NovelToon NovelToon

Aku Bukan Rumput Liar

Kesalahan Terbesar (POV Laila)

~Jika takdir memberiku pilihan untuk mengulang hidup,

Maka aku akan kembali ke saat pertama kali kita bertemu.

Jika aku tahu dengan mencintaimu akan membuatku merasakan luka yang tak terperi,

Maka aku ingin memilih untuk tak mengenalmu sama sekali.

Cinta, lihatlah kini.

Kau buat sayap hatiku patah hingga terbelah,

Lalu bagaimana aku bisa kembali melangkah?~

#suara hati Laila.

***

Telah setengah jam lamanya aku menunggu di tepi danau ini. Di hadapan telaga yang menampung kedalaman air yang tak siapapun mengetahui kedalamannya, aku merenungkan kehidupanku beberapa bulan ini.

Aku sadar, setiap orang mungkin akan melakukan kesalahan besar minimal sekali saja dalam hidupnya. Tapi aku tak pernah membayangkan, bahwa kesalahan besar yang akan kulakukan adalah karena aku mencintai seseorang.

Ya. Kurasa mencintai lelaki itu adalah sebuah kesalahan besar.

...

...

Bukankah pernah ada pujangga yang mengatakan kalau cinta tak memiliki mata, maka itu berarti cinta jua tak bisa memiliki salah?

Tapi jelas sekali, rasa cintaku ini adalah sesuatu yang salah. Karena adanya cinta yang kurasakan di antara aku dan lelaki itu, pada kenyataannya telah menyakiti perasaan wanita lain.

Bagaimana bisa?

Bisa. Karena rasa cinta yang perlahan bersemi di hatiku telah mengusik cinta milik wanita lain yang sedang bersemi pula. Sementara kami berharap pada satu kumbang yang sama. Kami melabuhkan perasaan kami pada satu lelaki yang sama. Kiyano, nama lelaki itu.

Tak pernah terbayangkan di benakku kalau aku akan mencintai seseorang yang telah menjadi suami dari wanita lain.

Sehingga oleh sebab perasaan cinta inilah aku mendapatkan cap pelakor di mata dunia. Aku dicaci oleh semua wanita. Bahkan aku pun telah menorehkan luka kecewa di hati Mama yang sangat kucinta..

Mama, satu-satunya orang tua yang kuanggap ku miliki di dunia ini. Karena Papa kandung ku entah tak ku ketahui kabarnya ke mana sejak lama.

Mama pun pada kenyataannya pernah merasakan pahitnya cinta karena tersingkirkan dari biduk pernikahannya sendiri oleh seorang pelakor. Papa lebih memilih hidup bersama pelakor itu, dan meninggalkan Mama dan aku.

Dijualnya rumah kami satu-satunya, dan dibawanya pergi semua uang dan harta yang ada demi hidup baru nya dengan pelakor itu.

Mama yang hanya tinggal memiliki satu cincin pernikahan di jari manis nya itu pada akhirnya harus menjual satu-satunya harta yang ia miliki. Demi bisa menyewa sebuah kamar untuk tempat bernaung kami berdua selama satu bulan ke depan nya.

Itu terjadi ketika aku masih sangatlah kecil. Sembilan tahun kiranya usiaku saat itu.

Pada akhirnya Mama mengulikan dirinya menjadi buruh cuci baju di rumah orang kaya. Sambil menyambi jual gorengan yang akan dititipkannya kepada ku untuk ku bawa ke sekolah.

Begitu pelik dan sulitnya masa kecilku dulu. Sehingga membuat hatiku menyimpan dendam pada dia yang bergelarkan pelakor.

Karena menurutku, seorang pelakor bukan hanya merebut laki orang. Melainkan juga merebut kebahagiaan yang seharusnya menjadi milik istri dan juga anak-anak dari lelaki yang direbutnya itu.

Sungguh sangat kejam, pelakor itu!

