MY WEDDING
Kring .... kring ... kring ...
Bunyi alarm kamarku berdering begitu nyaringnya, hingga setiap orang yang mendengar bunyi alarm tersebut, pasti akan terbangun dengan cepat karena suaranya itu dapat memekakan telinga setiap orang yang mendengarnya.
Aku yang sedang tidur dengan pulas pun sempat terbangun dari tidurku karena bunyi alarm tersebut begitu dekat dengan telingaku.
"Nad, matiin alarmnya!!" teriak Niko kesal dengan mata yang masih terpejam seraya mengubah posisi tidurnya, sambil mengambil sebuah guling yang berada di sampingku untuk ia jadikan ganjalan kakinya.
"Iya sebentar," jawabku dengan suara yang cukup terdengar serak.
Aku langsung mengambil jam weker berbentuk Doraemon dari atas meja riasku. Setelah berhasil mengambilnya, aku langsung melanjutkan tidurku kembali.
Beberapa menit kemudian
"Good morning, Sayangku."
Aku menatap wajah Niko yang baru saja terbangun dari tidurnya yang lelap dengan senyuman termanisku.
"Morning, Sayangku," jawab Niko yang terdengar parau.
"Kita sarapan sama-sama, yuk. Aku sudah menyiapkan sarapan enak untuk kamu."
Niko menganggukkan kepalanya dan tersenyum simpul. Aku membalas senyumannya, kemudian segera bergegas menuju dapur. Namun, tiba-tiba saja Niko menggenggam tanganku dan menarik tanganku hingga aku terjatuh ke dalam pelukannya.
"Kenapa, Nik?" tanyaku gugup dengan kedua bola mata kami yang saling bertemu hingga membuatku menjadi salah tingkah.
"Kita kan sudah menjadi pasangan suami istri yang sah. Jadi, nggak salah kan kalau aku perlakukan kamu seperti ini?"
Aku mulai menarik ujung pakaian milikku dengan gugup. Perlahan, Niko mulai mendekati wajahku hingga wajah kami berdua terlihat begitu dekat. Aku mulai terlihat gugup hingga membuatku langsung memejamkan kedua mataku karena saking terlalu gugupnya.
Namun, tiba-tiba saja
"Nad . . . Nad . . . Nadia!! Bangun, Nad!!" seru seseorang seraya mengguncang-guncangkan tubuhku.
Aku mencoba membuka mataku yang rasanya masih sangatlah mengantuk dan sangat sulit untuk di buka. Saat membuka mata, aku begitu terkejut karena wajah Niko begitu dekat sekali dengan wajahku. Karena saking begitu dekatnya, kami beradu kepala dengan cukup keras hingga membuat kepala kami saling berbenturan.
"Nad, kebiasaan banget deh bikin rusuh pagi-pagi!!" teriaknya kesal sambil mengusap-ngusap kepalanya.
"Maaf, habisnya wajah kamu tuh deket banget, sih!!"
Niko mendelik tajam.
"Cepat, sana mandi! Kita ada kuliah pagi dan jangan lupa makan sarapanmu. Aku sudah membuatkan roti panggang dan susu vanila kesukaanmu. Semuanya ada di atas meja makan," katanya pelan kemudian pergi.
"iya," jawabku sambil menggaruk-garuk rambutku yang tidak gatal dan sesekali menguap.
"Nad?" katanya kembali dan berbalik arah menatap ke arahku.
"Iya?" tanyaku bingung dengan keadaan rambut yang terlihat berantakan sekali bagaikan seekor singa.
"Kapan terakhir kali kamu mencuci rambutmu?" tanyanya dengan mata menyelidik.
"Mmhhh, satu minggu yang lalu," jawabku cengengesan.
Niko menggeleng-gelengkan kepalanya pelan dengan ekspresi wajah yang terlihat sinis.
