"Jadi, Nun kenal Mas Aryo tuh udah lama banget. Kita satu tim riset tentang peninggalan kerajaan Mataram. Gak nyangka juga sih, tahu-tahu pagi tadi dia ngajakin sarapan bareng dan mau ngelamar Nun. Padahal sebelum nya kita sering ngobrol tentang apa aja, tapi dia gak pernah nunjukin ketertarikannya ke Nun," papar Nunik perihal Mas Aryo, tunangan nya itu.
"Itu namanya cinlok! Cinta kecolok! Hahaha!"
"Laila! Orang cerita serius malah ngajak ngikik melulu sih!"
"Lha terus namanya apa dong? Coba ku tebak! Aryo ini pasti lah tipikal cowok pendiam, kutu buku, dan kolot banget? Betul gak?" Aku mencoba menebak kepribadian Aryo.
Ku lihat Nunik tampak mengerutkan kening.
"Kok, tebakan mu bisa tepat banget sih?" Nunik terlihat keheranan.
"Ya iya lah! Lail gitu loh! Cuma cowok kudet dan serius an yang bakal ke cintrong sama tipikal cewek SD nan manis!"
Selama beberapa detik, Nunik tampak memahami arti terselubung dari kalimat ku tadi.
"Ah! Lail! Ngeledek lagi deh! Biar kata badan Nun mungil gini, Nun udah mau jadi profesor kan! Stop deh ngebahas soal fisik lagi. Gak bermutu!" Omel Nunik.
"Duile.. ampun Ndoro Ayu.. iya iya.. aku minta maaf deh.. Habis nya kamu kan memang ngegemesin, Nun. Banyak orang bakal sulit percaya sama isi otak profesor yang ngumpet di muka awet muda nya kamu ini. Aku aja sering lupa.." bujuk ku merayu.
"Hhh.. udah ah, bahas tentang Nun nya. Sekarang, gantian Lail yang cerita ya! Eh, bentar. Nun mau telpon Bunda dulu deh ya. Nun mau nginap di sini malam ini."
Seketika, aku menghambur memeluk Nunik kala ku dengar kalimat nya barusan.
"Yeeyyy!! Nunik nginep!!" Seru ku kegirangan.
"Hihihi.. sekarang, siapa coba yang jadi kayak anak SD?" Goda Nunik kala menghadapi tingkah ku yang kelewat girang.
Dan, sepanjang malam itu, aku pun asyik berbincang dengan Nunik hingga pertengahan malam. Begini lah memang jika petasan sudah ketemu korek api. Pasti suasana pun jadi ramai sekali.
Aku petasan nya.. Nunik korek api nya ya. Hihihi..
***
Keesokan pagi nya, aku hampir terlambat masuk kerja. Nunik dan aku sama-sama bablas tidur sampai jam setengah enam.
Begitu terbangun, Nunik langsung buru-buru shalat subuh, sementara aku yang masih mengantuk malah kembali tiduran. Alhasil aku pun mendapat gelitikan manja dari Nunik, yang bersemangat sekali mengingatkan ku untuk shalat subuh.
Baru setelah dilihat nya aku shalat lah Nunik pamit pulang ke rumah nya. Sementara, usai shalat aku kembali merebahkan badan ke atas kasur. Niat ku sih cuma tidur sebentar saja. Tapi apalah daya, kuasa kantuk menarik ku lelap dalam dunia mimpi. Sehingga aku pun akhirnya terbirit-birit bangun kala ku dengar seruan emak yang mengatakan kalau waktu sudah menunjukkan jam tujuh kurang seperempat.
Tak perlu dibayangkan betapa cepat nya aku mandi dan sikat gigi. Kurang dari lima menit, aku sudah keluar dari kamar mandi dan bergegas mengenakan seragam kerja ku.
Dengan terburu-buru, ku raup gorengan hangat yang baru digoreng oleh Mama dan kumasukkan ke dalam plastik. Selanjutnya aku berpamitan pergi dan melesat keluar rumah.
Aku kembali naik ojek sampai depan gedung kantor tempat ku bekerja. Dengan sebuah gorengan pisang yang masih ku kunyah dengan lahap nya dalam mulut ku.
"Buset deh La! Kamu udah mandi belum sih? Itu rambut udah kayak singa aja! Sisiran dulu napa!" Tegur Erlan yang baru datang juga seperti ku.
Kulihat cerminan diriku di kaca yang ada dalam ruang OB. Dan benar saja, rupa ku sudah macam induk singa, dengan rambut ikal sebahu ku yang berwarna cokelat kemerahan tampak ambyar ke segala arah.
