Sesampainya di depan ruangan bos, aku mengetuk pintu dengan pelan sebanyak tiga kali ketukan.
Tok. Tok. Tok!
"Masuk!" Suara nge bass terdengar mempersilahkan ku masuk.
Sebelum mendorong pintu di hadapan ku itu, aku terlebih dulu menenangkan hati. Ku ingatkan lagi diri ku sendiri agar menjaga mulut ku dari melawan bos. Biar saja aku diam dan dianggap bisu saat berhadapan dengan bos ku itu. Sementara di belakang layar, aku akan puas-puas kan diri ku memberikannya nama-nama jahiliah.
'Keong Racun! Tutut Bau! Siput Lodoh!'
Aku lalu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Ku lihat bos ku itu sedang membaca file yang menumpuk di atas meja kerja nya.
Aku mendekat ke arah meja, lalu ku letakkan kopi buatan ku tadi ke dekat bos ku itu.
"Kopi nya, Pak!" Ucap ku dengan nada datar.
Dan aku segera berbalik pergi.
Sayangnya, belum sempat aku memutar kenop pintu, panggilan dari lelaki di belakang ku itu lalu kembali menahan langkah ku.
"Nama mu Laila, bukan?" Panggil bos ku itu.
Mau tak mau, aku pun akhirnya berbalik dan sedikit menundukkan kepala. Bila dilihat oleh orang lain, aku mungkin tampak seperti pegawai yang menghormat pada atasan nya. Padahal sebenarnya aku malas sekali untuk bertatapan langsung dengan bos ku itu.
"Ya, Pak," sahut ku singkat, dengan kepala yang masih tertunduk.
Setelah beberapa waktu, bos ku itu kembali bicara.
"Lihat saya, kalau saya sedang bicara sama kamu!" Tegur lelaki di depan ku.
Dengan malas, ku angkat pandangan ku ke arah nya. Dan kubayangkan ekspresi serius wajah ku yang kini terlihat oleh lelaki di hadapan ku itu.
"Kamu benar-benar harus belajar dari awal untuk membuat kopi. Karena kopi buatan mu ini rasanya gak enak sama sekali. Dan juga dingin. Lain kali, saya mau kopi hitam non gula yang masih panas sudah tersaji di meja saya ketika saya masuk pagi-pagi!" Titah bos ku itu.
Aku yang mendengar teguran dari bos ku itu hanya bisa mengangguk-anggukan kepala. Menyadari kelalaian ku yang memang tak bersegera menyajikan kopi untuk bos ku itu. Aku malah keasikan mengobrol dengan Erlan di pantry, tadi.
'Mungkin seharusnya tadi aku membuat ulang kopi nya. Jadi masih tetap panas waktu diminum si songong ini,' batin ku bergumam.
"Baik, Pak!" Sahut ku cukup singkat.
"Bawa kopi ini keluar, dan buatkan saya kopi lagi yang baru!" Titah sang bos dengan lagak berkuasa.
Aku pun kembali mendekati meja untuk mengambil kopi ku yang telah di reject oleh sang bos. Kemudian aku bergegas keluar dan kembali menuju pantry untuk membuat kopi yang baru.
Sampai di pantry, aku tak lagi melihat keberadaan Erlan. Hanya ada satu teman OB pria yang kulupa namanya siapa, serta Nindi.
Nindi memberiku senyuman ramah dan menyapaku hangat.
"Masih semangat kan, La? Mau buat kopi?" Tanya Nindi yang hendak keluar pantry dengan sebuah nampan berisi beberapa gelas berisi teh.
"Iya, Nin."
Aku memutuskan untuk tak bercerita panjang lebar seperti tadi. Karena aku tak nyaman dengan keberadaan teman OB pria ku lainnya di dalam pantry.
"Ok deh. Aku duluan ya. Mau nganterin minuman ke lantai dua," pamit Nindi seraya berlalu pergi.
Selanjutnya aku membuat kopi hitam baru dengan menggunakan dispenser ke dua yang terletak bersebelahan dengan dispenser yang kini sedang digunakan oleh teman OB ku itu.