Namun kini, Mama harus dikecewakan pula oleh aku, putri satu-satunya ini. Karena aku malah terjun bebas menjadi seorang pelakor. Perebut laki orang. Perebut kebahagiaan milik orang lain.

Kutorehkan pula kecewa yang cukup dalam di hati Mama yang sangat ku cinta. Dan aku sungguh amat menyesali kesalahan besar ku ini.

...

...

Kulukai banyak hati wanita yang tak bersalah. Ku nodai kepercayaan orang-orang atas kredibilitas ku sebagai seorang aktivis wanita yang membela hak-hak wanita untuk bahagia.

Semua itu dikarenakan oleh sebab rasa cinta yang tak sepatutnya ku semi kan, untuk lelaki yang tak menghargai cinta yang telah dimilikinya bersama wanita lain.

'Bodoh! bodoh! bodohnya aku!'

Aku mengepalkan tanganku erat-erat. Merasa sesal dan benci yang tercampur aduk jadi satu dalam hati ku.

Ya.. Pada kenyataannya, aku pernah sampai pada titik di mana aku membenci diriku sendiri.

Ingin rasanya aku menyiksa diri atas kesalahan besar yang telah ku perbuat. Karena kesalahanku ini, sungguh sulit untuk dimaafkan. Bahkan aku pun sulit untuk memaafkan diriku sendiri.

Aku pun pernah terpikirkan untuk menghilang jauh dari duniaku.. dari orang-orang yang kukenal.. dari orang-orang yang ku sayang..

Tapi kemudian aku berpikir kembali, bahwa penyiksaan diri atau pun menghilang, bukanlah jalan yang baik untuk dilakukan.

Karena itu menjadi pertanda bahwasanya aku telah menyerah. Bahwa aku telah berputus asa dari rahmat Tuhan. Sementara aku bukan lah seorang yang mudah menyerah. Aku seorang fighter! Pejuang atas kebahagiaan ku sendiri. Dengan tetap memegang teguh prinsip, untuk tak mengambil hak milik orang lain. Seperti yang telah dididik oleh Mama ku sedari aku masih kecil.

Aku yakin, Tuhan tentunya tahu kalau aku tak pernah sengaja melakukan kesalahan besar ini. Mengembangkan cinta bersama seorang pria yang telah menikah, tanpa diketahui oleh sang istri. Aku sama sekali tak mengetahui fakta ini sedari awal hubunganku bersama lelaki itu.

Kami mulanya hanya saling mengenal secara tak sengaja. Lalu takdir mempertemukan kami kembali dengan cara yang tak terduga. Dan sejak itulah rasa cinta terus bertumbuh, seiring dengan pertemuan-pertemuan yang terjadi. Hingga akhirnya kami saling mengakui, bahwa kami memiliki perasaan cinta untuk satu sama lain.

Tapi Kiyano tak pernah menjelaskan kepadaku. Kalau ia sebenarnya telah menikah. Ku kira ia sama single-nya seperti ku. Dan kesalahan ku pula yang tak bertanya terlebih dulu kepadanya.

Aku salah. Dan kuakui itu.

Dan, mungkin, dengan ketidaktahuanku ini, aku masih bisa memperbaiki kesalahan yang telah kulakukan. Semoga saja usahaku nanti masih sempat menyelamatkan biduk rumah tangga lelaki itu dengan wanita mulia yang menjadi istrinya. Wanita baik hati, yang hingga kini tak mengetahui identitas pelakor yang telah mengusik biduk rumah tangganya. Semoga saja aku masih sempat.

Aku menengok jam di pergelangan tanganku lagi untuk ke sekian kalinya. Sudah hampir satu jam akan berlalu, sejak aku menunggu lelaki itu di tepi danau ini. Namun kehadiran nya tak jua muncul di pelupuk mata.

Aku telah mengirimkan pesan singkat kepadanya untuk menemuiku di tepi danau ini, semalam tadi. Tempat yang seharusnya menjadi memoar indah kala kami pertama bertemu. Namun... Ketidak jujuran lelaki itu telah menodai perasaan cinta yang kami miliki. Sungguh sayang sekali..