Aku pun menyengir, memandangi pantulan ku di cermin.
"Tetap manis ah! Tapi boleh sini sisirnya. Biar tambah manis!" Seloroh ku asal.
Erlan terlihat menganga selama dua detik. Sebelum akhirnya menyodorkan sebuah sisir kecil kepada ku.
Aku pun menyisir dan menyanggul rambut liar ku jadi sanggulan kecil nan rapih di belakang kepala. Tak lupa setelahnya aku mengaplikasikan bedak dan lipstik ke wajah ku yang manis ini. Setelah selesai, ku kagumi hasil touch up kilat ku yang super ciamik.
"Yap! Manis banget kan aku!" Puji ku pada diri sendiri seraya tersenyum lebar sekali pada Erlan.
Erlan menggeleng-gelengkan kepala nya.
"Kamu tuh La, jangan godain Erlan gitu dong. Kalau dia kesengsem sama kamu gimana coba?" Suara Mas Idham terdengar dari ujung ruangan.
Aku memberikan senyuman ceria pada ketua tim OB ku itu.
"Biarin aja lah Mas. Berarti itu rejeki ku kan bisa disukain banyak orang," jawab ku asal.
"Rejeki buat mu. Musibah buat ku, La!" Seloroh Erlan sambil menyomot gorengan dari dalam plastik yang kubawa dari rumah.
"Hey! Itu sarapan ku, Lan! Jangan dihabisin ya! Masih laper soalnya!" Aku menegur Erlan.
"Ya ampun. Baru juga nyomot satu gorengan Laa.. eh, tapi ini ubi nya enak banget sih. Manis nya pas."
"Jangan iklan deh.. tapi jelas enak lah! Itu kan home made buatan Mama ku!" Ujar ku bangga sambil menyomot pisang goreng dari dalam plastik.
"Mas Idham mau?" tawar ku pada Mas Idham.
"Makasih, La.. saya udah sarapan tadi di rumah. Masih kenyang banget," tolak Mas Idham.
"Wahh.. kamu dibekalin Mama mu toh. Rajin banget sih Mama kamu," puji Erlan.
Aku tersenyum. Dan kembali menyahut ucapan Erlan tadi.
"Ya Mama ku kan memang jual gorengan, Lan. Jadi aku kebagian rejeki terus lah ngemil gorengan."
"Yey! Itu sih bukan kebagian rejeki! Pasti lah kamu juga asal comot-comot juga kan dagangan Mama mu ini!" Goda Erlan kembali.
"Hihihi.. begitu lah!"
Tak lama kemudian, teman-teman OB yang lain pun berdatangan. Dan gorengan yang kubawa dari rumah pun seketika ludes tak bersisa. Aku sebenarnya hendak protes karena jatah sarapan ku dimakan ramai-ramai.
Tapi begitu Nindi menyodorkan nasi uduk yang sengaja ia beli lebih, akhirnya aku pun tak jadi protes. Dan malah menandaskan uduk pemberian Nindi itu.
***
Usai sarapan, semua tim OB langsung menyebar ke segala lantai di gedung ini. Kami meluncur menuju pekerjaan masing-masing yang sudah kami pilih dari papan mading.
Seperti hari kemarin, hari ini pun kerjaan ku super sibuk. Aku sering bolak-balik dari lantai yang satu ke lantai yang lain untuk sekedar mengantarkan file, makanan dan minuman pesanan para karyawan, juga beberapa tugas OB lain nya.
Aku mengerjakan pekerjaan ku itu dengan hati yang senang. Meski tak bisa ku pungkiri, aku sempat tertidur di kantin saat aku sedang menunggu pesanan karyawan. Tak tanggung-tanggung! Aku hampir tidur setengah jam di sana.
Mungkin ini disebabkan karena acara bergadang yang kulakukan semalam tadi bersama Nunik. Karena nya aku jadi cepat lelah dan mengantuk.
Aku baru terbangun dari tidur singkat ku di kantin itu, oleh sebab jawilan yang kurasakan bersarang di pipi ku. Begitu ku buka kedua mata, aku terkejut mendapati sosok yang tak pernah ku kira akan kulihat pertama kali usai aku terbangun.
"Enak banget sih tiduran di sini?!" Tegur lelaki itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Senajudifa
hadir lg mel semangat y
2022-09-17
1
Senajudifa
🤣🤣🤣🤣🤣
2022-09-17
1
Senajudifa
🤣🤣🤣🤣
2022-09-17
1