Deg. Aku tertegun tak tahu harus bersikap bagaimana kala ku dengar uraian perawat itu. Akhirnya aku langsung pamit pergi dari rumah sakit dengan langkah gontai.
Dengan pikiran bingung, aku mencoba menghubungi Bella. Lewat pesan singkat, aku menanyakan padanya tentang kabar dan keberadaannya saat ini.
Cukup lama aku menunggu jawaban dari Bella. Hampir setengah jam kemudian pesan ku baru dibalas oleh istri ku itu. Saat itu hari memang sudah cukup malam. Jarum arloji ku sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Di depan halte rumah sakit, aku membaca balasan pesan dari Bella. Dan ia menjawab kalau ia sedang berjaga di rumah sakit.
Aku merasa bingung, tak tahu harus mempercayai alasan Bella atau perawat yang kutemui tadi. Tapi, jika perawat tadi berdusta, untuk apa ia melakukannya?
Kembali terbayang di benak ku perihal sikap Bella sebelum aku pindah ke kota B. Di mana ia jadi sekretif dan senang berahasia. Beberapa kali juga ku dapati ia menelpon seseorang, yang, ketika ku tangkap basah, ia langsung terlihat mematikan panggilan telponnya dengan terburu-buru.
Beragam spekulasi negatif mulai bermunculan di benak ku. Namun aku berusaha menepis nya jauh-jauh. Aku ingin mempercayai Bella ku tersayang. Karena bagaimana pun juga aku telah mengenalnya cukup lama. Dan setahu ku Bella adalah tipikal wanita yang setia.
Di kala aku masih gamang hendak membalas pesan Bella, aku bertemu dengan rekan kerja wanita Bella lainnya. Aku mengenal baik rekan Bella yang satu ini, karena beberapa kali kami pernah bertemu saat aku mengunjungi Bella. Dan setahu ku, ia cukup dekat dengan istri ku itu.
"Kiyano? Apa yang kamu lakuin di sini? Bukan nya kamu sama Bella liburan ya? Bella nya mana?"
Deg.
Prasangka buruk kembali menyebar ke seisi kepala ku kala ku dengar ucapan rekan nya Bella itu.
"Bella.. tak bekerja hari ini?" Tanya ku dengan nada yang terdengar rapuh, bahkan oleh telinga ku sendiri.
Aya, nama rekan Bella di hadapan ku itu, kini terlihat mengerutkan kening nya.
"Enggak. Bella kan ngajuin cuti tiga hari. Katanya dia mau liburan sama kamu," papar Aya menjelaskan.
Dan aku langsung tergugu diam. Tak tahu harus mengucapkan apalagi di saat pikiran negatif perihal Bella mulai meracuni benak dan pikiran ku saat ini.
Menyadari sikap ku yang ganjil, Aya pun menyadari sesuatu.
"Kalian lagi bertengkar ya?" Tanya Aya kemudian.
Aku masih terdiam. Sibuk dengan benak ku yang mulai kusut semrawut.
Aya kemudian menghela napas, sebelum akhirnya kembali berkata.
"Jika ada masalah, bicarakan lah baik-baik dengan Bella. Jangan gunakan emosi. Karena seringkali emosi lah yang bisa membakar sebuah hubungan hingga hangus tak bersisa. Padahal jika ditelisik benar-benar, bisa jadi semua perselisihan ini hanya disebabkan oleh kesalahpahaman kecil semata," Aya memberikan nasihat.
Aku mengangguk kaku. Tak tahu harus berkata apa-apa lagi.
"Pulang lah. Mungkin Bella sudah ada di rumah. Mungkin dia hanya membutuhkan waktu saja untuk sendiri," saran Aya kepadaku.
Tak lama kemudian, Aya berlalu pergi dengan motor matik nya. Sementara aku kembali termangu di depan halte selama beberapa waktu.
"Untuk apa Bella berbohong? Bukan kah hubungan kami selama ini baik-baik saja? Kenapa ia membohongi ku? Apa yang sebenarnya ia sembunyikan?" Gumam ku sendiri bertemankan angin malam yang dingin.
Menyadari ucapan Aya yang ada benarnya, aku pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Dengan di antar oleh ojek on line yang syukurlah masih daring, aku pun menempuh perjalanan lima belas menit menuju rumah besar mertua ku.
Sayang nya, apa yang menyambut ku di rumah bukanlah sesuatu yang bisa ku harapkan atau bahkan terpikirkan untuk terjadi.
Saat aku tiba, waktu sudah benar-benar larut. Syukurlah Pak Gimin, satpam rumah kami masih terjaga dan membukakan pintu gerbang rumah untuk ku. Dari Pak Gimin ku dapati kalau kedua mertua ku sedang berlibur ke Aussy. Terhitung sejak dua hari yang lalu.
Mendengar berita itu, aku mulanya tak berpikir apa-apa. Toh itu memang sudah biasa terjadi kala aku masih bekerja di kota ini.
Aku juga mendengar dari Pak Gimin kalau Bella baru saja pulang tadi sore dan kini mungkin sedang tidur di kamar nya.
Mendengar berita itu, seketika aku merasa sedikit lega. Se-iyanya Bella ku berada di rumah. 'Tidak di tempat lain dengan lelaki lain..'
Menyadari pikiran buruk yang sempat melintas, aku berusaha menepisnya jauh-jauh. Aku masih ingin mempercayai Bella ku. Pastilah ia memiliki alasan yang tepat atas dusta yang dilakukannya hari ini.
Aku langsung masuk ke dalam rumah dengan langkah yang sengaja ku pelan kan. Memasuki ruang tamu, kegelapan menyambut ku dengan kepekatan nya.