Kubuka ponsel dalam tas pinggang yang kukenakan. Kulihat aplikasi pesan, namun tak ada pesan baru datang dari lelaki itu. Membuatku menghela napas letih karena telah cukup lama menunggu.

Jika saja waktu bisa kuputar ulang, maka aku ingin kembali ke masa tiga bulan yang lalu. Saat pertama kalinya kami bertemu..

***

Perkenalan (POV Kiyano)

Dentum.

Dentum.

Jantung ku berdentum - dentum.

Gejolak rasa lama yang mulai asing,

Kembali hadir mengurung diri.

Ada tarikan yang dirasakan oleh mata ini,

Ada percikan cinta yang ku tujukan pada wanita manis berlesung dua di pipi itu,

Siapa engkau?

Aku tak tahu,

Namun mengapa,

Hatiku seolah mengenalimu?

Bila kah ini cinta pada dirimu,

Lalu harus kubawa ke mana perasaanku pada satu wanita lainnya?

Duhai rasa,

Kau buatku tersuruk tak berdaya,

dalam kuasa cinta...

#suara hati Kiyano

***

Flash back 3 bulan lalu...

Kesal sekali rasanya diriku. Bayu, bos sekaligus juga kakak ipar ku itu kembali menguji kesabaran ku. Telah sering ia membuatku malu di hadapan banyak kolega kerja kami. Seolah-seolah setiap kesalahan kerja yang terjadi adalah kesalahanku dan kesalahanku semata saja.

'Brengsek!' aku mengumpat pada angin kosong di hadapan.

Sengaja ku lemparkan bebatuan kerikil yang ada di pinggir tempatku duduk kini, hingga membentuk riak-riak sedang di permukaan danau.

Jika saja tak kuingat Bella, istri ku, rasanya aku sudah ingin melayangkan bogem mentah pada wajah biasa milik Bayu itu.

Sedari aku masih berpacaran dengan Bella, Bayu memang sudah menunjukkan rasa tak sukanya kepadaku.

Aku menduga kalau Bayu menyukai Bella, adik tiri nya yang beda ayah dan ibu. Seringkali aku melihat pandangan cinta di mata lelaki yang ditujukan lelaki brengsek itu untuk Bella.

Tapi, tetap saja, Bella jelas lebih memilihku. Karena aku lebih superior dibanding Bayu secara fisik. Dan aku pun humoris. Tak seperti Bayu dengan wajah seriusnya yang bertekuk tekuk itu.

Telah tiga tahun lamanya usia pernikahanku dan Bella, kini. Namun kami tak juga diberi keturunan. Padahal aku sangat berharap bisa memiliki keturunan dengan Bella, istriku yang cantik dan sangat ku sayangi itu.

Meski begitu, aku tak pernah menyalahkan Bella. Kukatakan saja pada nya bahwa kami mungkin masih diberi kesempatan untuk berpacaran berdua dulu, sehingga kami tak kunjung diberikan momongan.

Aku tak ingin istriku merasa terluka, akibat tudingan miring yang disematkan oleh ibundaku padanya. Mandul.

Kuhibur Bella-ku agar ia senantiasa ceria. Kuikuti keinginannya untuk kembali ke rumah orang tuanya di Mekar Ayu. Hingga kini, akhirnya kami pun hidup seatap dengan Ibu nya Bella dan juga Ayah tiri nya, serta Bayu.

Rumah Pak Sudiro, ayah tiri Bella memang sangat besar. Karena ia adalah seorang pemegang saham terbesar di perusahaan tekstil di kota B.

Aku mulanya sangat senang saat ayah mertuaku itu menawarkan pekerjaan sebagai Supervisor di salah satu cabang pabrik tekstil nya di kota B.

Namun kegembiraan ku itu tak berlangsung lama begitu kusadari siapa yang menjadi atasanku di kantor.

Dia lah Bayu. Lelaki brengsek yang selalu menyiapkan sejuta kritikan pedas untuk setiap hasil kerjaku.

