"Siput lodoh! Keong racun! Tutut bau!" Aku mengumpat sambil menyeduh kopi hitam pesanan bos songong ku itu.
Tadi sebelum pintu benar-benar tertutup, aku sempat mendengar lelaki itu minta dibuatkan kopi hitam. Karenanya kini aku pun berkutat di depan dispenser untuk membuat kopi pesanan bos ku itu.
"Lagi ngapain Laila? Jampe-jampe in kopi kok pake nama keong keongan sih?" Goda Erlan, salah satu rekan office boy ku.
Kulihat Erlan kini ikut mengambil sebuah nampan dan beberapa gelas. Sepertinya ia pun hendak membuat minuman.
"Bikin minuman juga, Lan?" Tanyaku mengalihkan perhatian. Malas rasanya menjelaskan panjang lebar tentang kejadian pagi ini. Membuat mood jadi tambah memburuk saja.
Dan Erlan sepertinya menyadari mood ku yang sedang buruk. Mungkin ia melihat ekspresi wajah ku yang asem kecut macam perkutut yang tak jadi kawin.
"Iya nih. Buat staff di lantai tiga. Biasa lah, jam pagi gini memang sering nya kerjaan tuh bikinin kopi," seloroh Erlan menjelaskan.
"Ooh.." sahut ku singkat.
"Nanti habis selesai bikinin kopi, numpuk deh file-file yang harus difoto kopi in. Kamu udah bisa pake mesin foto kopi kan?" tanya Erlan basa-basi.
"Masih agak bingung sih.."
"Ya udah. Nanti kamu bel aku aja ya kalau masih bingung. Nih, simpan nomor ku!"
Erlan lalu menyebutkan nomor ponsel nya. Dan aku terburu-buru menyimpan nya di ponsel butut ku.
"Udah di save?" tanya Erlan memastikan.
"Udah. Makasih ya, Lan!" ucap ku berterima kasih.
"Sama-sama.."
Sesaat suasana menjadi hening. Aku baru menuangkan air panas di dispenser ke dalam cangkir kecil yang ku ambil dari dalam lemari.
"Kamu buatin kopi buat siapa, Laila?" Tanya Erlan tiba-tiba.
Kala mengingat untuk siapa aku membuat kopi hitam ini, aku jadi ingin kembali mengumpat liar. Terbayang di benak ku wajah menyebalkan milik bos songong itu.
"Hh! Buat kepala manajer yang baru!" Jawab ku dengan penuh emosi.
"Oh, kamu udah ketemu bos baru kita ya? Orang nya kayak gimana? Baik gak?" Tanya Erlan bertubi-tubi.
Menjawab pertanyaan Erlan, aku spontan meraih lap tangan di atas meja lalu meremasnya kuat-kuat.
"Boro-boro baik! Asli nyebelin banget tahu gak sih, orang itu!" Akhirnya aku pun muntab, menumpahkan kekesalan ku.
"Dia itu cowok nyebelin, gak punya etika, dan gak berperi kemanusia an! Ku sumpahin dia biar gak dimanusiakan sama manusia-manusia sekalian!" Omel ku panjang lebar.
"Maksud kamu, kepala manajer kita yang baru?" Tanya Erlan memastikan. Kulihat sebuah senyuman kecil menghiasi wajah oriental pemuda di depan ku itu.
"Iya! Siapa lagi coba yang se nyebelin dia! Pingin rasanya ku lap-lap muka orang itu pake lap ini nih," lanjut ku mengomel seraya menunjukkan lap yang ada di tangan ku.
Lalu, tanpa sadar aku menarik-narik lap tangan yang sudah kumal di tangan ku itu hingga terdengar bunyi robekan. Spontan saja aku dan Erlan pun menoleh ke arah tangan ku. Dan kami melihat ada robekan cukup besar pada lap di tangan ku itu.
"Duh! Sobek! gimana nih?!" Aku sedikit khawatir kala melihat korban kekerasan tak sengaja yang dilakukan oleh tangan ku itu.
"Hahahaha!! Udah, gak apa-apa. Cuma lap doang, ini!" Hibur Erlan.
"Beneran gak apa-apa?" tanya ku masih khawatir.
"Iya, gak apa-apa. Masih banyak kok lap di lemari," hibur Erlan kembali.
