Aku Bukan Rumput Liar
~Jika takdir memberiku pilihan untuk mengulang hidup,
Maka aku akan kembali ke saat pertama kali kita bertemu.
Jika aku tahu dengan mencintaimu akan membuatku merasakan luka yang tak terperi,
Maka aku ingin memilih untuk tak mengenalmu sama sekali.
Cinta, lihatlah kini.
Kau buat sayap hatiku patah hingga terbelah,
Lalu bagaimana aku bisa kembali melangkah?~
#suara hati Laila.
***
Telah setengah jam lamanya aku menunggu di tepi danau ini. Di hadapan telaga yang menampung kedalaman air yang tak siapapun mengetahui kedalamannya, aku merenungkan kehidupanku beberapa bulan ini.
Aku sadar, setiap orang mungkin akan melakukan kesalahan besar minimal sekali saja dalam hidupnya. Tapi aku tak pernah membayangkan, bahwa kesalahan besar yang akan kulakukan adalah karena aku mencintai seseorang.
Ya. Kurasa mencintai lelaki itu adalah sebuah kesalahan besar.
...
...
Bukankah pernah ada pujangga yang mengatakan kalau cinta tak memiliki mata, maka itu berarti cinta jua tak bisa memiliki salah?
Tapi jelas sekali, rasa cintaku ini adalah sesuatu yang salah. Karena adanya cinta yang kurasakan di antara aku dan lelaki itu, pada kenyataannya telah menyakiti perasaan wanita lain.
Bagaimana bisa?
Bisa. Karena rasa cinta yang perlahan bersemi di hatiku telah mengusik cinta milik wanita lain yang sedang bersemi pula. Sementara kami berharap pada satu kumbang yang sama. Kami melabuhkan perasaan kami pada satu lelaki yang sama. Kiyano, nama lelaki itu.
Tak pernah terbayangkan di benakku kalau aku akan mencintai seseorang yang telah menjadi suami dari wanita lain.
Sehingga oleh sebab perasaan cinta inilah aku mendapatkan cap pelakor di mata dunia. Aku dicaci oleh semua wanita. Bahkan aku pun telah menorehkan luka kecewa di hati Mama yang sangat kucinta..
Mama, satu-satunya orang tua yang kuanggap ku miliki di dunia ini. Karena Papa kandung ku entah tak ku ketahui kabarnya ke mana sejak lama.
Mama pun pada kenyataannya pernah merasakan pahitnya cinta karena tersingkirkan dari biduk pernikahannya sendiri oleh seorang pelakor. Papa lebih memilih hidup bersama pelakor itu, dan meninggalkan Mama dan aku.
Dijualnya rumah kami satu-satunya, dan dibawanya pergi semua uang dan harta yang ada demi hidup baru nya dengan pelakor itu.
Mama yang hanya tinggal memiliki satu cincin pernikahan di jari manis nya itu pada akhirnya harus menjual satu-satunya harta yang ia miliki. Demi bisa menyewa sebuah kamar untuk tempat bernaung kami berdua selama satu bulan ke depan nya.
Itu terjadi ketika aku masih sangatlah kecil. Sembilan tahun kiranya usiaku saat itu.
Pada akhirnya Mama mengulikan dirinya menjadi buruh cuci baju di rumah orang kaya. Sambil menyambi jual gorengan yang akan dititipkannya kepada ku untuk ku bawa ke sekolah.
Begitu pelik dan sulitnya masa kecilku dulu. Sehingga membuat hatiku menyimpan dendam pada dia yang bergelarkan pelakor.
Karena menurutku, seorang pelakor bukan hanya merebut laki orang. Melainkan juga merebut kebahagiaan yang seharusnya menjadi milik istri dan juga anak-anak dari lelaki yang direbutnya itu.
Sungguh sangat kejam, pelakor itu!
Namun kini, Mama harus dikecewakan pula oleh aku, putri satu-satunya ini. Karena aku malah terjun bebas menjadi seorang pelakor. Perebut laki orang. Perebut kebahagiaan milik orang lain.
Kutorehkan pula kecewa yang cukup dalam di hati Mama yang sangat ku cinta. Dan aku sungguh amat menyesali kesalahan besar ku ini.
...
...
