Hari ini adalah hari sabtu. Hari terakhir kerja sebelum libur keesokan harinya. Aku mulai terbiasa dengan rutinitas pekerjaan ku sebagai OB. Dan kini, aku sudah bersahabat dekat dengan rasa pegal dan linu sepulang kerja.
Selama seminggu aku bekerja, ada satu rutinitas yang paling tak ku sukai namun harus tetap ku lakukan. Dan itu adalah pergi ke lantai tujuh untuk mengantarkan kopi hitam buatan ku sendiri untuk Bos Songong ku yang tiran.
'Sebal! Sebal! Sebal!' aku kembali mendumel.
Baru saja si Keong Racun itu kembali berulah. Ia meminta ku untuk mengelap setiap inci furniture yang ada di ruang kerja nya sampai berkilau. Padahal sepenilaian ku semua furniture di kantor nya itu sudah bersih dan tertata rapih.
Tapi tengok lah tingkah nya yang menyebalkan itu, sejak aku mengantarkan kopi hitam untuk nya tadi.
Flash back.
"Hey! Tunggu dulu! Rasa-rasa nya kopi ini tak senikmat kopi yang kemarin?" Panggil si Keong menahan langkah ku yang sudah begitu ingin berlalu pergi.
Aku memikirkan kembali kejadian di pantry tadi pagi. Dan jawaban atas pertanyaan si Keong pun mengalir lancar dari mulut ku.
"Tadi gas nya habis. Tapi air nya udah mau mendidih kok! Jadi saya langsung tuangkan air nya ke cangkir untuk membuat kopi," papar ku menjelaskan.
Ya. Dari Nindi, rekan OB ku, aku belajar hal baru. Bahwasanya untuk membuat kopi hitam nikmat yang bisa memuaskan keinginan si Keong, ternyata aku harus mendidihkan air nya terlebih dulu di atas kompor. Bukan mengambil langsung air panas yang ada di dispenser.
Namun, tadi pagi gas kompor nya habis di saat air sudah mau mendidih. Sementara di pantry tak ada orang yang bisa kuminta tolong untuk mengganti tabung gas, karena aku tak bisa mengganti tabung nya seorang diri.
Alhasil, aku pun nekat menuangkan air yang belum mendidih benar itu untuk membuat kopi. Tapi seperti nya, rasa kopi nya tak seperti kopi yang dibuat dengan air yang benar-benar sudah mendidih. Karena Bos ku itu kini mengemukakan komplain nya.
Ku lirik Si Keong yang kini mengerutkan dahi nya pada ku. Dan, sebersit pikiran mengerikan melintas di kepala ku.
'Biar kata di seriusin gitu, muka nya tetap aja ganteng!' komentar ku setengah melamun dalam hati.
Namun begitu ku sadari apa yang baru saja ku pikirkan, aku langsung bergidik ngeri. Pikir ku pastilah aku sedang ter simbat oleh makhluk halus, tadi.
Lebih lanjut, si Keong pun kembali bicara.
"Kalau gas nya habis. Ya ganti lah dengan gas yang baru. Memang nya di pantry gak ada gas cadangan?" Tegur si Keong atas 'kebodohan' ku.
Mulut ku mulai sedikit manyun. Merasa sebal dengan perdebatan yang tak bermutu ini.
"Gak ada orang, Pak. Saya gak bisa nge gantiin gas sendirian. Takut meledug," ungkap ku dengan terlalu jujur.
"Hmph!!"
Aku kembali melirik ke arah si Keong dan mendapati dirinya yang seperti menahan tawa.
'Sialan! Berani nya dia ngetawain aku! Memang nya dia sendiri bisa, apa, gantiin tabung gas?!' aku mendumel dalam hati.
Aku berusaha menyabar kan diri. Tiba-tiba saja wejangan dari Nunik terngiang di benak ku. Bahwasanya aku harus lebih bisa mengendalikan emosi ku, jika aku tak ingin begitu cepat ganti pekerjaan lagi.
Setelah jeda beberapa waktu lamanya, si Keong kembali berucap.
"Lain kali, saya gak mau dengar alasan gas habis atau apa lah. Pokok nya saya mau kopi hitam yang seperti biasa. Masalah gas habis, kamu kan bisa usahakan untuk minta tolong ke orang lain. Kalau gak ada orang di pantry kan bisa telepon! Apa guna nya ponsel butut yang kamu punya hah?!" Tegur si Keong panjang lebar.