Kembali aku memandangi air yang tenang di danau di hadapan ku kini. Lalu kulempar bebatuan yang didapat oleh tanganku dari tanah berumput.

'Cemplung!' bunyi suara air yang pecah akibat lemparan dari batu di tangan ku.

Suatu waktu, tiba-tiba saja sebuah suara merdu menarik perhatian indera pendengaran milikku.

"Kalau mau main lempar batu, jangan di sini dong, Kak. Lemparan batu mu itu sudah menakuti burung bangau yang sedang mandi di danau, tahu!" ucap suara wanita, yang terdengar tak jauh dari tempatku duduk kini.

Ku tolehkan kepala ke arah kiri, dan ku dapati sesosok wanita bertubuh tinggi berdiri tegap di hadapanku. Rupa wanita itu tampak manis dengan kulit sawo matang nya. Terlihat mirip dengan artis muda Mikha Tambayong, ditambah dua lesung kembar di pipi kanan dan pipi kirinya.

Rambut wanita itu cokelat kemerahan sepanjang bahu. Dengan kerlingan ikal-ikal kecil di bagian tepi nya. Kuduga wanita itu sepertinya memiliki rambut asli keriting. Namun ia rebonding hingga menjadi lurus. Namun beberapa helai rambut nya yang pendek tak bisa bertahan lama untuk tetap lurus. Karenanya penampilannya yang manis itu pun jadi tampak aneh dalam sekilas aku memandangnya.

Tapi, yang paling menarik di mataku adalah kedua mata wanita itu yang tampak membulat besar. Macam bola bekel yang meminjam kilauan kerlip sang bintang. Sungguh indah nian.

Dengan gestur kedua tangan yang bersedekap, wanita di depanku itu seolah-olah ingin menunjukkan rasa marahnya atas ulahku melempar batu.

Dalam hati aku ingin tertawa. Manakala aku membaca tulisan pink pada t-shirt putih yang dikenakan oleh wanita itu.

Tulisannya berbunyi, 'I am a big Girl'.

'Dia memang cewek ber mata besar!' umpat ku dalam hati.

Tanpa sadar, aku lalu malah berkilah, "gue bukan kakak Lo, yaa Big Eye Girl. Jadi jangan sok akrab ye!" tegur ku dengan nada kesal.

(Big eye girl \= gadis bermata besar)

Sontak saja wanita di depanku itu jadi tambah kesal. Lucunya ia malah kian membulatkan kedua mata nya itu.

"Plis deh, jangan bawa-bawa fisik. Pernah belajar etika gak sih?!" amuk sang wanita.

"Gak pernah. Lo mau ajarin gue emang, hah?!" jawabku setengah ketus.

Aku sebenarnya tak kesal pada wanita di depanku itu. Hanya saja, wanita itu datang di waktu yang tak tepat saat aku sedang mengeluarkan uneg-uneg ku perihal Bayu dan juga Bella.

Ya. Bella..

Ku dapati istriku itu tampak sedang menyembunyikan sesuatu dariku, akhir-akhir ini. Terlihat dari gerak-geriknya yang selalu menelpon diam-diam dengan seseorang entah siapa. Ataupun menggunakan kunci pada layar smartphone miliknya. Padahal sebelum-sebelumnya Bella tak pernah melakukan hal itu.

Aku curiga jika..

"haish!" dengusan pelan wanita di depanku seketika membuyarkan lamunanku tentang Bella.

Pemilik Si lesung kembar sepertinya kian kesal dengan jawaban asal ku tadi. Ia kembali berkomentar,

"Plis deh. Nyebelin banget sih jadi orang! Dikasih tahu baik-baik malah ngeyel! Situ umur berapa sih? masih TK ya?" ledek wanita itu.

Aku geram. Tak terima jika aku yang maskulin begini disamakan seperti anak TK. Karenanya aku pun kembali muntab, murka.