Kulukai banyak hati wanita yang tak bersalah. Ku nodai kepercayaan orang-orang atas kredibilitas ku sebagai seorang aktivis wanita yang membela hak-hak wanita untuk bahagia.
Semua itu dikarenakan oleh sebab rasa cinta yang tak sepatutnya ku semi kan, untuk lelaki yang tak menghargai cinta yang telah dimilikinya bersama wanita lain.
'Bodoh! bodoh! bodohnya aku!'
Aku mengepalkan tanganku erat-erat. Merasa sesal dan benci yang tercampur aduk jadi satu dalam hati ku.
Ya.. Pada kenyataannya, aku pernah sampai pada titik di mana aku membenci diriku sendiri.
Ingin rasanya aku menyiksa diri atas kesalahan besar yang telah ku perbuat. Karena kesalahanku ini, sungguh sulit untuk dimaafkan. Bahkan aku pun sulit untuk memaafkan diriku sendiri.
Aku pun pernah terpikirkan untuk menghilang jauh dari duniaku.. dari orang-orang yang kukenal.. dari orang-orang yang ku sayang..
Tapi kemudian aku berpikir kembali, bahwa penyiksaan diri atau pun menghilang, bukanlah jalan yang baik untuk dilakukan.
Karena itu menjadi pertanda bahwasanya aku telah menyerah. Bahwa aku telah berputus asa dari rahmat Tuhan. Sementara aku bukan lah seorang yang mudah menyerah. Aku seorang fighter! Pejuang atas kebahagiaan ku sendiri. Dengan tetap memegang teguh prinsip, untuk tak mengambil hak milik orang lain. Seperti yang telah dididik oleh Mama ku sedari aku masih kecil.
Aku yakin, Tuhan tentunya tahu kalau aku tak pernah sengaja melakukan kesalahan besar ini. Mengembangkan cinta bersama seorang pria yang telah menikah, tanpa diketahui oleh sang istri. Aku sama sekali tak mengetahui fakta ini sedari awal hubunganku bersama lelaki itu.
Kami mulanya hanya saling mengenal secara tak sengaja. Lalu takdir mempertemukan kami kembali dengan cara yang tak terduga. Dan sejak itulah rasa cinta terus bertumbuh, seiring dengan pertemuan-pertemuan yang terjadi. Hingga akhirnya kami saling mengakui, bahwa kami memiliki perasaan cinta untuk satu sama lain.
Tapi Kiyano tak pernah menjelaskan kepadaku. Kalau ia sebenarnya telah menikah. Ku kira ia sama single-nya seperti ku. Dan kesalahan ku pula yang tak bertanya terlebih dulu kepadanya.
Aku salah. Dan kuakui itu.
Dan, mungkin, dengan ketidaktahuanku ini, aku masih bisa memperbaiki kesalahan yang telah kulakukan. Semoga saja usahaku nanti masih sempat menyelamatkan biduk rumah tangga lelaki itu dengan wanita mulia yang menjadi istrinya. Wanita baik hati, yang hingga kini tak mengetahui identitas pelakor yang telah mengusik biduk rumah tangganya. Semoga saja aku masih sempat.
Aku menengok jam di pergelangan tanganku lagi untuk ke sekian kalinya. Sudah hampir satu jam akan berlalu, sejak aku menunggu lelaki itu di tepi danau ini. Namun kehadiran nya tak jua muncul di pelupuk mata.
Aku telah mengirimkan pesan singkat kepadanya untuk menemuiku di tepi danau ini, semalam tadi. Tempat yang seharusnya menjadi memoar indah kala kami pertama bertemu. Namun... Ketidak jujuran lelaki itu telah menodai perasaan cinta yang kami miliki. Sungguh sayang sekali..
Kubuka ponsel dalam tas pinggang yang kukenakan. Kulihat aplikasi pesan, namun tak ada pesan baru datang dari lelaki itu. Membuatku menghela napas letih karena telah cukup lama menunggu.
Jika saja waktu bisa kuputar ulang, maka aku ingin kembali ke masa tiga bulan yang lalu. Saat pertama kalinya kami bertemu..
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
martina melati
tdk dpt menyesal krn sdh berlalu...
2024-09-17
0
martina melati
bisa muncul penyakit lho... gk usah dpendam aplg jd dendam
2024-09-17
0
martina melati
salut dg upaya, perjuangan mama utk terus hidup 👍
2024-09-17
0