"Cuci rambut sana! Masa iya, istri dari seorang mahasiswa kedokteran Niko Andalas Ahmad Setya rambutnya berminyak dan bau iler gitu, sih? Nggak malu kamu?" katanya mengejek kemudian pergi hingga membuatku langsung mencium rambutku dengan cepat.
Tepat sekali. Aroma rambutku sangatlah pekat. Aromanya benar-benar sangat luar biasa. Seperti aroma wejangan sesajen untuk para dukun. Benar-benar mau menyan.
Aku langsung mengambil handuk bermotif Doraemon milikku dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci rambutku.
Mencuci rambut adalah hal yang paling tidak aku sukai. Karena rambutku panjang, aku jadi sangatlah malas mencuci rambutku karena itu akan menyita waktu mandiku. Hanya untuk mengurus rambutku yang panjang, aku bisa menghabiskan seperempat botol shampoku untuk mencucinya dan menghabiskan waktuku yang cukup lama di dalam kamar mandi.
Begitulah kejadian pagi hari setiap kali kami ada kuliah pagi. Aku fikir, kejadian saat aku dan Niko saling berbicara dan bertatapan dengan mesra seperti tadi itu benar-benar terjadi. Ternyata, itu hanyalah mimpi belaka. Bagaimana pun, mimpiku itu tidak akan pernah menjadi sebuah kenyataan.
Memikirkannya saja membuat bulu kudukku berdiri. Sekarang, keadaannya sudah berbeda. Aku dan juga Niko sudah menjadi sepasang suami istri yang sah. Kita bisa 24 jam saling bertemu setiap harinya mau itu di rumah atau pun di kampus.
Setiap hari bertemu di rumah mau pun di kampus dengannya saja sangatlah membosankan. Apalagi sekarang, kami sering bertemu setiap malam sebelum tidur dan setiap pagi saat kami bangun tidur. Benar-benar luar biasa menikah dengan sahabat sendiri itu.
Aku dan Niko sudah saling mengenal sejak kami masih TK. Sejak kecil, aku dan Niko sudah berteman baik. Selalu bermain bersama, selalu satu sekolah dari kami berdua masih SD hingga sekarang kami masuk ke perguruan tinggi.
Kami juga saling bergantung satu sama lainnya. Akan tetapi, semenjak kedua orang tua kami menjodohkan kami berdua, semua semakin terasa jelas berbeda.
Saat kelulusan SMA, Niko tiba-tiba saja mengatakan 'Jadilah pacarku' dan dengan bodohnya aku tidak menolaknya sama sekali dan malah mengiyakannya begitu saja.
Hingga pada akhirnya kami masuk di perguruan tinggi yang sama, muncullah ide konyol kedua orang tua kami yang ingin sekali membuat kami berdua menikah di usia dini karena tahu kalau kami sedang menjalin sebuah hubungan.
Dan, dengan bodohnya lagi, kami berdua setuju untuk menjalani pernikahan muda ini. Semua orang mungkin tidak akan menyangka kalau kami akan menikah muda seperti ini. Bahkan, aku sendiri tidak menyangka sama sekali kalau aku bisa menikah dengan sahabatku sendiri.
Semua orang mungkin beranggapan bahwa kami akan hidup bahagia dan penuh akan cinta. Akan tetapi, pada kenyataannya aku dan juga Niko tidak saling mencintai.
Niko yang tiba-tiba saja menginginkanku untuk menjadi kekasihnya pun, pada dasarnya tidak dilandasi rasa cinta. Aku juga tidak mengerti dan belum menemukan jawabannya hingga saat ini. Kenapa Niko menginginkanku untuk menjadi kekasihnya?
"Nad, Nadia!!" panggil Niko yang membuyarkan semua lamunanku.
"Hah? Iya, ada apa?" tanyaku yang tersadar kalau sejak tadi Niko memanggil namaku.
"Mau sampai kapan kamu mengolesi rotimu itu? Rotimu sudah lumer dengan selai kacang," katanya yang membuatku terkejut begitu melihat roti panggangku penuh dengan selai kacang.
