ke arah Nina begitu lama hingga membuat gue memalingkan wajah Nadia agar tidak melihat ke belakang terus.
“Nggak usah dilihatin terus.”
“Kayanya, aku pernah lihat Nina deh di luar kampus. Tapi, aku nggak tahu di mana. Aku lupa.”
“Perasaan kamu aja kali, Nad.”
“Beneran, Nik. Aku pernah lihat Nina di luar kampus, wajahnya mirip, ko. Lagi pula, kayanya Bobby bener, deh. Nina kayanya suka sama kamu,” katanya pelan hingga membuat gue menatap ke arah Nadia dengan begitu lekat.
“Kenapa? Ko, lihatin wajah akunya gitu banget? Ada yang aneh?”
“Bisa gak hari ini gak usah ngomongin Nina? Bosen, dari tadi juga Bobby bahas Nina terus. Gak ada pembahasan lain apa selain Nina?”
“Nadia cemburu kali, Nik. Jadi, wajar aja ngomong kaya gitu,” tutur Bella tiba-tiba.
“Ih mulut lo gak bisa diem, yah? Gue lakban juga deh mulut lo!” seru Nadia yang tampak gemas dengan sahabatnya yang satu ini.
“Oh ya, kamu masih ada mata kuliah, Nad?”
Nadia menggeleng pelan sambil menghabiskan roti miliknya.
“Aku masih ada mata kuliah sampai jam 3 nanti, sekarang udah jam 12. Kamu mau nungguin atau pulang duluan?” tanya gue setelah melihat ke arah jam tangan berwarna silver yang mengikat di pergelangan tangan gue.
“Aku tunggu aja, deh. Aku juga mau ke perpus mau ngerjain tugas.”
“Oke kalau gitu. Ya udah, aku masuk kelas dulu. Bob, cabut sekarang!”
“Lah, bentar bakso gue belum habis.”
“Akh, lama lo. Buruan!”
Dengan secepat kilat, Bobby langsung menghabiskan bakso miliknya dengan terburu-buru. Setelah habis, gue dan Bobby segera bergegas pergi dan menuju kelas selanjutnya. Namun, tiba-tiba saja gue teringat sesuatu dan menghentikan langkah gue, hingga membuat Bobby yang berjalan di belakang menabrak punggung gue.
“Apaan sih lo? Kebiasaan banget kalau berhenti suka dadakan!”
“Handphone gue ketingalan di atas meja. Bentar gue ambil dulu.”
Saat gue membalikkan badan dan kembali ke meja tempat gue makan tadi, gue melihat Nadia dengan Bella sedang berhadapan dengan Lisa. Cewe yang menurut gue aneh karena dia begitu terobsesi ingin memiliki gue untuk dijadikannya kekasihnya.
Melihat Lisa yang sepertinya akan membuat masalah kembali, gue langsung setengah berlari menuju arah mereka untuk menghentikan perdebatan mereka.
“Gak ada bosen-bosennya ya lo gangguin hidup kita? Elo itu manusia apa robot, sih?” seru Bella sambil menatap tajam ke arah lisa.
“Diem lo, ini kan bukan urusan lo! Urusan gue ya hanya dengan cewe ganjen yang satu ini!” tunjuk Lisa ke arah Nadia.
“Eh, jaga ya mulut lo Lisa! Selama ini, gue sudah berusaha untuk sabar menghadapi lo. Tapi, kali ini lo udah kelewatan! Batas kesabaran gue sekarang udah habis!”
“Kalau udah habis lo mau apa? Mau buat masalah sama gue? Ayo, gue jabanin! Sini, gue gak takut sama cewe sok cantik macem kaya lo. Elo nikah sama Niko juga karena lo hamil di luar nikah, kan? Ngaku aja deh lo!” teriaknya hingga membuat satu kantin melihat ke arah Nadia dan juga Lisa.
“Apa lo bilang? Hamil di luar nikah? Elo bener-bener keterlaluan, lo udah fitnah gue! Gue nggak hamil di luar nikah, gue masih suci!” teriak Nadia tampak terkejut hingga membuat orang-orang di sekitar langsung kasak-kusuk tidak jelas.