Aku pun segera bangkit berdiri, untuk mendekati wanita asing di depanku itu tanpa aba-aba. Namun, begitu wajahku sudah berjarak hitungan senti dari wajah manis nya, tiba-tiba saja jantungku berdentum kencang.

ba-dump.

ba-dump.

'ehh? Ada apa nih gue? Kenapa cewek ini kelihatan cantik banget ya?! Tapi, enggak! Bella-gue jelas lebih cantik!' batin ku teriak.

Aku segera membuyarkan lamunan aneh ku. Dan bergegas menjauh dari sosok asing di depanku itu. Setelahnya, aku langsung pergi meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apapun lagi.

Aku tak tahu, kalau seminggu setelah hari itu, aku akan kembali dipertemukan dengan wanita berlesung pipi kembar itu lagi. Perjumpaan-perjumpaan kami setelahnya lambat laun pun akan jadi kian intens dan diiringi perdebatan yang membuat gelak siapapun yang mendengarnya.

Kami mulanya bersikap bagai anjing dan kucing yang tak bisa akur barang sedetik pun. Namun, anehnya, seiring dengan berjalannya waktu, aku lama-lama pun terjebak dalam sarang rasa yang bernama cinta bersama wanita berlesung kembar itu.

Laila, nama wanita itu.

***

Aku Bukan Rumput Liar

Aku bukan rumput liar. Yang seenaknya bisa kau injak. Atau kau cabut dengan sesuka hatimu.

Aku bukan rumput liar. Yang merusak pekarangan rumahmu dengan keliarannya yang seringkali mengganggu.

Aku memandang diriku layaknya sebatang pohon yang tangguh. Kokoh berdiri di atas akar milikku sendiri.

Aku bukan pelakor ataupun pelacur, di antara hubungan mu dengan istrimu.

Jadi jangan jadikan aku seperti rumput liar, dalam pekarangan rumah tanggamu dengannya.

Karena Aku bukan lah rumput liar!

#Suara hati Laila

***

"Laila.."

Panggilan bass dari arah belakangnya, membuat Laila seketika menoleh.

"Kiyano.." Laila balas memanggil nama lelaki yang sudah lewat dari setengah jam ini ditunggunya.

Keduanya saling mengikat tatapan, tatkala Kiyano melangkah mendekati belahan jiwanya itu.

Ada rasa berat dalam hati Laila di setiap langkah yang Kiyano ambil untuk mendekatinya. Karena Laila tahu, hanya dalam hitungan menit kemudian segala yang ada di antara mereka berdua akan berakhir. Dan dirinya sendiri lah yang akan memastikan akhir dari kisah kasih di antara keduanya selama kurang lebih dua bulan ini.

ces..

Setetes bulir air mata tak kuasa ditahan oleh Laila. Tapi ia langsung memalingkan wajahnya ke arah yang lain, tepatnya ke arah danau. Sehingga Kiyano tak bisa melihat betapa rapuh dan kacaunya hati gadis itu.

Secepat kilat, Laila menghapus jejak tangis dengan usapan jemarinya. Dan, setelah ia merasakan kehadiran Kiyano yang tinggal dua langkah jauhnya, Laila pun kembali menatap pemuda tampan itu dengan tatapan teguh.

Laila sudah meneguhkan hatinya sebelum ia mengirim pesan undangan untuk pertemuan mereka di pagi ini. Selama hampir semalaman tadi, Laila sudah menumpahkan segala perih dan luka nya pada bantal pink pemberian Kiyano.

Untuk terakhir kalinya Laila membiarkan dirinya memeluk bantal kesayangan yang ia dapat dari pemuda itu. Sebelum akhirnya ia bungkus bantal beserta semua barang kenangan nya bersama Kiyano dalam sebuah kotak dus.

Dan, kotak dus itu kini berada di ujung kaki Laila.

Laila lalu meraih kotak dus itu, dan lalu menyodorkannya kepada Kiyano.

"Apa ini, Lail?" tanya Kiyano tak mengerti.

"Ambillah. Aku kembaliin semua barang darimu ini, Kiy. Terima kasih untuk semua kebaikan kamu selama ini.." ucap Laila.