"Astaga, aku tadi ngelamun. Maaf-Maaf!!"
"Pagi-pagi ngelamunin apa sih kamu?"
"Bukan apa-apa. Oh iya, semalam papahmu telepon."
"Apa katanya?"
"Nanti malam kita di minta untuk berkunjung ke rumah orang tuamu. Biasalah, makan malam bersama. Sudah lama juga kita nggak pulang ke rumah. Kamu bisa kan mengosongkan jadwal kamu nanti malam?"
"Iya," jawabnya singkat, padat dan sangatlah jelas.
Aku meminum susu vanila kesukaanku sambil menatap ke arah Niko yang tengah membaca buku penyakit dalam yang terlihat sangatlah tebal itu. Niko ini anaknya memang kutu buku banget.
Semua buku apa pun itu di bidangnya, pasti akan selalu ia baca sampai habis dalam waktu yang sangat singkat. Dan, Niko ini adalah salah satu mahasiswa kedokteran kebanggaan kampus kami.
Niko sangatlah cerdas. IPKnya selalu di atas 3.5 . Entah terbuat dari apa isi otaknya itu, sekali di jelaskan, ia langsung dapat memahaminya dan menerapkannya.
"Ayo berangkat sekarang, nanti kita telat!" katanya yang langsung menutup buku miliknya dan meneguk segelas susu coklat miliknya hanya dengan sekali tegukan.
Aku mengangguk dengan pelan. Setelah selesai sarapan, kami berdua langsung merapihkan meja makan kami dan segera bergegas menuju halaman depan rumah.
"Ambil ini," tutur Niko sambil melempar kunci mobil ke arahku, " hari ini aku malas nyetir," katanya kembali yang langsung masuk ke dalam mobil.
Aku mengangguk dengan pasrah dan segera masuk ke dalam mobil. Kami berdua pun langsung bergegas pergi dengan menggunakan mobil Pajero hadiah pernikahan dari kedua orang tuanya Niko.
"Hari ini kamu pulang jam berapa?" tanyaku sambil menyetir.
"Jam 3. Kenapa?" tanya Niko yang masih berkutat dengan buku tebalnya.
"Nggak, cuma nanya aja," jawabku kemudian sambil memutar sebuah musik.
"Kecilkan volume musiknya, aku sedang membaca."
Aku mengangguk dan segera memperkecil volume musiknya. Sesampainya di kampus aku langsung memarkirkan mobil di tempat parkiran kampus kami yang cukup luas.
Saat kami hendak berjalan menuju gedung perkuliahan, kami tidak sengaja melihat sepasang kekasih yang tengah berpelukan dengan mesra di lapangan kampus. Si pria itu langsung mencium kening perempuannya dengan penuh cinta. Aku sempat beberapa detik terdiam di tempatku dan menatap ke arah mereka berdua dengan iri.
"Nadia, mau sampai kapan kamu diam di sana? Ayo cepat!" teriak Niko yang membuatku terkejut.
Aku berlari-lari kecil menghampiri Niko yang tengah menungguku dengan kesal.
Kapan ya gue bisa bermesraan seperti pasangan itu? Apa mungkin gue bisa berpelukan mesra seperti itu dengan Niko? Apa itu bisa?
Foto Pre wedding Niko dan Nadia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Alriani Hespiapi
saya mampir thor
2022-10-13
0
Nate Lawliet
Hai kak, aku dah mampir nih bawa boom like dan vote. Ditunggu feedback nya ke ceritaku yang judulnya "If You Hate Me So ya ^^ terus semangat berkarya💖💖
2020-10-09
1
Elang Putih
hai...
like dan rate sudah mendarat,
feedback ke "Mantan, i'm still loving you"
tinggalkan jejak disana, aku menunggu kedatanganmu 🤗
2020-05-05
1