“Kalau bukan hamil di luar nikah, terus apaan? Elo udah gak perawan? Atau lo hamil oleh pria lain terus Niko dijadikan tumbal buat lo?”
Plakkk . . . tiba-tiba saja Bella menampar pipi Lisa dengan begitu keras hingga membuat suasana semakin panas.
“Tutup mulut lo, jangan fitnah sahabat gue dengan seenak jidat lo!”
“Lo jangan ikut campur masalah gue dengan cewe sok suci ini, deh! Dan, apa hak lo berani-beraninya tampar gue?”
“Elo pantes dapat tamparan kecil seperti itu. Karena elo udah keterlaluan main fitnah orang dengan seenaknya!” tutur gue yang baru saja datang di tengah-tengah suasana yang sedang memanas.
Lisa sepertinya tampak syok karena melihat gue sudah berada di belakangnya.
“Niko?”
Setelah mengambil handphone gue yang tertinggal di atas meja, tanpa basa-basi lagi gue langsung menarik tangan Nadia dan mengajaknya pergi dari kantin.
“Bob, tolong izinin gue, yah? Gue gak bisa masuk kelas sekarang.”
Bobby mengangguk pelan dan langsung bergegas pergi menuju kelasnya. Sementara gue langsung membawa Nadia ke tempat parkiran untuk segera masuk ke dalam mobil. Saat berada di dalam mobil, gue melihat Nadia masih terdiam dan sama sekali tidak berbicara.
Gue jadi khawatir melihat Nadia yang seperti ini. Sejak gue kenal Nadia saat kami masih kecil dulu, dia adalah seorang gadis yang periang dan selalu ada di samping gue saat gue membutuhkannya. Gue selalu ingat semua tentangnya, kebiasaan buruknya dan semua yang ada di dalam dirinya.
Nadia yang suka sekali makan dan selalu bisa membuat gue tertawa dengan hal-hal konyol yang ia lakukan. Selalu bersemangat, penuh canda dan tawa, juga selalu bisa membawa suasana menjadi penuh kehangatan. Namun, semenjak kelulusan Sma Nadia jadi sedikit berubah.
Jika dulu ia sering melawan Lisa di sekolah dan bertengkar hebat dengannya, tetapi kali ini ia lebih banyak bersabar dan berdiam diri. Masih ingat di dalam benak gue saat kelulusan Sma beberapa tahun lalu, Lisa hampir saja membuat Nadia jadi seorang pembunuh. Dan, hal itulah yang membuatnya tidak pernah mau membalas perkataaan-perkataan kasarnya Lisa.
Iya, kejadian saat di atap gedung sekolah. Saat itu, Lisa kembali berulah dengan hampir meloncat dari atap gedung. Kali ini, permasalahannya sedikit rumit. Lisa tidak bisa menerima kalau gue dengan Nadia sudah berpacaran. Karena begitu membenci Nadia, Lisa menjatuhkan dirinya sendiri dari atap gedung. Untungnya, Bella dan juga Nadia dengan sigap menarik tangan Lisa.
Dan, semenjak kejadian itu, Lisa menyebarkan gossip kalau dia hampir saja dibunuh oleh Nadia. Dan, gara-gara kejadian itu juga, Nadia di skorsing selama 2 minggu dan menjalani hukuman membersihkan toilet sekolah selama 1 minggu.
Karena gossip yang tidak sedap itu, Nadia jadi bahan bulan-bulanan anak-anak satu sekolah. Bahkan, Nadia sering dibully oleh teman-temannya. Difitnah menjadi gadis pembunuh itu memang sangatlah keterlaluan. Tapi, itulah Lisa, dia selalu membuat Nadia jadi tersudutkan. Bila dulu Nadia selalu menghajar Lisa sampai babak belur dengan jurus karatenya dan sering bulak-balik ruang BP karena perkelahiannya itu.
Sekarang, Nadia jadi lebih banyak berdiam diri dan banyak bersabar. Bahkan, Nadia rela melepaskan sabuk hitamnya dan berjanji akan berhenti berkelahi. Itu semua demi nama baiknya kembali lagi seperti sedia kala.