Merasa penasaran, Kiyano pun lalu menerima kotak dari tangan Laila itu. Dan membuka sedikit bagian atasnya yang memang tidak dilakban.

Kiyano tertegun saat melihat kalau isi di dalam kardus itu memang benar adalah semua barang yang pernah ia berikan untuk Laila.

Kiyano lalu menutup atasan dus itu kembali dan menyodorkannya kepada Laila lagi. Namun, Laila tak menyambut uluran dari Kiyano. Wanita itu justru malah mundur selangkah menjauhi Kiyano.

Laila menggeleng pelan.

"Aku gak lagi merasa berhak untuk memiliki benda-benda ini, Kiy. Karena aku sekarang udah tahu kalau ada wanita lain yang lebih berhak atas perhatian dan pemberian dari kamu. Yang jelas, wanita itu bukanlah aku!" ucap Laila bernada tegas.

Kiyano kembali dibuat tertegun.

"Maksud Lo..?"

"Ya, Kiy.. Aku sudah tahu tentang Bellinda. Dia itu istrimu. Istri sah mu bahkan hingga detik ini. Benar begitu bukan, Kiy?"

Kiyano tercengang. Seketika itu juga batinnya merasa kalut dan gelisah. Entah kenapa pemuda itu mulai bisa menebak arah alur pembicaraan di antara mereka kini.

Kiyano lalu langsung mendekati Laila. Sementara itu Laila justru malah kembali mundur menjauh.

Hingga sekitar dua langkah mundur berikutnya lah Laila tiba-tiba saja setengah berteriak.

"Stop!" titah Laila.

"?!..."

"Jangan mendekat lebih dari ini lagi, Kiy! Tolong biarkan aku memiliki privasiku sendiri,"

"Tapi, Lail!.."

"Tolong.. untuk sementara waktu, dengarkan aku ngomong terlebih dahulu, Kiy. Aku benar-benar harus sampain sesuatu sama kamu!" Mohon Laila dengan lirihan yang terdengar amat sendu.

Dan tak lama kemudian, Laila pun bicara, "Aku mau kita putus!"

"Apa?! enggak akan! gue gak mau putus dari Lo!" sergah Kiyano seketika.

Kiyano kembali berusaha mendekati Laila. Namun wanita itu juga kembali mundur menjauhinya.

"No, Kiy! biar aku selesai ngomong dulu! kamu dengerin aku dulu, ok!" tegur Laila kemudian.

Kiyano tampak frustasi sehingga ia mengacak-acak rambutnya sendiri dengan libasan kedua tangannya. Setelah nya, pemuda itu tampak mengalihkan perhatiannya ke arah danau, dengan kedua tangan yang mengepal di masing-masing sisi tubuhnya. Ia berusaha menahan diri untuk tidak menerjang Laila dan ******* bibir merah wanita nya itu. Agar ia bisa menyadarkan pikiran konyol Laila yang ingin memutuskan hubungan mereka.

'Gue gak akan biarin Lo putus dari gue, Lail!' Kiyano bertekad dalam hati.

"Aku udah ketemu sama Bella. Dia wanita yang baik, Kiy. Dan dia juga sangat mencintai kamu. Jadi jelas, aku gak bisa melanjutkan hubungan kita. Karena aku gak mau jadi pelakor! perebut suami orang!" ucap Laila kemudian.

"Enggak! Lo bukan--!"

"Biarin aku selesai ngomong!" tegur Laila kembali.

"Bukankah aku pernah cerita ke kamu, tentang pernikahan Mama dan Papa ku yang harus hancur karena adanya pelakor di antara mereka? Aku tahu banget gimana hancurnya Mama saat itu. Gimana sakitnya hati Mama saat suami yang sangat dicintainya ternyata selingkuh di belakangnya selama belasan tahun. Itu kejam banget, Kiy!" Laila menghardik entah siapa.

