Alex duduk termenung di kursi kerjanya. Memikirkan Irene yang sampai saat ini tidak bisa di hubungi. Keberadaannya pun entah kemana. Apartemennya kosong, baju-bajumu entah kemana. Alex sudah menghubungi Semua taman sosialitanya bahkan rekan modelnya pun tidak ada yang tahu dimana sang istri.
Anna sedari tadi memperhatikan sang suami yang begitu murung memikirkan sesuatu pun, Akhirnya menghampiri Alex.
“Mas ... Mas kenapa, dua hari ini sepertinya murung. Ada masalah?” tanya Anna berdiri di samping kursi kerjanya. Alex menghela nafas lalu melihat sekilas Ana.
“Iren pergi, Na!” Alex memeluk perut Anna
“Kemana aku harus mencarinya?” ujar Alex lagi. Anna mengusap lembut rambut sang suami lalu mencium pucuk rambutnya.
“Ada masalah apa sama Irene? Kalian bertengkar?” Anna menakup kedua pipi Alex dan mengusap lembut pipinya.
“Aku berterus terang soal Bella. Dia marah, mengamuk dan pergi entah kemana?”
“Kamu sudah memerintahkan orang-orangmu untuk mencarinya?”
“Sudah? Tapi belum ada hasil.”
“Kamu sudah mencari ke tempat kakaknya, Reyhan?”
“Sudah. Aku sudah kesana tapi Reyhan bilang Irene tidak ada.” Alex berdiri mensejajarkan tingginya dengan Anna.
“Aku pasti bantu kamu. Karena aku tahu Irene segala bagimu.”
“Kamu juga segalanya bagiku, Na.” Alex memeluk Anna.
Anna hanya tersenyum tipis, ia tahu Alex hanya menghiburnya dan hanya menunjukkan sikap adil pada semua istrinya.
“Aku tahu. Tapi aku harap untuk saat ini Bella jangan tahu tentang Iren dan jangan sampai Irene bertemu Bella. Demi kesehatan janin Bella dan mental Bella,” sambung Anna.
“Aku tahu. Aku akan pastikan Bella dan Iren tidak saling tahu. Tapi suatu saat pasti aku akan berterus terang pada Bella.”
“Sabar ya! Irene pasti ketemu, dia cuma syok. Dia tidak mungkin meninggalkan suami yang sangat ia cintai.”
“Na, terima kasih. Kamu begitu pengertian padaku.”
“Aku juga istrimu, Mas. Sudah seharusnya aku pengertian pada suamiku.” Alex memeluk Anna kembali, ia begitu beruntung memiliki istri yang begitu pengertian dan memahami dirinya.
“Maafkan Aku ya, Na. Mungkin secara tidak langsung aku sudah menyakiti hatimu. Surga untukmu, Na. Kelak kau boleh masuk surga lewat pintu manapun.”
“Aku yang minta maaf, Mas. Aku belum sempurna sebagai istrimu. Aku tidak bisa memberikanmu anak.”
“Tidak apa-apa. Ya sudah, kita makan siang ya.” Alex merangkul Anna keluar ruangan dan mengajaknya makan siang di kantin kantor.
“Oh iya, bagaimana Bella?” tanya Anna saat mereka duduk di kantin dan sudah mengambil makan siangnya.
“Ya begitulah. Mabok. Maunya makan yang seger-segar, buah. Nasi tidak mau. Sementara ini bisanya makan ubi, terus ikan. selain itu dia tidak bisa makan. biasanya dia paling suka soto. Sekarang mencium aroma kuah soto saja sudah muntah-muntah."
"Jaga dia ya,” balas Anna mengusap lengan Alex.
“Pasti. Ya sudah, ayo makan!” Mereka berdua pun makan bersama.
Anna-Alex
Saat tengah makan tiba-tiba ponsel Alex berdering. Alex menghentikan makannya dan mengambil ponselnya di saku jasnya.
“Bella,” gumamnya, Anna hanya tersenyum tipis saat mendengar nama madunya itu di sebut.
“Ya, Sayang!”
“Maaf, tuan ini mbok Imah. Non Bella pingsan!”
“Apa?”
“Iya Tuan. Tadi habis muntah-muntah selesai makan ubi, gak lama mengeluh pusing dan pingsan di dapur.”
“Baik Mbok, saya segera pulang!” Alex menutup sambungan ponselnya lalu minum dan mengusap sisa makanannya di bibir dengan tisu. Anna heran kenapa sang suami begitu terburu-buru.
“Ada apa, Mas?”