“Nad, kamu baik-baik aja, kan?” Nadia masih terdiam dan tidak sama sekali menjawab pertanyaan gue.
“Aku tahu, kamu pasti marah banget dengan semua kata-kata yang di ucapkan Lisa tadi. Kata-kata Lisa tadi memang benar-benar keterlaluan, aku saja sudah hampir mau meledak mendengarkan kata-kata tajam dari mulutnya itu. Kamu tenang aja, aku nggak akan membiarkan Lisa menyakiti kamu lagi.”
“Dengan cara apa? Lisa itu sangat terobsesi sama kamu, Niko! Apa kita harus cerai dulu baru Lisa puas?” teriak Nadia tiba-tiba hingga membuat gue terkejut.
“Nad, jangan sembarangan ngomong! Kita gak mungkin bercerai, kita itu baru saja menikah 1 tahun yang lalu.”
Nadia terisak. Kali ini, gue yakin Nadia sudah mulai lelah dan putus asa dengan sikap Lisa tadi.
“Lantas kenapa? Kenapa kamu mau menikah dengan orang yang tidak mencintai kamu dan begitu pun sebaliknya? Kamu coba fikir, bagaimana beratnya jadi aku? Kamu tadi denger sendiri, kan? Lisa bilang, aku menikah dengan kamu karena aku hamil di luar nikah, dia juga bilang aku hamil anak orang lain dan menjadikan kamu tumbal.
"Coba kamu bayangkan, bagaimana sakitnya kata-kata yang menusuk itu! Sekarang namaku sudah tercemar, aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana menjalani hidupku?” tangis Nadia yang mulai pecah.
Melihat Nadia yang sudah menangis hebat seperti itu, gue langsung memeluknya dengan begitu erat. Gue berusaha untuk menenangkannya, gue faham dan gue sangat mengerti keadaaan Nadia saat ini. Ia pasti sangat tertekan, kehidupannya memang tidak akan pernah tenang jika Lisa masih saja mengusik kehidupan rumah tangga kami berdua.
“Aku masih suci, Nik. Mana mungkin aku membiarkan harga diriku jatuh. Aku masih tetap menjaga kesucianku sampai kita menikah. Mana mungkin aku menghancurkan rasa kepercayaan orang tuaku kepadaku. Aku mana tega menghianati kedua orang tuaku,” tangis Nadia yang semakin pecah.
Gue mulai panik. Melihat Nadia menangis seperti ini gue jadi merasa tak tega. Nadia menarik ujung pakaian gue dan menangis hebat dalam pelukan gue. Gue berusaha untuk menenangkannya dan membelai-belai rambutnya yang panjang.
“Iya aku tahu, aku tahu kamu lebih dari siapa pun. Aku percaya, kamu menjaga tubuh kamu sebaik mungkin. Lisa hanya asal bicara dan dia tidak pernah tahu kamu itu seperti apa.”
Nadia menangis sesegukan. Ia menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Namun, ada hal unik setiap kali Nadia menangis seperti ini. Pasti sebentar lagi dia bakalan bersin.
Dan, benar saja dugaan gue, dia selalu mengeluarkan suara bersin yang unik. Suara bersin yang terdengar seperti suara balon meletus. Dan, seketika saja gue terkekeh karena keunikannya itu.
“Jangan ketawa!” serunya disela-sela tangisannya.
“Habisnya, tangisan kamu unik banget, Nad. Pake acara bersin segala lagi!”
“Ih, Niko! Rese, deh!”
“Iya, maaf.”
“Niko?”
“Hmmm?”
“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Semua orang pasti akan berfikiran buruk padaku. Dan, kamu pasti akan kena imbasnya juga.”
Gue melepaskan pelukan gue dan menghapus air mata Nadia dengan kedua tangan gue. Gue juga menatap wajahnya begitu lekat sambil memegang kedua bahunya dengan lembut.
“Siapa pun yang memfitnah kamu, membuat kamu sedih dan menganggu kehidupan kamu, akan berhadapan denganku. Aku janji, aku akan melindungi kamu sampai kedua tangan dan kakiku tidak berfungsi lagi.”