Mulanya aku hendak langsung menujukan langkah ku ke lantai dua, tempat kamar ku dan Bella berada. Namun, entah kenapa aku merasa sangat haus. Sehingga ku putuskan untuk bertandang terlebih dahulu ke dapur.
Dan, di dapur itu lah aku mendapati sebuah pemandangan yang sangat mengejutkan sekaligus juga menghancurkan hati ku. Karena aku melihat dengan kedua mata ku sendiri, Bella yang teramat kucintai nyatanya kini sedang berpagutan mesra dengan Bayu, kakak ipar ku sendiri. Yang juga adalah kakak tiri nya Bella ku.
Trak..
Hati ku langsung remuk redam mendapati pemandangan dua orang yang sangat ku kenal baik itu. Bella ku.. tidak.. kurasa aku tak lagi memiliki hati Bella saat aku mendapati dirinya yang sedang bermesraan dengan Bayu.
Aku merasa hancur. Aku tak lagi bisa merasa atau mendengar apa pun lagi. Aku merasa tuli dan tak ingin mendengar suara gumaman dua insan yang masih berpagutan di ruang dapur itu.
Retak.. padam sudah ku rasa pelita di hati ku kini. Bella, yang ku yakini sebagai belahan jiwa ku, ternyata telah menduakan ku dengan lelaki lainnya.
Aku pun bergegas membalikkan badan. Menyeret tubuh ku kembali menuju kota B. Membawa serta hati dan cinta ku yang sudah remuk redam akibat penghianatan yang telah dilakukan oleh cinta ku sendiri, Bella.
***
Sebelum pulang, aku sempat berpesan kepada Pak Gimin untuk tak mengabari siapa pun bahwa aku sempat pulang ke rumah. Dan Pak Gimin yang tampak kebingungan dengan kepergian ku kembali pun, berjanji untuk merahasiakan kepulangan ku ini.
Setelah itu, aku langsung kembali ke kota B, menuju apartemen ku. Aku sampai di sana sekitar jam satu dini hari. Dengan kondisi badan yang merasa letih, juga hati yang terlampau perih sekaligus jerih.
Malam itu, aku menangis. Menjeritkan luka batin yang ku rasakan akibat penghianatan yang dilakukan oleh cinta ku, Bella.
***
Beberapa hari berikutnya, ku lalui hari ku dengan perasaan hampa. Aku hampir-hampir merasa sulit untuk bisa kembali tersenyum kala kuingat tentang Bella dan penghianatan nya.
Dan Bella pun tak menghubungiku selama masa cuti tiga harinya. Ia baru menanyakan kabar pada ku pada hari Selasa. Yang ku jawab dengan nada datar dan jawaban asal.
Bella sempat menanyakan apakah aku baik-baik saja. Mendengar perhatiannya itu, aku ingin memaki dan menertawakan kepalsuan yang ditunjukkan oleh istri ku itu. Betapa piawai nya ia berakting mencintai ku, sementara ia menyembunyikan perselingkuhannya dengan Bayu. Namun aku tak mengatakan isi hati ku padanya.
Aku membutuhkan waktu untuk memikirkan segalanya. Aku membutuhkan waktu untuk menyembuhkan hati ku yang terluka. Baru setelah nya aku akan memutuskan, hendak ku bawa ke mana pernikahan kami yang penuh dengan kepalsuan ini.
Beberapa hari berikutnya, aku memulihkan hati ku. Ku coba menata kembali hati ku yang sempat retak sehingga aku bisa kembali melalui hidup ku dengan sikap optimis.
Ada hal lain yang juga sedikit mengusik benakku selama beberapa hari terakhir ini. Karena ku rasa aku mulai menyukai wanita lain selain Bella.
Gila. Ku pikir aku sudah benar-benar gila.
Belum sembuh luka yang ditorehkan oleh Bella di hati ku, herannya aku mulai merasakan benih cinta yang baru untuk wanita lainnya.
Aku tak bisa menerima perasaan baru ini. Terlebih dia yang mulai menarik perhatian ku ini adalah seorang yang memiliki kepribadian yang berbeda jauh dari Bella. Dia adalah si bodoh Laila.
Entah Laila yang bodoh, atau aku yang ikut tertular bodoh. Karena secara perlahan, keberadaan wanita itu di dekat ku mulai mengusik seisi batin dan pikiran ku.
Oleh sebab itu lah ku putuskan untuk menjauh dari Laila. Ku larang dirinya dari menginjakkan kaki nya ke lantai tujuh lagi, tempat ruang kerja ku berada.
Aku masih ingin menata kembali hati ku. Aku belum ingin membuka hati ku dari mencintai wanita lagi. Karena nya aku melarang Laila untuk membuatkan ku kopi hitam lagi. Dan sepertinya Laila sangat bahagia dengan keinginan ku itu. Terlihat dari sikap dan mimik wajah nya yang begitu bahagia kala ku usir dia dari ruang kantor ku, sore itu.
Dan akhirnya, aku pun berhasil tak menjumpai Bella ataupun Laila selama beberapa waktu.
Sampai.. terjadinya kejadian ciuman yang tak disengaja itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Senajudifa
mending jg sm laila yg bodoh dr pd sm bella yg pinter selingkuh?? benar ngga mel😁😁
2022-12-02
1
Nenie desu
semangat terus kak, jangan lupa mampir di novel aq kak 🤗🤗🙏😇💪👍
2022-08-14
1
NandhiniAnak Babeh
ah si bebel kga bisa banget sih jaga kehormatan 😔😔😔
2022-07-24
2