“Bella pingsan, Aku pulang dulu ya.” Alex bergegas berdiri, sebelum melangkah ia mencium kening Anna.
“Hati-hati, Mas.” Anna begitu khawatir, ia juga ingin ikut ke rumah Bella, tetapi ia ingat jika Bella tidak suka jika dirinya berada di rumahnya.
Alex terburu-buru mengendarai mobilnya. Tidak peduli dengan dengan keselamatannya sendiri, yang ia pikirkan adalah kondisi Bella.
Sesampainya di rumah, ia memarkir mobilnya di luar pagar dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia berlari mencari keberadaan Bella.
“Bella!” panggilnya.
“Tuan? Maaf Tuan, Non Bella ada di kamar tamu. Karena tadi yang dekat kamar tamu,” ujar Mbok Imah. Alex bergegas menuju kamar tamu diikuti Mbok Imah.
“Sayang....,” lirih Alex mengusap lembut rambut Bella. Alex begitu khawatir melihat wajah pucat sang istri.
“Mbok tadi dia gak jatuh, kan?”
“Tidak, tuan. Waktu mau jatuh, Mbok langsung tangkap Non Bella. Tadi di bantu Mas Roni membawanya ke kamar tamu.”
“Syukurlah.” Alex duduk di tepi tempat tidur lalu meraih jemari tangan Bella dan menciumnya kemudian mengusap-usap perut Bella.
Bella membuka matanya dan melihat Alex di depannya.
“Abang! laper tapi semua makanan gak enak. Air putih juga gak enak.”
“Iya. Abang tahu. Mau makan apa yang kiranya kamu mau? Ikan kayak kemarin?”
“Gak mau. Gak enak juga. Mau mangga?”
“Tapi ... kamu belum makan sayang.”
“Gak mau makan, gak enak."
“Ya sudah. Tapi minum susu ya! Susu coklat.”
Bella mengangguk lalu tersenyum tipis. Alex pun melihat Mbok Imah tanda agar memberikan apa yang di minta Bella.
“Mbok, Jagung rebusku sudah matang?” tanya Bella.
“Sudah, Non. Nanti saya bawakan ya. Sekalian buah mangganya.” .
“Iya Mbok, terima kasih. Maaf sudah merepotkan.”
“Tidak apa-apa, Non. Sudah tugas Mbok menyiapkan semuanya buat Non Bella dan tuan Alex.” Mbok Imah pamit ke dapur untuk mengambil apa yang di inginkan Bella.
“Abang. Maaf ya, gara-gara khawatir sama Bella, Abang ninggalin kerjaan.”
“Tidak apa-apa. Ada Mbak Anna. Oh iya, coba ceritakan kenapa kamu bisa pingsan?“ Alex mulai ikut berbaring di sisi sang istri. Bella pun langsung memeluknya.
“Tadi selesai makan ubi. Aku mau taruh piring ke dapur. terus gak sengaja kecium Mbok Imah lagi goreng bumbu buat masak. Langsung mual muntah, keluar semua terus kayak lemes tau-tau gelap dan udah di kamar ini. Tapi sayup-sayup dengar mbok Imah jerit manggil pak Roni sih. habis itu udah gak tau apa-apa.”
“Ya sudah, Sekarang istirahat ya. Pindah ke kamar sendiri.” Alex mengusap bahu Bella.
“Disini dulu aja Bang. Bella mau disini dulu.”
“Baiklah, tapi Abang ganti baju dulu ya.” Alex mencium pipi Bella lalu bangkit dan keluar dari kamar tamu menuju kamarnya.
Alex membuka dasi dan jasnya dan meletakkannya di tempatnya. Pikirnya melayang memikirkan keberadaan Irene.
“Kemana kamu Ren...?” batin Alex yang kini berdiri di depan cermin besar.
“Apa dia ke Bali? ke tempat Omnya? Tapi tidak mungkin, selama ini Omnya kan tidak akur dengannya.” Alex menduga-duga keberadaan Irene walau ia tahu sudah pasti Iren tidak mungkin pulang ke rumah Omnya yang ada di Bali.
Alex benar-benar kelimpungan mencari keberadaan Irene. Sampai setiap kota ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan istri keduanya itu.
Bella-Alex
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R◇Adist
heleh Lex Lex aku doain DECH kmu ditinggl istrimu
2022-08-19
0
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
begitulah resiko berpoligami, ada yg di korban kan perasaannya
2022-08-11
0
Pipit Sopiah
omong kosong alex,, kamu hanya mencintai Irene bukan yg lain
2022-08-09
0