"Itulah sebabnya aku benci banget sama perbuatan selingkuh. Tapi sekarang.. kamu..?! kenapa kamu gak jelasin semuanya sedari awal, Kiy!"

"Kamu mengajakku terlibat dalam hubungan yang salah ini, tanpa memberitahukan kondisi pernikahanmu dengan Bella yang sebenarnya. Kamu buat aku jadi seperti rumput liar yang mengganggu pekarangan rumah milik orang lain. Padahal aku gak mau banget jadi kayak rumput liar! Aku gak mau jadi pelakor! Aku gak mau menyakiti hati wanita manapun juga dengan cara terkejam seperti yang sedang kita lakukan sekarang ini!" Laila selesai mengentaskan amarah nya melalui kalimat-kalimat yang diucapkannya itu.

"Laila, Sayang.. dengerin gue dulu!"

"No! Aku belum selesai ngomong! dan gak usah panggil aku sayang-sayang lagi! aku gak punya hak untuk gelar itu, Kiy! Bella lah yang berhak! Bella, istri kamu itu lah yang berhak nerima panggilan sayang dari kamu, Kiy!" Laila kian terdengar histeris.

Tangannya lalu menuding pada Kiyano, tepat pada dadanya.

"Kenapa kamu gak jelasin semuanya dari awal, Kiy?! Kenapa kamu jebak aku dalam hubungan ini?!" tuding Laila dengan suara tertahan.

Kiyano berusaha menangkap jemari Laila dalam genggamannya, namun Laila seketika menepis sentuhan dari pemuda itu.

"Aku.. Aku ngerasa malu banget waktu aku ketemu sama Bella, Kiy.. Rasa-rasanya aku gak punya harga diri lagi di hadapan dia. Bagaimana bisa kamu melakukan ini, Kiy?! Bagaimana bisa kamu begitu tega menyakiti hati wanita sebaik dirinya?!"

Mata Laila merah lah sudah. Tapi ia masih berusaha untuk menahan gempuran kristal bening yang sudah ingin tumpah dari dua bola matanya.

"Dengerin gue dulu, Lail! gue--"

"No! No! No! aku gak mau dengerin omongan kamu lagi. Aku minta kamu ke sini, cuma untuk sampein keputusanku ini, Kiy. Apapun yang akan kamu ucapin, gak akan merubah keputusanku. Jadi, kita putus. Selamat tinggal!" Pamit Laila terburu-buru. sebelum akhirnya berbalik dan berlari menjauh dari danau dan juga Kiyano.

Sementara itu Kiyano spontan menjatuhkan boks berisi hadiah-hadiah nya untuk Laila, dan bergegas berlari mengejar wanita yang masih sangat dicintainya itu.

Hingga suasana danau di pagi hari itu pun akhirnya kembali menghening.

Lalu, tiba-tiba saja, seseorang yang telah lama berdiri di balik pohon memunculkan dirinya, di saat Kiyano dan Laila telah lama berlalu pergi. Seseorang itu lalu mendekat ke tepi danau, tempat Kiyano tak sengaja menjatuhkan hadiah-hadiah nya ke tanah berumput di tepi danau.

Sosok itu lalu menatap kosong pada boneka beruang, bros, gelang emas berbandul hati, topi pantai, serta barang-barang kecil lainnya. Ada rasa perih yang menelusup ke dalam benak sosok itu saat melihat semua barang yang kini tergolek di tanah, terabaikan.

Ia lalu mengambil sebuah kartu catatan dari dalam kotak. Yang padanya kemudian ia bisa membaca tulisan yang amat ia kenali pemiliknya siapa.

Pada kartu itu tertulis,

'I Love you, Laila..❤️❤️'

Bruk.

Tiba-tiba saja sosok asing itu terjatuh duduk. Dan perlahan, dua bulir kristal bening pun akhirnya meluruh dari kedua mata sipit nya. Sosok itu pun akhirnya meluruh dalam tangisnya, bersama keheningan pagi yang menusuk hati..

peras.. sungguh peras rasanya cinta..

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!