Aku selesai terlebih dulu. Usai menyapa singkat pada teman lelaki ku itu, aku pun bergegas kembali ke lantai tujuh, menuju kantor kepala manajer.
Namun sesampainya di sana, aku harus kembali menahan diri untuk tidak mencak-mencak karena bos songong ku itu lagi-lagi, kembali me reject kopi buatan ku.
"Masih gak enak. Buat ulang!" Titahnya menyebalkan.
"Jelas lah ga enak! Kan situh yang minta kopi non gula. Gak manis, ya mana bisa enak!" Omel ku keceplosan.
Bos muda ku itu lalu memberi ku tatapan tajam. Dan seketika mulutku terkunci rapat.
Menyadari amarah tak akan membawa ku pada nasib baik, aku pun akhirnya kembali mengambil kopi ke dua yang baru ku buat itu, kembali ke pantry.
Sepanjang jalan, aku mendumel dengan suara sangat pelan. Merasa sebal dan sangat apes karena memiliki bos yang senang sekali mengkritik.
Dan, sepanjang pagi itu, aku nyatanya harus bolak-balik ke pantry hingga tiga kali lagi. Karena bos songong ku itu kembali me reject dan me reject kopi buatan ku.
Baru di kopi yang kelima lah akhirnya kopi ku tak lagi di reject. Ia bahkan sempat memuji ku.
"Ini baru namanya kopi hitam. Nikmat dan panas!" Puji sang kepala manajer baru.
Mendengar pujian itu, aku mendadak merasa tak nyaman.
"Kamu ternyata cepat belajar juga ya," puji bos ku kembali.
"Sebenarnya.." dengan ragu-ragu, aku menyahut.
"Sebenarnya kopi yang itu, hasil seduhan teman saya, Pak," ungkap ku dengan jujur.
Tadi di pantry aku sempat bertemu dengan Nindi. Dan aku pun akhirnya menceritakan pengalaman ku yang harus membuat kopi berulang kali untuk bos baru kami.
Nindi lalu cepat tanggap dan membantu ku membuatkan kopi hitam yang ke lima. Dan kopi itulah yang kini mendapat pujian dari bos muda di hadapan ku ini.
Sebenarnya, aku bermaksud untuk langsung keluar dari ruangan ini saja begitu kulihat kopi ku tak di reject. Tapi setelah mendengar pujian dari bos ku itu, entah kenapa hatiku rasanya gatal untuk mengatakan kebenaran tentang penyeduh sebenarnya dari kopi nikmat itu.
Rasanya tak nyaman jika aku menerima pujian yang bukan milikku. Karena nya aku pun mengatakan yang sejujurnya kepada bos ku itu.
Ku tundukkan kepala, siap menerima kritikan kembali dari sang bos. Namun setelah beberapa waktu berlalu, nyatanya kalimat aneh lah yang ku terima.
"Oh.. kalau gitu, kamu sudah tahu cara buat nya kan? Besok-besok, saya minta kamu buatkan saya kopi yang seperti ini. Ingat, saya mau kopi buatan kamu ya!" Ancam sang bos dengan pandangan fokus ke arah ku.
Aku buru-buru menundukkan pandangan dan menyahut cepat.
"Baik, Pak!"
"Ya sudah! Kamu boleh pergi!" Usir sang bos kemudian.
Aku pun bergegas keluar ruangan. Merasa tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar dari mulut bos ku tadi.
'Dia mau aku yang bikinin kopi dia? Setiap hari?? udah berasa kayak jadi babu nya dia gak sih sekarang, aku ini? Dasar bos tiran!' umpat ku dalam hati.
Aku pun bergegas pergi menjauh dari ruang kerja kepala manajer ku itu. Tak ingin memberinya kesempatan untuk kembali memanggil ku, bilamana ia masih mendapati ku berada di depan ruangan nya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Rini Antika
haduh ada" aja, nanti kuping Bos nya panas lho..🤣🤣🤣
2022-08-29
1
Rini Antika
kirain suarnya serak" becek..🤭
2022-08-29
1
Senajudifa
bos edan
2022-08-23
1