'Sialan! dia hina-hina Beri Prima-ku! Duh! sabar il.. sabar.. Kamu sabar disayang semua..'
Aku kembali menyabarkan diri atas hinaan si Keong terhadap Beri Prima ku. Beri Prima ku adalah ponsel Blackberry yang ku miliki.
Dalam hati sebenarnya aku ingin sekali mengamuk. Namun, kala ku ingat status lelaki di hadapan ku itu, dengan sekuat tenaga aku menahan diri untuk tidak membalas ucapan nya itu dengan kalimat kasar.
"Baik..Pak!" ucap ku dengan gigi bergemeletukan menahan emosi.
"Ya sudah! Kamu boleh pergi!" Usir si Keong tiba-tiba.
Meski diusir, anehnya aku justru merasa gembira. Malas rasanya berhadapan lama-lama dengan lelaki songong di depan ku itu. Namun...
"Tunggu dulu! Sepertinya saya tadi melihat ada bekas remahan kue di atas meja. Tolong dibersihkan dulu sebelum kamu pergi!" Si Keong kembali mengeluarkan titah.
Dengan patuh, aku langsung kembali berbalik dan melangkah menuju meja kerja si Keong. Namun, setelah kuamati dengan seksama, selain tunpukan kertas file dan secangkir kopi, ku lihat tak ada remahan makanan seperti yang dikatakan oleh si Keong sesaat tadi.
"Kamu lagi apa?" Tanya Si Keong tiba-tiba.
"Nyari remehan. Kata Bapak ada remehan yang perlu saya bersihkan?" Ucap ku dengan nada menuduh.
Si Keong tampak mengerutkan kening dan terdiam beberapa saat.
"Pak?" Aku menegur si Keong yang terlalu lama melamun. Ia hanya mengerjapkan mata nya sekali dan masih terdiam selama beberapa waktu.
Akhirnya aku melambaikan tangan ku berkali-kali di hadapan wajah bos ku itu. Dan usaha ku menampakkan hasil. Si Keong pun tersadar dari lamunan nya dan akhirnya kembali berujar.
"Bukan meja yang ini. Tapi meja yang itu tuh!" Koreksi Bos ku sambil mengedikkan kepala ke arah meja kopi di dekat jendela.
"Ohh.."
Aku pun bergegas mendekati meja kopi yang dimaksud. Dan benar saja. Memang terdapat remahan seperti keripik dan bekas bungkus nya yang tercecer di bawah meja.
Kutengok wajah sang Bos. Yang nampak serius membaca file-file di atas meja.
'Jorok banget sih. Makan sampe berceceran gini. Lagian lagi kerja, sempat-sempat nya ngemil keripik!' dumel ku dalam hati.
Belum sempat aku berpaling, Bos Keong menangkap basah aku yang memerhatikannya.
"Kenapa lihat-lihat? Naksir ya?" Serobot sang Bos ke ge er an.
"Huekk.. amit-amit.. amit-amit.."
"?!!!"
Dan aku tersadar telah melakukan kesalahan fatal. Terlihat dari pandangan tajam yang dilayangkan oleh si Keong kepada ku.
Alhasil, sejak detik itu hingga menjelang waktu pulang, aku dikerjai habis-habisan oleh si Keong untuk mengelap ulang setiap inci furnitur dalam ruang kerja nya.
Dan tak hanya itu saja. Berkali-kali aku pun diminta untuk mengantarkan berkas file dari lantai tujuh ke lantai lain nya, dengan tidak menggunakan lift. No lift! si Keong melarang keras aku menggunakan lift! Itu berarti aku harus bolak-balik jalan kaki, naik-turun tangga.
Si Keong mengancam, jika aku sampai naik lift (yang bisa diketahui oleh Si Keong lewat CCTV), maka aku akan langsung dipecat nya hari itu juga. Sungguh tindakan yang abnormal dari sang penguasa tiran bukan?
Semua itu hanya dikarenakan oleh 'kejujuran ku' atas perasaan ku terhadap sang Bos.
'Benar-benar menyebalkan!'
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Senajudifa
jiahaha...laila🤣🤣
2022-09-20
1
Lina Zascia Amandia
Like Kak Mel.... keren.... tahu2 Silver loncat tanpa Bronze..... slmt Kak Melll......
2022-08-21
1
Yuli Fitria
Wkwk salah meja 😅
2022-08-06
2