Nadia menatap gue dengan kedua bola mata yang terlihat nanar. Gue kembali mendekapnya dan menepuk-nepuk pundaknya dengan pelan. Gue juga membelai-belai rambut Nadia dengan lembut seperti yang dilakukan oleh seorang ayah untuk anak perempuannya.
“Nad, kamu udah cuci rambut, kan? Nggak bau aroma menyan lagi, kan?” celetuk gue tiba-tiba hingga membuatnya langsung melepaskan pelukan gue.
“Niko rese, deh! Aku udah cuci rambut tahu, udah wangi sekarang. Udah gak bau menyan juga. Aku udah mandi kembang 7 rupa selama 7 hari 7 malam,” katanya dengan polos sambil memukul-mukul tubuh gue.
Gue tertawa terpingkal-pingkal. Namun, gue langsung mengambil nafas panjang dan kembali fokus kepada istri gue yang sungguh sangat polos dan selalu membuat gue tertawa dengan ucapannya yang konyol.
“Iya, aku tahu, ko. Sekarang, rambut kamu wangi aroma permen karet, aku suka wanginya.”
“Benarkah? Kamu suka aromanya?” tanyanya dengan eye smilenya yang terlihat seperti mata seorang bayi ketika tersenyum.
Gue mengangguk. Gue paling suka melihat Nadia tersenyum seperti itu. Matanya seperti ikut tersenyum juga, senyuman bayi yang belum memiliki dosa. Inner beautynya mulai terpancar. Mungkin, jika ada pria lain yang melihat Nadia tersenyum seperti itu, pasti dia akan langsung terpikat.
“Kamu nggak usah pikirin Lisa lagi, omongan dia emang suka gak jelas. Kalau dia buat macam-macam lagi, nanti aku yang bakalan turun tangan.”
“Kamu janji?” tanyanya sambil menatap kedua bola mata gue.
“Iya, aku janji.”
Nadia tersenyum lembut dengan begitu cerah. Dia menatap gue dengan penuh keceriaan. Terkadang, gue selalu bingung dengan ekspresi wajah Nadia yang mudah berubah-ubah.
Di saat dia sedih, dengan mudahnya ia kembali tersenyum begitu cepat. Nadia memang perempuan yang begitu langka, karena ekspresi wajahnya itu bisa tergambar dengan sangat jelas dari waktu ke waktu.
“Kamu cantik kalau lagi tersenyum seperti itu.”
“Benarkah?”
Gue mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Nadia menatap wajah gue dengan begitu lekat. Kedua bola matanya yang kecoklatan membuat matanya yang bulat terlihat begitu indah. Wajah polosnya yang seperti anak kecil selalu membuat gue gemas ketika melihatnya.
“Iya, kamu cantik seperti Rapunzel tokoh Barbie favoritmu."
Gue menghapus air mata Nadia dengan kedua tangan gue. Gue juga merapihkan rambut Nadia yang mulai terlihat kusut. Sepertinya, gue sudah mulai mirip ayahnya yang 24 jam selalu sigap membantunya kapan pun dan di mana pun.
“Jangan nangis lagi, yah?” ucap gue sambil tersenyum kecil, “kalau nangis terus, cantiknya nanti hilang. Nggak mau kan kalau cantiknya hilang? Jadi, kamu harus tersenyum terus seperti ini walau kamu sedang mengalami kesulitan sekali pun.”
Nadia mengangguk seperti anak kecil yang baru saja diberikan mainan baru. Sungguh sangat menggemaskan sekali.
“Janji nggak akan nangis lagi?”
“Iya, aku janji,” katanya sambil menghapus air matanya dengan kedua tangannya.
“Pulang?”
“Iya pulanglah. Emangnya kamu mau nginep di kampus sama hantu?”
“Mulai rese yah kalau udah nggak sedih lagi.”
Nadia hanya tersenyum lebar dan menjulurkan lidahnya begitu suasana hatinya mulai membaik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Mimosa
'tangisan kamu unik'
Aw jadi senyum senyum sendiri 😆
2020-09-17
1
Mimosa
Kok bisa si lisa buat Nadia jadi seorang pembunuh? Kejam nya
2020-09-17
1
_sshinta
aku boomlike nih, back ya hehe
2020-05-21
1