Kemudian, kulihat Erlan mengambil lap baru yang ada di dalam lemari bawah. Ia lalu meletakkannya ke dekat dispenser, lalu mengambil dan membuang lap yang sobek ke tempat sampah.
"Hari ini aku ngerasa apes banget deh. Masalah nya ini hari pertama ku kerja, Lan. Aku gak mau buat kesalahan. Tapi tadi aku malah kelepasan kentut di depan si song--"
"Hah?! Kamu kelepasan kentut?!" Erlan memotong ucapanku.
Begitu kusadari cengiran yang terpasang di wajah pemuda itu, sadar lah aku kalau aku telah kelepasan bicara. Aku merasa malu dan ingin sekali menelan ucapan ku tadi.
'Mulut ku ini memang petasan yang gak tahu waktu! Sering banget sih, kelepasan ngomong!' dumel ku dalam hati.
"Kamu tadi kelepasan kentut, Laila? Coba kutebak! Kamu kentut waktu lagi sama manajer baru kita ya?? Makanya kamu ngomel gak jelas tentang bos baru kita itu!" Tebak Erlan dengan sangat tepat.
Merasa tak lagi bisa mundur, akhirnya aku pun menceritakan perihal kejadian di kantor manajer baru kami itu tadi. Dan, sepanjang cerita, Erlan tak henti-henti nya tertawa sambil terbungkuk-bungkuk memegangi perutnya.
Setelah aku selesai bercerita, tak lama kemudian Erlan berhenti tertawa.
"Laila.. Laila.. kamu nekad banget sih nantangin bos! Untung bos baru kita itu baik dan gak mecat kamu. Coba kalau yang kamu hadapin tadi kepala manajer sebelumnya? Wiihh.. alamat bakal langsung ditarik satpam kamu ke luar gedung!" Tegur Erlan dengan senyuman ramah.
"Hh.. Habis nya dia juga kan nyebelin, Lan. Masa aku kentut aja gak dibolehin sih! Itu kan namanya melanggar HAM (Hak Asasi Manusia)! Tak berperi kemanusiaan!" Omel ku kembali.
Kulihat Erlan menggeleng-gelengkan kepala nya ke arah ku. Dan entah kenapa aku justru merasa menjadi pihak yang salah kala kulihat pandangan Erlan kepadaku.
Aku memanyunkan bibir, merasa sebal sekaligus menyesal. 'Tahu gitu, tadi mending gak usah cerita aja. Malah bikin bete!' sesal ku dalam hati.
Aku pun bergegas meraih cangkir kopi yang telah ku buat. Ku letakkan cangkir berisi kopi itu di atas piring kecil dan aku langsung ingin berlalu dari ruangan kecil ini. Meninggalkan Erlan yang masih tersenyum-senyum menatapku.
"Udah, ah! Mau anterin kopi ini dulu ke kepala manajer baru kita itu. Nanti keburu dingin lagi kopi nya!" Pamit ku kepada Erlan.
Baru saja dua kali aku melangkah, tiba-tiba saja Erlan menahan langkah ku dengan ucapan nya.
"Aku penasaran, Laila. Memang nya kentut mu sebau apa sih, sampai bisa jadi sumber keributan kamu sama bos baru?" Tanya Erlan yang kini sibuk meletakkan teh celup dan bubuk kopi pada gelas-gelas kosong di atas nampan.
Merasa memiliki kesempatan untuk sedikit mengerjai teman baru ku itu, aku pun memberikan hadiah perpisahan ku kepada Erlan.
'psshh..'
"Kayak gini nih, Lan," Jawab ku ambigu, menjawab rasa penasaran Erlan.
Lalu aku pun bergegas kabur ke luar ruangan itu. Meninggalkan Erlan bersama aroma ampas ubi yang ku makan tadi pagi.
Setelah ada di luar ruangan, tak lama kemudian kudengar Erlan mengumpat cukup keras.
"Buset deh Laa! Gak usah dikasih bom langsung kayak gini juga kali!" Suara Erlan terdengar dari dalam ruangan pantry.
"Hihihi.. " aku pun menyengir sepanjang jalan ku menuju lantai teratas gedung. Tempat kepala manajer ku berada kini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Rini Antika
🤣🤣🤣🤣🤣
2022-08-28
1
Rini Antika
Astagfirullah..🤣🤣🤣
2022-08-28
1
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
kocak banget laila
2022-08-21
1